Satgas Covid-19 Provinsi Riau mencurigai mutasi Virus Corona B177 sudah masuk ke Riau, namun kecurigaan tersebut belum disertai bukti.
RIAUPAGI.COM, PEKANBARU - Satgas Covid-19 Provinsi Riau mencurigai mutasi Virus Corona B177 sudah masuk ke Riau, namun kecurigaan tersebut belum disertai bukti, sebab hingga saat ini laboratorium biomolekuler di Riau belum bisa mendeteksi dan menguji keberadaan mutasi virus corona yang disebut dengan B117.
Kecurigaan mutasi virus Covid-19 tersebut masuk di Riau didasari dengan adanya penyebaran Covid-19 di lingkungan keluarga. "Kecurigaan ini sudah kami pikirkan sebulan atau satu setengah bulan yang lalu. Hasil analisis kami, memang tren kluster keluarga yang saat ini terjadi itu berbeda, memang ini baru sebatas asumsi, belum bisa memastikan. Tapi di tahun 2020 itu kalau di satu rumah itu ada yang positif, paling yang tertular itu satu atau dua orang, tapi sekarang tidak, kalau ada dalam satu keluarga itu yang positif, hampir semua keluarga itu kena," katanya.Juru Bicara Satgas Covid-19 Riau, dr Indra Yovi, Kamis (22/4).
Yovi mengatakan, penularan Covid-19 di kluster keluarga yang terjadi saat ini berbeda dengan sebelumnya. Pada bulan lalu jika dalam satu rumah tersebut ada satu orang yang positif, kemudian dirumah tersebut dilakukan tracing, yang tertular hanya satu atau dua orang saja. Munculnya fenomena ini, pihaknya mencurigai mutasi virus Covid-19 yang disebut B117 tersebut sudah masuk ke Riau. "Makanya kita minta kepada kementerian kesehatan, agar Riau dijadikan sebagai satu dari 18 provinsi yang ikut memeriksa mutasi B117," katanya.
Dengan adanya kewenangan Riau melakukan pengujian terhadap mutasi virus B117 tersebut, bisa dideteksi, apakah mutasi virus tersebut sudah masuk ke Riau atau belum. "Kita sudah berkoordinasi dengan dr Andani dan dokter mikro biologi kita yang ada disini, semua sudah siap dan antusias Riau bisa melakukan pengujian terhadap mutasi virus B117 ini," ujarnya.
Bermutasi Menjadi "Eek" Varian Baru Virus Covid-19 Ini Jauh Lebih Cepat Menular. Virus Corona, Covid-19 kembali bermutasi dan kali ini diklaim lebih cepat menular dan menjangkiti pasien. Varian mutasi Virus Covid-19 diberi nama "Eek". Sebanyak 70 persen pasien di rumah sakit di Tokyo, Jepang diketahui terinfeksi Mutasi Virus Corona Eek, E484K.
Ada 10 dari 14 pasien virus Corona di Tokyo Medical and Dental University Medical Hospital yang terbukti terinfeksi mutasi virus ini pada Maret lalu.Kantor Berita Reuters memberitakan mutasi ini ditemukan pada 12 dari 36 pasien dalam kurun waktu dua bulan terakhir.Seluruh pasien diketahui tidak pernah bepergian ke luar negeri atau berkontak dengan pasien yang diketahui memiliki varian virus semacam ini.
Mutasi E484K yang juga dijuluki peneliti sebagai "Eek" ini sebelumnya dikabarkan dapat mengurangi perlindungan vaksin. Kata "eek" dalam bahasa Inggris adalah bentuk informal dari exclamation -biasa dipakai untuk merujuk pada ekspresi ketakutan, kejutan, atau pun warning (peringatan). Fakta ini menjadi temuan yang mengejutkan, karena mutasi ini baru pertama kalinya muncul di Jepang.
Terlebih lagi, vaksinasi dalam skala besar untuk masyarakat umum juga belum dimulai. Virus Corona E484K Lebih Berbahaya? Mutasi E484K pertama kali diidentifikasi pada varian SARS-CoV-2 Afrika Selatan dan kemudian di Brasil. Perkembangan virus ini juga kemudian didapati pada varian Corona Inggris alias B.1.1.7. Hal ini meningkatkan kekhawatiran karena varian B117 ini bisa berdampak lebih parah pada pasiennya.
Pasalnya, virus yang sudah masuk ke Indonesia ini lebih mudah menular dan berisiko kebal terhadap vaksin. Jurnal Kesehatan BMJ menyebutkan, mutasi terjadi pada protein spike -glikoprotein yang menonjol dari selubung virus, dan diperkirakan berdampak pada respons kekebalan tubuh. Ravindra Gupta dari Universitas Cambridge mengatakan, E484K alias escape mutation ini juga dapat memperkuat virus melewati pertahanan kekebalan tubuh.
Varian Corona B.1.1.7 dan E484K yang baru secara substansial meningkatkan jumlah antibodi serum yang diperlukan untuk mencegah infeksi sel. Karena itu, kombinasi ini diperkirakan bisa jauh lebih mematikan dibandingkan varian Corona sebelumnya. Lawrence Young, ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, Inggris memberikan pandangan senada.
Dia mengatakan, mutasi E484K dapat melemahkan respon imun dan memengaruhi umur dari respon antibodi penetral. "Jadi, varian B.1.1.7 yang membawa mutasi E484K mungkin lebih berdampak lebih parah ketika seseorang terinfeksi ulang," ujar dia.
