"London berduka setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II yang disebut-sebut merupakan keturunan dari Nabi Muhammad SAW"
capan belasungkawa dan duka atas meninggalnya Ratu Elizabeth II mengalir daripenjuru dunia. Begitupun pihak Dewan Muslim Inggris (MCB) mereka menyampaikan dan menyebut kepemimpinannya membawa perubahan bagi negara tersebut.
"Dewan Muslim Inggris mengungkapkan kesedihannya atas berita meninggalnya Yang Mulia Ratu. Belasungkawa, pikiran dan doa kami bersama Raja dan Keluarga Kerajaan di saat yang sulit ini," kata Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris, Zara Mohammed, dalam keterangannya yang diunggah di situs MCB, Jumat (9/9/2022).
Dewan Muslim Inggris mengingat betul bagaimana Ratu mengabdikan hidupnya untuk pelayanan publik, sekaligus mencari persatuan di antara komunitas Inggris. Pemerintahan Ratu Elizabeth II disebut menunjukkan perubahan luar biasa di negara tersebut, yang berjalan selama lebih dari tujuh dekade.
Saat ini, Inggris telah menunjukkan perubahan menjadi masyarakat multikultural dan multi-agama.
Dalam pernyataan yang sama disebutkan Ratu Elizabeth II adalah ratu pertama yang terlibat dengan komunitas Muslim yang baru didirikan di Inggris.
Ratu terlahir dengan nama Elizabeth Alexandra Mary Windsor, di Mayfair, London, pada 21 April 1926.
Meskipun masjid Inggris pertama terlihat di era Victoria, namun Elizabeth II adalah ratu pertama yang mengunjungi masjid Inggris selama perayaan Jubilee-nya pada 2002. Penonton di acara dan upacara yang diselenggarakan oleh keluarga Kerajaan mencerminkan keragaman Inggris.
"Kita semua, dari semua agama dan bukan, akan mengingat warisan pelayanan publik Yang Mulia dan merayakan pencapaiannya," lanjutnya.
Ratu Elizabeth II meninggal dunia di usia 96 tahun hari ini.
Kabar meninggalnya Ratu Inggris tersebut disampaikan Istana Buckhingham lewat akun Twitter. Melalui akun Twitter The Royal Family, Ratu Elizabeth disebut meninggal di Balmoral.
Sebelum wafat, Ratu Elizabeth II sudah dalam perawatan di Balmoral, Skotlandia. Kesehatan Ratu Elizabeth mengkhawatirkan saat itu sehingga dokter istana merawatnya secara intens.
Benarkah Ratu Elizabeth II Keturunan Nabi Muhammad SAW?
Sebuah studi pada 1986 dari Burke Peerage, salah satu penerbit silsilah terbaik di dunia, menunjukkan bahwa pemimpin Kerajaan Inggris Ratu Elizabeth II merupakan keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Ratu Elizabeth merupakan keturunan ke-43 dari Nabi Muhammad SAW.
Burke Peerage telah menerbitkan catatan silsilah kerajaan keluarga secara historis selama lebih dari 190 tahun. Ratu Elizabeth diklaim oleh beberapa sejarawan sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Meskipun sulit dicerna, namun dari sisi genealogis hal ini masuk dalam akal sehat.
Ratu Elizabeth II
Berikut merupakan rilis pers oleh Persatuan Pers Internasional seperti dilansir dalam laman Observer.
"Persatuan Pers Internasional"
10 Oktober 1986
Muslim di Istana Buckingham
Selain campuran darah biru yang dimiliki oleh Ratu Elizabeth, terdapat darah Islam dari Nabi Muhammad SAW, seperti dalam Burke's Peerage, panduan geneologis untuk keturunan kerajaan. Hubungan darah tersebut muncul saat Harold B Brooks-Baker, direktur penerbit Burke, menulis untuk Perdana Menteri Margaret Thatcher agar memberikan keamanan yang lebih baik untuk keluarga kerajaan.
"Keturunan langsung keluarga kerajaan dari Nabi Muhammad tidak dapat diandalkan untuk selamanya melindungi keluarga kerajaan dari teroris Islam," katanya. Menyadari hubungan yang akan mengejutkan banyak orang, dia menambahkan, "Tidak banyak orang Inggris yang tahu darah Muhammad mengalir di tubuh Ratu. Namun, semua pemimpin agama Islam bangga dengan fakta ini."
Brooks-Baker mengatakan, bahwa darah Nabi Muhammad SAW mengalir ke keluarga kerajaan Inggris melalui raja-raja Arab di Seville yang pernah memerintah Spanyol. Dengan menikah, darah mereka mengalir ke raja-raja Eropa seperti Postugal dan Castille dan melalui merekalah darah tersebut sampai ke Raja Edward IV pada abad ke 15."
Kekhalifahan Umayyah merupakan khalifah Arab yang didirikan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Khalifah tersebut memiliki kekuatan yang sangat besar dimana puncaknya mereka memerintah di lebih dari 15 juta kilometer persegi dari Kaukasus (Eurasia) ke Semenanjung Iberia (Muslim Spanyol, Portugal, Andorra dan Gibraltar).
Saat itu merupakan kerajaan terbesar kelima dalam sejarah, dimana mereka mengatur sekitar 62 juta orang atau 29 persen populasi dunia.
Ibukota Iberia Muslim atau Andalusia yang berjaya pada tahun 756 hingga 929 saat ini adalah Cordoba di Spanyol.
Cordoba menjadi pusat budaya dan intelektual bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dimana kemajuan dalam bidang sains, sejarah, geografi, astronomi dan matematika terjadi di sana.
Bukanlah hal biasa terjadi dalam periode ini untuk perkawinan antaragama antara Muslim, Kristen, dan Yahudi.
