Internasional   2022/11/16 12:29 WIB

Para Pemimpin Dunia di KTT G20 Mengecam Perang Ukraina, 'yang Memperburuk Ekonomi Global'

Para Pemimpin Dunia di KTT G20 Mengecam Perang Ukraina, 'yang Memperburuk Ekonomi Global'
Presiden Joko Widodo dan Presiden AS Jo Biden dalam KTT G20 di Bali Selasa (15/11).

INTERNASIONAL - Rancangan deklarasi G20, yang dilihat oleh sejumlah kantor berita, menyebutkan "sebagian besar" anggota mengecam keras perang di Ukraina dan menekankan perang memperburuk kerapuhan dalam ekonomi global.

Rancangan komunike yang sedang dibahas pada pertemuan (negara-negara G20) itu menyesalkan dampak invasi Rusia ke Ukraina dan menyebut penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima.

Draf tersebut masih dapat berubah, dan Rusia dilaporkan menentang kata-kata yang digunakan dalam komunike tersebut. Anggota G20 juga menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas tantangan yang ditimbulkan akibat perang terhadap ketahanan pangan global.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengkritik negara-negara Barat atas apa yang ia gambarkan sebagai "politisaasi" deklarasi G20.

Lavrov mengatakan upaya untuk menuding kesalahan perang pada Rusia ditolak dalam teks dan dia mengangkat satu bagian yang menyinggung pertukaran pikiran terkait isu itu. Ia mengatakan deklarasi akan selesai Rabu (16/11).

Lavrov disebutkan telah meninggalkan Bali Selasa malam (15/11), satu hari sebelum KTT G20 selesai, menurut kantor berita Rusia, Tass.

Langkah Lavrov ini dilakukan ditengah laporan yang menyebutkan ibu kota Ukraina, Kyiv, digempur misil.

Seruan agar Rusia mengakhiri perang di Ukraina banyak dilontarkan dalam pertemuan puncak G20 sejauh ini. Lavrov juga hadir ketika Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak menentang apa yang ia sebut "perang barbar" di Ukraina dan meminta "rezim Putin" untuk "angkat kaki" dari negara itu.

Sebelumnya, sejumlah pemimpin dunia yang menghadiri KTT G20, termasuk Presiden Joko Widodo, menyerukan agar perang di Ukraina dihentikan.

Dalam pidato pembukaan, Jokowi mengatakan, "jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi kita untuk bertanggung jawab atas masa depan generasi sekarang dan mendatang."

Menurut Joko Widodo, semua negara memiliki tanggung jawab menjaga kestabilan situasi dunia.

Bertanggung jawab berarti menghormati hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB secara konsisten, kata Jokowi.

"Bertanggung jawab berarti menciptakan situasi win-win, bukan zero-sum. Bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang," ujarnya.

Zelensky: 'Perang destruktif Rusia harus dihentikan' 

Seruan "hentikan perang" juga disuarakan Presiden Ukraina, Volodymir Zelensky, melalui tayangan video di KTT G20 di Bali, Selasa.

"Saya yakin saat ini adalah saatnya perang destruktif Rusia harus dan dapat dihentikan. Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa," kata Zelensky dalam bahasa Ukraina, yang diperoleh AFP.

Dia menekankan kepada para pemimpin dunia, seperti Presiden AS Joe Biden dan pemimpin China Xi Jinping, tanpa menyertakan Rusia.

"Tidak ada alasan untuk mengeksploitasi nuklir," tambahnya. Zelensky kemudian secara khusus berterima kasih kepada "G19" - dan mengecualikan Rusia - karena "menjadikan semuanya jelas".

Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri KTT di Bali, tetapi menteri luar negerinya Sergey Lavrov hadir sebagai gantinya.
PM India: 'Kembali ke jalur gencatan senjata dan diplomasi'

Ajakan untuk menghentikan perang di Ukraina disuarakan pula oleh Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi.

Modi menyerukan agar pihak yang berperang di Ukraina "kembali ke jalur gencatan senjata dan diplomasi".

Berbicara pada sesi tentang ketahanan pangan dan energi, dia mengatakan bahwa rantai pasokan global "hancur" karena masalah yang disebabkan oleh perubahan iklim, pandemi Covid dan perang di Ukraina.

Dia juga menekankan peran para pemimpin G20 dalam "menciptakan tatanan dunia baru" setelah pandemi.

"Selama satu abad terakhir, Perang Dunia Kedua mendatangkan malapetaka di dunia. Setelah itu, para pemimpin saat itu berusaha serius menempuh jalan perdamaian. Sekarang giliran kita," katanya.

'Perang barbar Rusia' - PM Inggris berbicara dengan Menlu Rusia

Sementara itu, saat sesi pembukaan resmi KTT G20, Perdana Menteri (PM) Rishi Sunak mengatakan "rezim Putin" telah "menekan perbedaan pendapat domestik dan menciptakan validitas hanya melalui kekerasan".

Rusia, menurutnya, mendengar "paduan suara oposisi global terhadap tindakannya".

Rishi Sunak juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai perang "barbar" Rusia di Ukraina.

Sunak juga berbicara langsung ke arah perwakilan Rusia di ruangan itu, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov - pertama kalinya seorang PM Inggris berhadapan langsung dengan tokoh senior Rusia sejak perang di Ukraina dimulai. (*)

Tags : Rusia, Inggris raya, Indonesia, Konflik Rusia-Ukraina,