INTERNASIONAL - Amira Shourbaji, 38 tahun seorang dosen paruh waktu di Michigan, merasa bersyukur kembali dapat menikmati bulan suci Ramadhan. Meski masih dalam suasana pandemi, kehadiran Ramadhan disambutnya dengan penuh suka cita.
Tahun lalu, masjid di dekat tempat tinggal Amira ditutup sesuai dengan aturan yang diberlakukan pemerintah AS selama pandemi. Kini, masjid tersebut dibuka meski dengan pembatasan dan pemberlakukan protokol kesehatan secara ketat. "Saya yakin kondisinya lebih baik dari tahun lalu," ungkap Sourbaji kepada Huffpost, Rabu (14/4).
Amira telah menjalani vaksinasi begitupula suami dan putrinya. Amira pun berencana menggelar buka bersama dengan keluarga lainnya yang telah menjalani vaksinasi. Bahkan putrinya berharap ibunya mengizinkannya mengundang teman-temannya yang sudah menjalani vaksinasi. “Ini memberi kami harapan bahwa tahun depan akan sedikit lebih normal,” kata Amira.
Memang tidak semua keluarga Muslim di Amerika berencana menggelar buka bersama atau pergi sholat Tarawih di Masjid. Kewaspadaan akan penularan covid-19 menjadi pertimbangan mereka untuk menahan diri dan bersabar. “Kami telah menempuh perjalanan panjang dalam setahun terakhir ini. InsyaAllah , ke depannya, semuanya akan jauh lebih baik, ” kata Amira.
Ausma Khan, seorang penulis yang tinggal di Denver, misalnya, memilih untuk lebih banyak beribadah Ramadhan di rumah. Ausma telah divaksin namun menurutnya situasi masih berisiko. "Saya masih merasa tidak aman jika kebanyakan orang belum divaksinasi," katanya.
Ausma mengaku merindukan bisa bertemu dengan komunitas Muslim di masjid selama Ramadhan. Namun, ia sadar masih butuh waktu untuk melepaskan kerinduan itu. Di rumah, Khan dengan leluasa dapat menghabiskan waktu membaca Alquran dan mendengarkan ceramah agama. Ia juga belajar meningkatkan keterampilan memasak sehingga dapat membuat hidangan yang lezat. “Ramadhan selama pandemi membuat saya fokus sepenuhnya. Saya merasa lebih berkonsentrasi beribadah,"kata dia.
Ausma berharap di penghujung Ramadhan nanti, ia bisa bertemu dengan keluarganya di Toronto. Hal yang tidak bisa dilakukannya selama 15 bulan terakhir. “Ramadhan benar-benar berorientasi pada komunitas, dan ini tentang kebaikan bersama. Jadi apa yang bisa kita lakukan itu lebih baik untuk masyarakat tetapi tidak saling merugikan, ”ucapnya. (*)
Tags : muslim amerika, komunitas muslim amerika, ramadhan, bulan suci ramadhan,