Jatuhnya kekhalifahan Umayyah terjadi setelah Revolusi Abbasiyah antara tahun 661 hingga 750.
Abbasiyah adalah sebuah dinasti yang dibentuk oleh Abu al-Qasim Muhammad ibn Abbad, yang diklaim sejarawan sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad SAW melalui anak perempuan nabi, Fatimah.
Melalui garis keturunan Al-Qasim inilah sejarawan percaya bahwa Ratu Elizabeth memiliki darah nabi sebagai latar belakangnya.
Al-Qasim menjadi penguasa Sevilla, sebuah wilayah muslim Spanyol dan memerintah hingga wafat pada tahun 1042. Setelah itu, cucunya Muhammad Al-Mu'tamid menguasai Cordoba pada 1071. Dia menjadi pemimpin terakhir Abbasiyah.
Pada tahun 1091, kerajaan Abbasiyah jatuh ke tangan dinasti Almoravid, sebuah dinasti kekaisaran Berber dari Morrocco. Berber adalah kelompok etnis yang berasal dari Afrika Utara.
Al-Qasim memiliki seorang putri bernama Zaida. Dia menjadi pengungsi Muslim yang melarikan diri ke istana Raja Alfonso VI, Raja Spanyol Leon, Castille dan Galicia, selama serangan yang terjadi oleh Almoravid pada kerajaan Abbasiyah.
Kemudian Zaida masuk agama Katolik Roma dan menikah dengan Raja Alfonso VI. Dia berganti nama menjadi Isabella setelah dia dibaptis.
Dari pernikahannya, mereka memiliki tiga anak yang akhirnya memiliki lebih banyak keturunan.
Dua abad kemudian, pada 1352, keturunan Raja Alfonso dan Zaida, Maria de Padilla memiliki anak dengan Raja Peter dari Castille.
Keduanya memiliki empat anak, dua diantaranya menikah dengan putra Raja Edward III dari Inggris.
Generasi setelahnya, Ratu Elizabeth lahir dan memiliki royalti penuh atas pencampuran keturunan dari peradaban Barat dan Timur.
Raja Salman: Kepemimpinan Ratu Elizabeth Abadi dalam Sejarah
Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman telah mengirim surat atas kabar duka tersebut. Istana Buckhingham melalui Twitter membagikan informasi meninggalnya Ratu Elizabeth II.
Dalam pesan tersebut, ia menyampaikan belasungkawa dan simpati kepada Raja Charles III dari Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara, atas kematian Ratu Elizabeth II.
“Kami telah mengetahui berita sedih kematian Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara. Dia adalah model kepemimpinan yang akan diabadikan dalam sejarah," ujarnya, dikutip di Saudi Gazette, Jumat (9/9/2022).
Kerajaan Arab Saudi disebut mengenang dan memberi penghargaan atas upaya Ratu Elizabeth dalam mempererat persahabatan, kerja sama dan hubungan antara kedua negara sahabat, serta status internasional tinggi yang dinikmati Yang Mulia selama beberapa dekade dia berada di atas takhta.
Ratu Elizabeth II bersama Raja Salman di Istana Buckingham, London, Inggris pada 28 Juni 2000. Raja Salman: Kepemimpinan Ratu Elizabeth Abadi dalam Sejarah
"Kami mengirimkan kepada Yang Mulia, Keluarga Kerajaan dan orang-orang dari Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara belasungkawa terdalam dan simpati tulus kami, berharap Anda (Raja Charles III) tidak melihat bahaya apa pun," lanjutnya.
Ratu Elizabeth II, pemimpin kerajaan Inggris yang paling lama berkuasa dan pemimpin bangsa selama tujuh dekade, meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Hal ini dilaporkan oleh Istana Buckingham, Kamis (8/9/2022) malam.
"Ratu meninggal dunia dengan damai di Balmoral sore ini. Raja (King Charles) dan istrinya Ratu Consort (Queen Camilla) akan menuju ke Balmoral. Mereka akan kembali ke London keesokan harinya," tulis akun Twitter @TheRoyalFamily.
Sebelum wafat, Ratu Elizabeth II diketahui sudah dalam perawatan di Balmoral, Skotlandia. Saat itu kesehatan Ratu Elizabeth mengkhawatirkan sehingga dokter istana merawatnya secara intens.
Lampu Menara Eiffel Dimatikan
Lampu Menara Eiffel dimatikan pada Kamis 8 September 2022 malam sebagai bentuk penghormatan kepada Ratu Elizabeth II. Warga Paris mengenang sosok ratu Inggris yang anggun dan dihormati.
Di monumen Flame of Liberty di atas underpass tempat Putri Diana tewas karena kecelakaan, beberapa orang yang lewat berhenti sejenak untuk mengenang Ratu Elizabeth. Seorang warga, Salima Gersa, menyebut Elizabeth sebagai sosok yang mendefinisikan Inggris.
"Dia adalah orang yang mendefinisikan Inggris," kata Gersa.
Wanita lain, Valerie, seorang pekerja museum, mengatakan, kematian Elizabeth menandai "akhir dari sebuah era". Valerie menggambarkan Elizabeth sebagai "wanita luar biasa yang melihat dunia di sekitarnya hancur."
Putri Elizabeth bersama orang tuanya dan adiknya Margaret dalam upacara penobatan ayahnya.
Warga Prancis lainnya memberi penghormatan kepada Elizabeth yang menjadi simbol stabilitas dan kontinuitas bagi warga Inggris pada saat ekonomi nasional relatif menurun. Sementara dia juga mengadaptasi institusi monarki kuno di tengah tuntutan era modern.
"(Kematiannya adalah) momen tragis, tetapi dia memiliki kehidupan yang hebat dan memiliki warisan yang hebat," kata seorang turis Amerika Serikat, Greg Shanon.
