Wisata   2025/07/10 10:16 WIB

Pacu Jalur: Olahraga Tradisional Khas Riau Mendadak Jadi Perhatian Dunia

Pacu Jalur: Olahraga Tradisional Khas Riau Mendadak Jadi Perhatian Dunia

KUANTAN SINGINGI  – Pacu Jalur, olahraga tradisional khas Riau, mendadak mencuri perhatian dunia setelah video seorang bocah penari di ujung perahu viral di media sosial.

Tradisi balap perahu yang rutin digelar di Sungai Kuantan ini bahkan mendapat respons dari tokoh-tokoh olahraga internasional seperti Neymar, Travis Kelce, hingga pembalap Formula 1 Fernando Alonso.

Rekaman gaya menari energik Rayyan Arkan Dikha, anak berusia 11 tahun dari Kuantan Singingi yang berperan sebagai “anak coki” atau penari cilik di ujung perahu, menyebar luas di berbagai platform digital.

Aksi atraktif Rayyan saat perahunya memimpin lomba menginspirasi selebrasi atlet dunia, termasuk unggahan Paris Saint-Germain (PSG) yang memperlihatkan Bradley Barcola meniru gerakan khas pacu jalur.

Pacu Jalur bukan sekadar lomba mendayung, melainkan warisan budaya yang menggabungkan unsur olahraga, seni, spiritualitas, dan nilai adat.

Tradisi ini berasal dari abad ke-17 ketika masyarakat Melayu di pesisir Sungai Kuantan menggunakan perahu untuk aktivitas harian, terutama mengangkut hasil bumi.

Kini, Pacu Jalur telah berkembang menjadi festival budaya tahunan yang sarat makna. Sejak 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Perlombaan rutin digelar setiap Agustus dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tradisi ini bahkan memiliki jejak historis dari era kolonial Belanda, ketika digunakan untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina.

Satu perahu pacu jalur—disebut “jalur”—bisa memiliki panjang hingga puluhan meter dan ditumpangi 50 hingga 60 pendayung.

Pembuatan perahu dilakukan melalui ritual adat, mulai dari penebangan kayu di hutan hingga prosesi spiritual yang melibatkan tokoh masyarakat.

Prosesnya berlangsung secara gotong royong, menjadikan perahu bukan hanya alat lomba, tetapi simbol budaya dan identitas kampung.

Dalam setiap perahu, terdapat sejumlah peran penting:

  • Tukang pinggang (juru mudi)
  • Tukang concang (penyemangat dan pemberi aba-aba)
  • Anak coki, yang menari di ujung perahu sebagai simbol semangat dan keberuntungan.

Rayyan Arkan Dikha menjadi wajah baru fenomena ini, menampilkan ekspresi dan gerakan khas yang menggambarkan kegembiraan dan semangat juang timnya. Gaya Rayyan inilah yang mengundang apresiasi global.

Viralnya Pacu Jalur membuka potensi besar untuk pengembangan pariwisata budaya Indonesia.

Negara seperti Tiongkok telah berhasil menjadikan Festival Perahu Naga (Dragon Boat Festival) sebagai acara nasional dan destinasi wisata internasional.

Indonesia pun memiliki peluang serupa dengan menjadikan Pacu Jalur sebagai ikon budaya air dari Riau.

Namun, para pemangku kepentingan diingatkan untuk tidak terlena oleh viralitas sesaat.

Diperlukan penguatan infrastruktur menuju lokasi, peningkatan fasilitas bagi penonton dan peserta, pengelolaan kebersihan, serta strategi promosi yang lebih profesional. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal, dan pelaku industri kreatif menjadi kunci sukses pengembangan festival ini.

Jika dikelola secara berkelanjutan dan lepas dari kepentingan politik sesaat, Pacu Jalur dapat menjadi ajang internasional, sejajar dengan cabang olahraga air lain seperti rowing atau dragon boat.

Tradisi ini memiliki daya tarik unik: gabungan kekuatan fisik, budaya, dan pertunjukan yang menyentuh sisi emosional penonton.

Pacu Jalur adalah bukti bahwa tradisi lokal dapat mendunia jika dirawat dengan serius. Ia bukan hanya simbol budaya Riau, tetapi juga wajah warisan budaya Indonesia yang layak ditampilkan ke panggung global. (*)

Tags : pacu jalur, olahraga tradisional, pacu jalur olahraga khas riau, pacu jalur jadi perhatian dunia,