Headline Linkungan   2024/10/19 7:47 WIB

Non Government Organization Internasional Kagumi Pengelolaan Konservasi Mangrove di Riau

Non Government Organization Internasional Kagumi Pengelolaan Konservasi Mangrove di Riau

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Non Government Organization Internasional (NGO) atau organisasi kemasyarakatan berkunjung ke konservasi Mangrove Sungai Bersejarah (MSB) di Kampung Kayu Ara Permai, Kecamatan Sei Apit, Kabupaten Siak, Riau.

"NGO kagumi pengelolaan konservasi Mangrove Sungai Bersejarah (MSB) di Sei Apit."

“Saya sudah keliling di sejumlah wilayah di Indonesia, dan saya melihat tidak banyak pengelolaan mangrove yang hebat seperti yang ada di Desa Kayu Ara Permai,” kata Direktur Proforest Asia Tenggara Taufiq Alimi, Kamis (17/10).

Ada sebanyak 35 orang dari Proforest, Non Government Organization (NGO) atau organisasi kemasyarakatan berkunjung ke konservasi MSB, sebutnya.

Peserta berasal dari sembilan negara yakni Belanda, Prancis, Spanyol, Inggris, Brazil, Kolombia, Mexico dan Ghana serta Malaysia.

Kunjungan ke MSB tersebut merupakan bagian dari program “Landscape Exchange Week”. Bertujuan untuk mengunjungi desa yang mengimplementasikan kolaborasi dan aktivitas proteksi dan restorasi, khususnya di bidang komoditas pertanian dan kehutanan.

Sementara dari kelompok MSB dihadiri Penghulu Kampung Kayu Ara Permai Abdul Razak, Sr CRS Officer PT Imbang Tata Alam (ITA) Arip Hidayatulloh, Siak Pelalawan Landscape Program (SPLP), siswa sekolah alam serta masyarakat setempat.

Taufiq Alimi menyetakan, kunjungan tersebut dimaksudkan untuk bertukar pengetahuan antara kelompok tani mangrove dan peserta kegiatan “Landscape Exchange Week” dalam hal proteksi dan restorasi mangrove di Kampung Kayu Ara Permai.

Ia juga melihat sudah banyak program adobsi mangrove antara kelompok konservasi dengan sejumlah pihak baik secara individu maupun dunia usaha.

"Kegiatan kolaborasi inilah yang sangat menarik untuk kami pelajari bersama,” katanya.

Ketua Kelompok Konservasi Laskar Mandiri Kampung Kayu Ara Permai, Sabarion Putra kemudian menceritakan bagaimana mereka awalnya membangun konservasi MSB yang diawali dari keprihatinan mereka terhadap abrasi daratan yang mereka tempati.

Kampung Kayu Ara Permai, kata Sabarion, terletak di Selat Lalang yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dengan hempasan gelombang yang cukup keras. Setiap tahun, terjadi abrasi atau berkurangnya daratan akibat digerus ombak sepanjang 2 meter.

“Salah satu penyebabnya adalah mangrove yang dahulu tumbuh secara alami mengelilingi daratan, ditebang dan dijual. Akibatnya daratan di kampung kami secara perlahan-lahan semakin berkurang,” ujar pria yang akrab disapa Bang Oyon itu.

Bersama Penghulu Kampung dan pemuda setempat, mereka kemudian sepakat membentuk kelompok konservasi yang fokus pada penanaman mangrove dan ekowisata. Dataran yang tergerus mulai ditanami dengan berbagai jenis tanaman mangrove seperti bakau, api-api dan spesies tumbuhan lainnya.

“Kami banyak mendapat bantuan dari PT Imbang Tata Alam (ITA) mulai dari pelatihan tentang cara menanam mangrove, membangun trekking, fasilitas umum hingga mushalla di dalam kawasan konservasi Mangrove Sungai Bersejarah,” katanya.

Kegiatan kelompok konservasi ini makin berkembang setelah MSB makin dikenal masyarakat dan pernah menerima kunjungan wisatawan hingga ribuan orang setiap tahunnya. Bahkan saat ini, kata Bang Oyon.

“Kami mampu memproduksi bibit mangrove yang siap tanam sebanyak 50 ribu batang jika ada permintaan.”

Tidak hanya itu, masyarakat juga sudah bisa membuat beberapa jenis pangan olahan dari mangrove seperti keripik, sirup dan pangan lainnya yang kemudian dijadikan oleh-oleh kepada para tamu. Usai diskusi dan tanya jawab, rombongan kemudian secara serentak menanam mangrove di areal yang masih kosong.

Di tempat terpisah, CSR & Communication EMP, Iman Soerjasantosa kepada media, Jumat, 18 Oktober 2024, mengatakan, PT ITA sangat concern terhadap program konservasi mangrove dan telah membina beberapa kelompok konservasi baik di Kabupaten Siak maupun Kepulauan Meranti.

“Mangrove selain mampu menahan laju abrasi, juga mampu memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat bila dikelola menjadi kawasan ekowisata. Selain itu, mangrove menjadi tempat berkembangbiaknya sejumlah satwa air sehingga tangkapan nelayan akan semakin meningkat jika mangrove terjaga dan lestari,” kata Iman. (*)

Tags : non government organization, ngo internasional, ngoberkunjung ke siak, ngo kagumi pengelolaan konservasi mangrove di sei apit,