Ratu Elizabeth II menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis 8 September 2022 dalam usia 96 tahun. Istana Buckingham mengatakan, ratu menderita "masalah mobilitas episodik" sejak akhir tahun lalu. Masalah kesehatannya ini memaksa ratu untuk menarik diri dari hampir semua acara publik.
Tugas resmi terakhir ratu berlangsung pada Selasa 6 September 2022, ketika dia bertemu dengan Perdana Menteri Inggris terpilih Liz Truss di Istana Balmoral. Truss resmi menjabat sebagai perdana menteri usai bertemu ratu. Dalam pertemuan itu, ratu berpesan agar Truss segera membentuk pemerintahan.
Truss menerima kabar kematian ratu pada Kamis sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Truss mengatakan, kematian ratu adalah kejutan besar bagi bangsa dan dunia.
"Kematian Yang Mulia Ratu adalah kejutan besar bagi bangsa dan dunia," kata Truss di luar kantornya di Downing Street.
"Ratu Elizabeth II memberi kami stabilitas dan kekuatan yang kami butuhkan. Dia adalah semangat Inggris Raya dan semangat itu akan bertahan," kata Truss menambahkan.
Berita kematian ratu tidak hanya mengejutkan warga Inggris. Ungkapan belasungkawa mengalir dari para pemimpin di seluruh dunia. Salah satunya dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Dia memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di Gedung Putih.
"Warisannya sangat besar dalam sejarah Inggris, dan dalam kisah dunia kita," kata Biden dalam sebuah pernyataan.
Ratu Elizabeth II, pemangku tahta terlama dalam sejarah Inggris, meninggal dunia di Balmoral, Skotlandia, dalam usia 96 tahun, setelah bertakhta selama 70 tahun.
Putranya, Raja Charles III, mengatakan berpulangnya sang ibu tercinta adalah "momen kesedihan yang sangat mendalam" bagi dirinya dan bagi keluarganya.
Ia juga mengatakan, kepergian Ratu Elizabeth akan "sangat dirasakan" di seluruh dunia.
Anggota dekat keluarga kerajaan telah berkumpul di Balmoral sejak dikeluarkannya pengumuman tentang kondisi kesehatan Ratu pada Kamis siang 8 September 2022.
Ratu naik tahta pada 1952 dan menjadi saksi perubahan sosial yang sangat besar.
Raja Charles mengatakan, "Kami sangat berduka dengan berpulangnya ratu yang sangat dihormati dan seorang ibu yang sangat dicintai. Saya tahu kepergiannya akan sangat dirasakan di seluruh penjuru negeri, di negara-negara Persemakmuran, dan di seluruh dunia."
Ia mengatakan pada masa berkabung ia dan keluarganya "akan terbantu oleh kenyataan bahwa Ratu mendapat penghormatan dan rasa cinta yang begitu dalam".
Dalam pernyataan, Istana Buckingham mengatakan, "Ratu meninggal dunia dengan tenang di Balmoral pada petang ini."
"Raja dan permaisuri (Pangeran Charles dan Camilla) akan tetap berada di Balmoral malam ini dan akan kembali ke London besok."
Semua anak Ratu sudah berada di Balmoral, di dekat Aberdeen, setelah dokter menyatakan Ratu di bawah supervisi medis.
Perdana Menteri Liz Truss, yang diangkat oleh Ratu pada hari Selasa 6 September 2022 mengatakan kerajaan adalah sumber kekuatan negara Inggris modern, yang "memberi kita stabilitas dan kekuatan yang sangat dibutuhkan".
Berbicara tentang raja yang baru, Truss berujar, "Kami loyal kepadanya, seperti kesetiaan yang ditunjukkan oleh ibundanya selama sekian lama."
Periode Ratu Elizabeth sebagai kepala negara ditandai dengan berbagai tonggak penting dalam sejarah Inggris, mulai dari masa-masa sulit setelah Perang Dunia II, transisi emporium ke Persemakmuran, berakhirnya Perang Dingin, masuknya Inggris ke Uni Eropa, dan juga keluarnya Inggris dari organisasi regional ini.
Selama ia memegang takhta dalam 70 tahun terakhir, Inggris memiliki 15 perdana menteri.
Mulai dari Winston Churchill, yang lahir pada 1874 hingga Liz Truss, yang lahir 101 tahun kemudian pada 1975.
Selama berkuasa, Ratu rutin bertemu dengan perdana menteri setiap pekan.
Ratu terlahir dengan nama Elizabeth Alexandra Mary Windsor, di Mayfair, London, pada 21 April 1926.
Putri Elizabeth (kanan) dan adiknya Margaret siaran pada Perang Dunia II pada 12 Oktober 1940 di London.
Tak banyak yang memperkirakan kelak ia akan memegang tahta kerajaan Inggris, namun pada Desember 1936 pamannya, Edward VIII, melepas tahta untuk bisa menikah dengan warga Amerika Serikat, Wallis Simpson.
Ayah Elizabeth dinobatkan sebagai raja, dengan nama resmi Raja George VI, dan Lilibet -- demikian ia biasa disapa di lingkungan keluarga -- menjadi ahli waris kerajaan Inggris.
Hanya dalam waktu tiga tahun, Inggris terlibat perang dengan NAZI Jerman. Elizabeth dan adik perempuanya, Putri banyak menghabiskan waktu di Kastel Windsor setelah orang tuanya menolak saran agar keluarga kerajaan mengungsi ke Kanada.
Setelah menginjak usia 18 tahun, ia bergabung dengan layanan dinas militer dan belajar tentang mekanis dan mengemudi. "[Dari sini] saya mulai memahami semangat kebersamaan yang muncul di masa-masa sulit," kenangnya.