Sejumlah penelitian lain menunjukkan, vaksin yang beredar saat ini belum terbukti bekerja optimal pada mutasi Eek ini. Dikutip dari BMJ, uji klinis oleh Novavax dan Johnson & Johnson menunjukkan, vaksin baru mereka kurang efektif di Afrika Selatan, dibandingkan dengan di Inggris atau Amerika Serikat.
Hal ini diprediksi ada kaitannya dengan tingginya virus yang membawa mutasi E484K. Meski demikian, Novavax juga melaporkan 60 persen kemanjuran vaksinnya di Afrika Selatan, sehingga ada peluang untuk dilakukan desain baru agar lebih sesuai dengan kebutuhan.
Sementara itu, Tim Oxford AstraZeneca sedang memperbarui vaksin agar lebih efektif melawan mutasi tersebut. Salah satu opsinya berupa penguat dosis terbaru dan akan dirilis ke pasaran tiap tahun. Sementara itu, masyarakat disarankan untuk berpartisipasi menekan penyebaran virus untuk membatasi munculnya varian baru. Caranya dengan tetap mematuhi pelaksanaan protokol kesehatan termasuk menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan.
Gubri Syamsuar curiga B117 sudah masuk Riau
Sementara Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar menduga kenaikan angka kasus Covid-19 di Provinsi Riau ini ada kaitanya dengan mutasi virus Covid-19 yang dikenal dengan sebutan B117. Namun untuk membuktikan hal tersebut, Riau belum bisa melakukannya. Sebab Labor yang ada di Riau belum memadai untuk menguji keberadaan virus baru tersebut dari sampel yang diperiksa. "Kami minta bantuan pemerintah pusat, seperti apa sebenarnya untuk melakukan pengujian mutasi virus baru ini," katanya.
Kecurigaan Gubri Syamsuar terkait mutasi virus baru B117 yang diduga sudah masuk ke Riau ini bukan tanpa alasan. Gubri Syamsuar menyebut lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi beberapa hari ini bisa saja disebabkan karena mutasi virus B117. "Jangan-jangan tren naik ini ada varian baru yang sudah masuk ke Riau, karena selama ini kan kasus Covid-19 di Riau tak pernah tembus 400 kasus, timbul kecurigaan kami, apakah kenaikan ini kaitanya dengan varian baru dari virus Covid-19. Tapi untuk mendeteksi itukan kita tidak tau gimana caranya, nanti kita minta petunjuk pusat," katanya.
Selain angka kasus Covid-19 yang tinggi, kecurigaan masuknya mutasi virus B117 tersebut juga muncul dari letak Riau yang dikelilingi oleh provinsi yang sudah terdeteksi virus baru ini sudah masuk. "Apalagi varian baru virus ini kan sudah ditemukan di Palembang dan Medan. Kalau kita lihat, Medan dan Palembang ini kan sama saja dengan Riau. Bisa saja masuk kesini (Riau)," ujarnya.
Sebelumnya, Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Riau mencurigai mutasi Covid-19 sudah masuk ke Riau. Namun kecurigaan tersebut belum disertai bukti, sebab hingga saat ini laboratorium biomolekuler di Riau belum bisa mendeteksi dan menguji keberadaan mutasi virus corona yang disebut dengan B117. Juru Bicara Satgas Covid-19 Riau, dr Indra Yovi mengungkapkan, kecurigaan mutasi virus Covid-19 tersebut masuk di Riau didasari dengan adanya penyebaran Covid-19 di lingkungan keluarga.
Yovi mengungkapkan, penularan Covid-19 di kluster keluarga yang terjadi saat ini berbeda dengan sebelumnya. Dimana pada bulan lalu jika dalam satu rumah tersebut ada satu orang yang positif, kemudian dirumah tersebut dilakukan tracing, yang tertular hanya satu atau dua orang saja. "Kecurigaan ini sudah kami pikirkan sebulan atau satu setengah bulan yang lalu. Hasil analisis kami, memang tren kluster keluarga yang saat ini terjadi itu berbeda, memang ini baru sebatas asumsi, belum bisa memastikan. Tapi di tahun 2020 itu kalau di satu rumah itu ada yang positif, paling yang tertular itu satu atau dua orang, tapi sekarang tidak, kalau ada dalam satu keluarga itu yang positif, hampir semua keluarga itu kena," katanya.
Munculnya fenomena ini, pihaknya mencurigai mutasi virus Covid-19 yang disebut B117 tersebut sudah masuk ke Riau. "Makanya kita minta kepada kementerian kesehatan, agar Riau dijadikan sebagai satu dari 18 provinsi yang ikut memeriksa mutasi B117," katanya.
Sebab dengan adanya kewenangan Riau melakukan pengujian terhadap mutasi virus B117 tersebut, bisa dideteksi, apakah mutasi virus tersebut sudah masuk ke Riau atau belum. "Kita sudah berkoordinasi dengan dr Andani dan dokter mikro biologi kita yang ada disini, semua sudah siap dan antusias Riau bisa melakukan pengujian terhadap mutasi virus B117 ini," ujarnya. (*)
Tags : Virus Corona B177, Mutasi B177 Mulai Menyerang, Gubri Curiga B177 Sudah Masuk ke Riau,