Saat perang, ia bertukar surat dengan Philip, yang bertugas di angkatan laut Inggris. Asmara merebak dan keduanya menikah di Westminster Abbey, London, pada 20 November 1947. Usai menikah Philip bergelar Duke of Edinburgh.
Elizabeth menggambarkan Philip "sebagai sumber kekuatan". Perkawinan ini bertahan selama 74 tahun sebelum Philip meninggal dunia pada 2021 dalam usia 99 tahun.
Anak pertama mereka, Charles, lahir pada 1948, disusul oleh Putri Anne pada 1950, Pangeran Andrew pada 1960, dan Pangeran Edward pada 1964.
Dari mereka, Ratu Elizabeth mendapatkan delapan cucu dan 12 cicit.
Putri Elizabeth tengah berada di Kenya pada 1952 untuk mewakili raja yang sakit, ketika Philip memberi tahu bahwa sang raja telah berpulang.
Ia langsung pulang ke London sebagai Ratu Inggris yang baru.
Pernikahan Putri Elizabeth dengan Philip Mountbatten.
Atas kejadian ini, ia mengenang, "Semua terjadi tiba-tiba dan dalam waktu yang sangat cepat ... Anda harus bisa melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan."
Elizabeth dinobatkan sebagai ratu Westminster Abbey pada 2 Juni 1953, pada usia 27 tahun, dalam acara yang disiarkan oleh televisi. Diperkirakan penobatannya ditonton oleh 20 juta orang.
Pada dekade-dekade kemudian, terjadi perubahan besar baik di dalam negeri maupun di emporium Inggris.
Elizabeth mereformasi kerajaan, mendekatnya ke publik melalui berbagai kegiatan. Ia juga aktif hadir di berbagai acara yang digelar anggota Persemakmuran.
Setidaknya ia berkunjung sekali ke setiap negara anggota organisasi ini.
Namun ada juga masa-masa kelam.
Pada 1992, terjadi kebakaran di Kastel Windsor, kediaman pribadi sekaligus istana yang sering dipakai sebagai tempat kerja.
Perkawinan tiga dari empat anaknya berakhir dengan perceraian.
Pada 1997, Ratu dikecam karena sepertinya enggan tampil di depan publik menyusul meninggalnya Putri Diana dalam kecelakaan di Paris, Prancis.
Pada usia 21 tahun, Elizabeth berjanji akan menghabiskan waktunya untuk menjalan tugas sebagai ratu.
Pada 1977, saat perayaan Silver Jubilee, ia mengatakan, "Janji itu memang saya ucapkan ketika saya masih belia, namun saya tak pernah menyesalinya. Saya juga tidak akan mencabut janji itu."
Komitmen yang sama kembali ia ucapkan 45 tahun kemudian dalam perayaan 70 tahun ia bertahta, Platinum Jubilee, pada Juni 2022.
Penobatan Ratu pertama kali disiarkan secara langsung di TV.
Berbagai perayaan digelar di seantero negeri. Meski Ratu tidak hadir di semua acara penting, ia berujar, "Hatiku akan selalu bersamamu."
Ratu Elizabeth II: Para pemimpin dunia mengenang 'Ratu yang baik hati'
Para pemimpin dan tokoh dunia menyampaikan pesan penghormatan kepada Ratu Elizabeth II, yang meninggal dunia pada usia 96 tahun.
Mereka memberi penghormatan terhadap tanggung jawab yang diemban Ratu, termasuk ketangguhan dan selera humor serta kebaikannya.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengawali penghormatan ini dengan mengenangnya sebagai "seorang Ratu yang baik hati" dan merupakan "sahabat bagi Prancis".
Mantan Presiden AS, Barack Obama, mengatakan Ratu telah "memikat dunia" dengan "takhta yang memperlihatkan keanggunan, elegan, dan etos kerja yang tak kenal lelah".
"Berkali-kali, kami dikejutkan oleh kehangatannya, caranya membuat orang merasa nyaman, dan bagaimana dia membawakan humor, dan pesonanya dalam momen-momen yang luar biasa," kata Obama yang pernah bertemu Ratu dalam sejumlah kesempatan.
Presiden AS saat ini, Joe Biden, menggambarkan Ratu sebagai "lebih dari sekadar pemimpin kerajaan - dia telah menentukan sebuah era".
Biden juga mengenang kunjungan kepresidenannya ke Inggris pada 2021. Kata dia, "Ratu memikat kami dengan kecerdasannya, menggerakkan kami dengan kebaikannya, dan dengan murah hati membagikan nasihat kepada kami."
Ratu Elizabeth II telah bertemu dengan 14 presiden AS selama bertakhta.
Sementara itu, mantan Presiden AS, Donald Trump, mengatakan dirinya "tidak akan pernah melupakan persahabatan dengan Ratu, kebijaksanaan yang luar biasa dan selera humornya yang menyenangkan.
"Betapa agung dan cantiknya dia - tidak ada yang seperti dia!" kata Trump dalam akun media sosial-nya di Truth Social.
Selama Ratu Elizabeth II bertakhta, terdapat 12 perdana menteri Kanada dalam periode tersebut.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menyampaikan duka mendalam tak lama setelah wafatnya Ratu diumumkan. Ia secara emosional, mengatakan Ratu memiliki "cinta yang mendalam dan abadi bagi orang Kanada.
"Di dunia yang rumit, keanggunan dan keteguhan hatinya membawa kenyamanan bagi kita semua," kata Trudeau.
Ia menambahkan bakal merindukan "obrolan" di mana sang Ratu dikenang dengan "bijaksana, arif, penasaran, suka membantu, lucu dan banyak lagi."
"Dia adalah salah satu orang kesayangan saya di dunia, dan akan sangat merindukannya," katanya sambil menahan air mata.
Berkunjung ke Amerika Serikat pada tahun 1957 untuk bertemu Presiden Eisenhower dan istri.
'Pribadi yang luar biasa'
Raja Belanda, Willem Alexander - yang merupakan sepupu kelima Ratu Elizabeth - mengatakan dirinya dan Ratu Maxima mengenang Ratu Elizabeth II sebagai pribadi yang "tegar dan bijaksana" dengan "rasa hormat mendalam dan cinta kasih yang besar".
Raja Belgia, Philippe, dan Ratu Mathilde menyebut Ratu Elizabeth II sebagai "pribadi yang luar biasa ... yang, selama masa kekuasaannya menunjukkan martabat, keberanian dan pengabdian".
Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengenang "pertemuan tak terlupakan" dengan Ratu selama dua kali kunjungan ke Inggris.
"Saya tidak akan pernah melupakan kehangatan dan kebaikannya," kata Narendra melalui cuitannya di Twitter. "Dalam salah satu pertemuan, dia menunjukkan kepada saya saputangan yang diberikan Mahatma Gandhi di pernikahannya. Saya akan selalu menyimpan isyarat tersebut di dalam hati."
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengenang "humor yang menyenangkan" saat bersama sang Ratu dan dalam sebuah pernyataan bahwa "komitmennya pada rekonsiliasi Jerman-Inggris setelah kengerian Perang Dunia II, merupakan sesuatu yang tidak terlupakan."
'Keberadaannya membawa keyakinan'
Sebagai orang yang bertakhta selama tujuh dekade, Ratu Elizabeth II hidup melalui masa-masa perubahan yang luar biasa, dan ini tercermin dalam sejumlah pernyataan penghormatan kepadanya.
Seperti yang disampaikan Barack Obama - Ratu Elizabeth II hidup "melintasi periode kemakmuran dan stagnasi - mulai dari masa manusia mendarat di bulan, hingga jatuhnya Tembok Berlin."
Presiden Irlandia, Michael D Higgins mengenang Ratu sebagai "pengemban tugas luar biasa" dan yang akan "mendapat tempat khusus dalam sejarah Inggris".
"Pemerintahannya selama 70 tahun meliputi periode perubahan besar, selama itu dia menjadi sumber kepercayaan yang luar biasa bagi rakyat Inggris," katanya dalam sebuah pernyataan panjang.
"Ini merupakan kepastian yang didasarkan pada realitas tentang pentingnya peristiwa saat ini, dibandingkan dengan konsepsi sejarah yang sempit."
Perdana Menteri Irlandia, Michael Martin, mengenang masa kekuasaan sang Ratu sebagai salah satu "durasi bersejarah" dan menggambarkan peristiwa wafatnya sebagai "akhir sebuah era".
"Dedikasinya pada tugas dan melayani publik terbukti dengan sendirinya, dan kebijaksanaannya serta pengalamannya benar-benar unik," kata Martin dalam sebuah pernyataan.
Ia juga mengingat "banyak sikap ramah dan sambutan hangat" selama kunjungan kenegaraan ke Irlandia pada 2011.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengatakan Ratu Elizabeth II adalah "sosok yang membawa keyakinan selama beberapa dekade perubahan besar, termasuk dekolonialisasi Afrika dan Asia, serta evolusi Persemakmuran."
Dalam sebuah pernyataan, ia mengenang Ratu dengan "dedikasi sepanjang hidup yang tak tergoyahkan untuk melayani rakyatnya. Dunia akan selalu mengingat pengabdian dan kepemimpinnya."
Presiden Israel, Isaac Herzog, juga mengakui perubahan besar yang dilewati Ratu selama masa pemerintahannya.
Namun, selama ini Ratu "tetap menjadi ikon kepemimpinan yang stabil dan bertanggung jawab, serta suar moralitas, kemanusiaan, dan patriotisme."
Ratu Elizabeth tidak pernah berkunjung ke Israel. Tapi Charles, Edward, William dan mendiang Pangeran Philip pernah ke sana untuk mengunjungi makam buyut mereka di Yerusalem.
"Ratu Elizabeth adalah tokoh bersejarah: dia menjalani sejarah, dia membuat sejarah, dan dengan kepergiannya dia meninggalkan warisan yang luar biasa dan inspiratif," kata Presiden Herzog.
Ratu Elizabeth II meninggal, tak direncanakan bertakhta dalam usia muda, namun menjadi ratu Inggris paling lama
Masa pemerintahan Ratu Elizabeth II ditandai dengan sikapnya yang penuh tanggung jawab dan tekadnya untuk mendedikasikan hidupnya untuk rakyatnya.
Bagi banyak orang, ia menjadi titik yang konstan dalam dunia yang bergerak cepat dan menurunnya pengaruh Inggris maupun masyarakat yang berubah yang membuat peran monarki dipertanyakan.
Kesuksesannya dalam mengawal monarki untuk melewati masa-masa penuh guncangan tersebut menjadi semakin luar biasa mengingat fakta bahwa pada saat ia lahir, tidak ada seorang pun yang memprediksi bahwa tahta kerajaan menjadi takdirnya.
Elizabeth Alexandra Mary Windsor lahir pada 21 April 1926, di sebuah rumah di dekat alun-alun Berkeley di pusat kota London.
Ia adalah anak perempuan tertua dari Albert atau Duke of York -yang merupakan putra kedua Raja George V- dan istrinya yang dikenal sebagai Lady Elizabeth Bowes-Lyon.
Baik Elizabeth maupun adiknya, Margaret Rose -yang lahir pada 1930- mendapat pendidikan pribadi di rumah dan dibesarkan di tengah keluarga yang hangat.
Elizabeth sangat dekat baik dengan ayah maupun kakeknya, Raja George V.
Pada usia enam tahun, Elizabeth mengatakan pada pelatih berkudanya bahwa ia ingin menjadi 'perempuan desa yang memiliki banyak kuda dan anjing'.
Krisis penyerahan tahta
Elizabeth disebut memiliki rasa tanggung jawab yang besar sejak usia dini. Perdana Menteri Winston Churchill pernah dikutip mengatakan bahwa Elizabeth memiliki 'karisma pemimpin yang luar biasa sejak kanak-kanak'.
Meski tidak mengenyam pendidikan formal, Elizabeth membuktikan dirinya mahir berbicara dalam berbagai bahasa dan mempelajari sejarah konstitusi dengan seksama.
Pramuka untuk perempuan atau Girl Guides pertama yang diberi nama 1st Buckingham Palace, sengaja didirikan agar bisa bersosialisasi dengan gadis sebayanya.
Dan ketika Raja George V meninggal pada 1936, anak tertuanya, David, otomatis menjadi Raja Edward VIII.
Namun, pilihan istrinya yang merupakan janda cerai dua kali asal Amerika Serikat, Wallis Simpson, dinilai tak bisa diterima atas alasan politik maupun agama.
Maka dia akhirnya mengundurkan diri.
Masa perang
Duke of York kemudian menjadi Raja George VI, meski dengan berat hati.
Penobatan ayahnya sebagai raja memberikan Elizabeth kecil gambaran mengenai masa depannya yang membuatnya menulis bahwa ia menilai pengabdian pada negara 'sangat, sangat luar biasa'.
Dilatarbelakangi meningkatnya ketegangan di Eropa, sang Raja baru -dengan istrinya yang kini dikenal sebagai Ratu Elizabeth- berusaha untuk mengembalikan kepercayaan publik pada monarki.
Contoh yang mereka berikan menjadi bahan pelajaran bagi putri tertua.
Tahun 1939, ketika masih berusia 13 tahun, Elizabeth menemani Raja dan Ratu ke Akademi Angkatan Laut Kerajaan di Dartmouth, bersama dengan adiknya, Margaret. Keduanya dipandu oleh salah seorang kadet yang merupakan sepupu ketiganya, Philip, seorang pangeran dari Yunani.
Itu bukan pertama kalinya mereka bertemu tapi untuk pertama kalinya keduanya merasakan ketertarikan satu sama lain.
Pada masa cuti dari Angkatan Laut, Pangeran Philip menghabiskan waktu dengan kerabat kerajaan dan pada 1944, Elizabeth --yang sudah berusia 18 tahun-benar-benar jatuh cinta kepadanya.
Ia menyimpan fotonya di kamar dan keduanya saling berkirim surat.
Pada 1945, Elizabeth bergabung dengan kesatuan dinas wajib militer dengan belajar mengemudi serta merawat kendaraan.
Saat Perang Dunia II berakhir, ia menyelinap keluar dari Istana Buckingham dengan mengenakan seragam dan merayakan kemenangan sekutu bersama rakyat biasa di dekat kantor perdana menteri tanpa dikenali.
"Kami bertanya pada orang tua saya apakah kami bisa pergi ke luar dan melihat kemeriahan yang terjadi. Saya ingat kami sangat takut dikenali. Saya ingat berbaris dengan orang-orang yang tidak saya kenal bergandengan dan berjalan di Whitehall, kami semua tersapu kebahagiaan dan kelegaan," kata Elizabeth.
Pernikahan calon ratu
Setelah perang, keinginannya untuk menikahi Pangeran Philip menghadapi sejumlah tantangan.
Raja berpikir ia masih terlalu muda dan Philip harus mengatasi prasangka karena beberapa kerabatnya yang berkebangsaan Jerman mendukung rezim Nazi walapun rekor pribadinya pada masa perang sangat baik.
Sejumlah pihak juga tidak menyetujui seorang letnan Angkatan Laut yang muda dan biasa-biasa saja menikah dengan pewaris tahta Inggris, dan mereka menyebut Philip 'kasar'.
Tetapi Elizabeth tetap pada tekadnya dan setelah kunjungan Keluarga Kerajaan ke Afrika Selatan pada 1947, Raja akhirnya menyetujui pernikahan mereka.
Pernikahan yang berlangsung pada November 1947 itu, menurut Winston Churchill, adalah sebuah 'kilatan warna' di Inggris pascaperang yang suram.
Duke of Edinburgh -begitulah gelar Pangeran Philip setelah menikah- tetap menjadi prajurit dan sempat bertugas di Malta. Pasangan muda ini juga tetap bisa menikmati kehidupan normal.
Penobatan Tahta
Anak pertama mereka, Charles, lahir pada 1948 disusul oleh adiknya, Anne, yang lahir tahun 1950.
Tetapi Raja yang mengalami tekanan berat selama perang terbaring sakit karena kanker paru-paru akibat kebiasaan merokoknya sejak muda.
Pada Januari 1952, Elizabeth yang berusia 25 tahun, dan Philip meninggalkan istana untuk melakukan lawatan ke luar negeri.
Meski dilarang oleh dokter, Raja George VI tetap ikut ke bandara untuk mengantar mereka dan ternyata saat itu terakhir kalinya Elizabeth melihat ayahnya.
Elizabeth mendengar kematian raja ketika tinggal di sebuah pondok berburu di Kenya dan langsung kembali ke London untuk menjadi ratu yang baru.
Ia mengenang momen itu beberapa tahun kemudian.
"Saya tidak punya bekal apa-apa, ayah saya meninggal terlalu cepat, jadi hal itu merupakan sesuatu yang sangat mendadak dan saya harus melakukannya sebaik mungkin."
Atas keinginannya sendiri, penobatannya pada Juni 1953 disiarkan di televisi dan jutaan orang menyaksikan Ratu Elizabeth II mengucapkan sumpahnya.
Krisis Suez
Pada masa-masa awal kepemimpinannya, Inggris beradam dalam situasi pascaperang yang sulit dan dan banyak pengamat berpendapat bahwa penobatannya sebagai era baru Elizabeth.
Perang Dunia II telah mempercepat berakhirnya pendudukan Kerajaan Inggris di beberapa tempat dan saat ratu yang baru mengunjungi negara-negara Persemakmuran pada bulan November 1953, banyak negara bekas koloni Inggris, termasuk India, yang memperoleh kemerdekaan.
Elizabeth juga menjadi penguasa pertama Persemakmuran yang mengunjungi Australia dan Selandia Baru. Dalam kunjungan ke Australia, diperkirakan tiga perempat penduduk ke luar dari rumahnya untuk bisa melihat Ratu Elizabeth II secara langsung.
Sepanjang 1950-an, semakin banyak negara yang menurunkan Bendera Persemakmuran dan wilayah-wilayah bekas koloni itu kemudian membentuk sebuah kesatuan sendiri.
Menurunnya pengaruh Inggris agaknya semakin dipercepat oleh sengketa Suez tahun 1956 ketika jelas bahwa Persemakmuran tidak memiliki niat kolektif untuk mengambil tindakan bersama saat krisis.
Suez memicu pengunduran diri Perdana Menteri Anthony Eden, yang menempatkan Ratu di tengah krisis politik.
Waktu berganti
Saat itu Partai Konservatif tidak memiliki mekanisme untuk mengangkat pemimpin baru dan setelah serangkaian konsultasi, maka ratu meminta Harold MacMillan untuk membentuk pemerintahan baru.
Ratu menyadari dirinya menjadi subyek serangan pribadi oleh Lord Altringham yang, dalam sebuah artikel majalah menuduh sidang yang dippimpinnya 'terlalu Inggris' dan 'kelas atas' serta menuduh Ratu tidak bisa membuat pidato sederhana tanpa teks.
Komentarnya memicu kehebohan di media dan Lord Altringham sampai sempat diserang di jalan oleh seorang anggota Liga Loyalis Kerajaan, pendukung setia kerajaan.
Insiden itu menunjukkan bahwa masyarakat dan sikap Inggris terhadap kerajaan berubah dengan cepat dan nilai-nilai lama dipertanyakan.
Didukung oleh suaminya, yang dikenal tidak sabar dengan kekakuan rapat-rapat maka Ratu mulai beradaptasi dengan orde baru.
Tradisi untuk menerima debutante (anak-anak bangsawan dan jutawan yang beranjak dewasa) dihapuskan dan istilah Monarki digantikan dengan Keluarga Kerajaan.
Namun Ratu kembali berada di pusat kekisruhan politik ketika Harold MacMillan mundur sebagai perdana menteri dan ia mengikuti nasihatnya untuk menunjuk Earl of Home sebagai pengganti.
Ulang tahun perak tahta
Itu adalah saat yang sulit bagi Ratu Elizabeth, yang merupakan lambang dari kepatutan konstitusi dan sekaligus pemisahan monarki dari pemerintah.
Ratu menyikapi serius haknya untuk mendapat informasi, memberikan masukan dan peringatan tetapi tidak melewati batasan-batasan itu.
Untuk terakhir kalinya pula dia berada dalam posisi teribat menunjuk pemerintah, sejalan dengan Partai Konservatif yang akhirnya menghapus tradisi bahwa pemimpin baru 'muncul' begitu saja untuk diganti dengan sistem yang layak.
Di akhir 1960an, Istana Buckingham memutuskan mereka memerlukan langkah positif untuk memperkenalkan cara-cara yang sedikit tidak formal dan lebih akrab kepada Keluarga Kerajaan.
Hasilnya adalah sebuah film dokumenter yang fenomenal, Royal Family. Untuk pembuatan film itu, BBC diizinkan mengambil gambar keluarga di dalam istana.
Ada foto-foto keluarga saat acara pesta barbeku, menghias pohon Natal, membawa anak-anak mengemudi, dan kegiatan lain yang biasa tetapi belum pernah dilihat oleh masyrakat umum sebelumnya.
Film itu menunjukkan periode yang santai dan berhasil mengembalikan dukungan publik.
Pada 1977, ulang tahun perak tahta dirayakan dengan antusias di pesta-pesta jalan raya di seluruh kerajaan dan kerajaan menjadi merasa tenang dengan kasih sayang publik dan sebagian besar hal itu adalah berkat jasa sang Ratu.
Skandal dan bencana
Ketika Inggris memiliki Theresa Margaret Thatcher sebagai Perdana Menteri wanita pertama, hubungan antara kepala negara dan kepala pemerintahan yang sama-sama perempuan disebut janggal.
Salah satu area tersulit adalah dedikasi Ratu pada Persemakmuran yang dikepalainya dan Elizabeth mengenal para pemimpin Afrika dengan baik serta bersimpati dengan mereka.
Ia dilaporkan merasa bahwa sikap dan gaya Thatcher yang konfrontatif 'membingungkan' termasuk sikap menentang Thatcher terhadap sanksi atas apartheid di Afrika Selatan.
Tahun demi tahun, tugas-tugas publiknya berlanjut.
Setelah Perang Teluk pada 1991, Ratu pergi ke AS dan menjadi penguasa kerajaan Inggris pertama yang berpidato di hadapan Kongres. Presiden Bush mengatakan ia telah menjadi 'teman kebebasan sepanjang masa'.
Namun satu tahun kemudian, serangkaian skandal dan bencana mulai berdampak pada Keluarga Kerajaan.
Anak kedua Ratu, Duke of York dan istrinya Sarah berpisah. Kemudian Pangeran dan Putri Wales, Charles dan Diana, diklaim oleh media sebagai tidak bahagia. Mereka kemudian berpisah.
Tahun itu diakhiri dengan kebakaran besar di kediaman favorit Ratu, Istana Windsor. Insiden itu seolah melambangkan bahwa rumah kerajaan dalam kesulitan.
Simbol bangsa
Ratu menyebut 1992 sebagai 'tahun yang sulit' baginya, dan dalam pidato di London, tampak siap untuk mengadopsi monarki terbuka, untuk ditukar dengan media yang lebih 'halus.'
"Tak ada institusi, Kota, Monarki, apa pun itu, yang dapat berharap bebas dari pengawasan orang-orang baik yang setia mau pun tidak. Tapi kita berasal dari bahan yang sama dan pengawasan bisa efektif meski melibatkan kelembutan, humor dan pengertian."
Institusi kerajaan memang cenderung defensif.
Namnun Istana Buckingham dibuka untuk pengunjung untuk mengumpulkan uang untuk membayar biaya perbaikan Windsor dan diumumkan pula bahwa ratu dan Pangeran Wales akan membayar pajak pendapatan investasi.
Di luar negeri, harapan untuk Persemakmuran, sangat tinggi dan belum terwujud. Inggris telah berpaling dari mitra-mitra tua mereka dengan pengaturan baru di Eropa.
Ratu masih melihat ada nilai-nilai di Persemakmuran dan sangat puas ketika Afrika Selatan akhirnya menghapus apartheid.
Ia merayakannya dengan sebuah kunjungan ke negara itu pada Maret 1995.
Di rumah, Ratu terus berusaha mengukuhkan monarki sementara debat publik terus berlanjut untuk menentukan apakah institusi itu memiliki masa depan.
Saat Inggris berjuang untuk menemukan takdir baru, ia berusaha menjadi tokoh penyemangat dan dengan sebuah senyum bisa membuat momen yang hening menjadi terang.
Peran yang ia hargai di atas segalanya adalah simbol negara.
Tetapi, monarki terguncang dan Ratu memicu kritik setelah kematian Diana, Putri Wales dalam kecelakaan mobil di Paris pada Agustus 1997.
Duka cita
Saat publik berkumpul di depan istana-istana di London dengan karangan bunga, ratu tampak enggan memperlihatkan emosi seperti yang selalu ia coba lakukan saat momen-momen nasional yang penting itu.
Banyak kritikus yang tidak memperhitungkan fakta bahwa ia berasal dari generasi yang pantang menunjukkan histeria dalam duka cita khalayak umum di seluruh dunia pascakematian Putri Diana.
Ia juga merasa, sebagai seorang nenek, bahwa ia harus menghibur putra-putra Diana secara tertutup dalam lingkungan keluarga.
Ratu akhirnya membuat pernyataan secara langsung di televisi, mengutarakan duka cita untuk menantunya dan membuat komitmen bahwa monarki akan beradaptasi.
Kematian Ibu Suri dan adiknya, Putri Margaret -saat ulang tahun emas tahta 2002- juga mengurangi kegembiraan perayaan di seluruh negeri.
Namun, terlepas dari hal ini dan debat berkepanjangan akan masa depan monarki, jutaan orang berkumpul di The Mall, di depan Istana Buckingham, di malam perayaan tahta.
Dua peristiwa penting lain dalam hidupnya memberikan publik kesempatan untuk menunjukkan kecintaan mereka pada Ratu.
April 2006, ribuan orang berkumpul di jalan di dekat Windsor saat Ratu tampil di ulang tahunnya yang ke-80.
Dan pada November 2007, ia dan Pangeran Philip merayakan 60 tahun pernikahan dengan upacara yang dihadiri 2.000 orang di Gereja Westminster Abbey, London.
Ada pula satu momen bahagia pada April 2011 ketika Ratu menghadiri pernikahan cucunya, William, Duke of Cambridge, dengan Catherine Middleton.
Pada bulan Mei tahun itu juga ia menjadi penguasa Kerajaan Inggris pertama yang mengunjungi Republik Irlandia, sebuah peristiwa bersejarah bagi kedua negara.
Pada tanggal 9 September 2015, dia menjadi pemegang tahta paling lama dalam sejarah Inggris, melampaui nenek buyutnya Ratu Victoria.
Ratu Elizabeth II dan sang suami Duke of Edinburgh.
Kurang dari setahun kemudian, pada April 2016, ia merayakan ulang tahun ke-90.
Ia terus menjalankan tugasnya walau usia sudah memasuki 90, dan sering melakukannya sendiri setelah suaminya pensiun pada 2017.
Ketegangan berlanjut pada keluarga - termasuk kecelakaan mobil suaminya, persahabatan Duke of York yang dinilai buruk dengan seorang pengusaha Amerika yang dihukum, dan kekecewaan Pangeran Harry yang semakin besar dengan kehidupan keluarga kerajaan.
Meski pun kerajaan tidak lagi sekuat saat Ratu Elizabeth II pertama kali bertahta, ia bertekad bahwa monarki harus terus menjadi sesuatu yang dicintai dan dihormati oleh rakyat Inggris.
Pada perayaan tahta perak 1977, ia mengingat sebuah janji yang ia lontarkan saat mengunjungi Afrika Selatan 30 tahun sebelumnya.
"Waktu saya berumur 21, saya berjanji mendedikasikan hidup saya untuk melayani rakyat dan saya meminta bantuan Tuhan untuk membuat tekad itu. Kendati sumpah itu dibuat ketika saya masih muda, saat saya masih hijau dalam menilai, saya tidak menyesali atau mencabut satu kata pun". (*)
Tags : ratu elizabeth II meninggal dunia, ratu elizabeth meninggal, ratu inggris meninggal, ratu elizabeth meninggal dunia, silsilah nabi muhamamd, ratu elisabeth, kerajaan inggris, Menara Eiffel, ratu inggris meninggal, ratu elizabeth meninggal, ratu inggris ,