Politik   03-04-2025 12:6 WIB

Parisman Ihwan dan SF Hariyanto Berebut Kursi Ketua Golkar Riau Penuh Persaingan, 'yang Berjuang Mati-matian Sampai Titik Darah Penghabisan'

Parisman Ihwan dan SF Hariyanto Berebut Kursi Ketua Golkar Riau Penuh Persaingan, 'yang Berjuang Mati-matian Sampai Titik Darah Penghabisan'
SF Hariyanto dan Parisman Ihwan

PEKANBARU - Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Riau dijadwalkan akan digelar pada pertengahan April 2025, setelah perayaan Idul Fitri.

Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) Golkar Riau, Ikhsan, menegaskan persiapan Musda telah memasuki tahap akhir.

"Pertengahan April rencananya (Musda) kami juga sounding kan dengan provinsi lain, agar tidak berbenturan pelaksanaan Musda-nya karena ketua umum akan hadir," ujar Ikhsan, Rabu (26/3).

Menurut Ikhsan, kepanitiaan Musda telah dibentuk, termasuk Steering Committee (SC) dan Organizing Committee (OC).

"Kami sudah persiapan tinggal kepastian ketua umum. SC dan OC sudah diplenokan, Yasmin ketua OC dan SC Parisman Ihwan dan saya," jelasnya.

Hingga saat ini, dua nama yang mencuat sebagai kandidat adalah Parisman Ihwan dan SF Hariyanto. Namun, Ikhsan menegaskan bahwa Golkar Riau membuka peluang bagi kader lain yang ingin maju.

"Dua nama (Parisman dan SF Hariyanto) dan silahkan saja bagi kita siapapun yang maju, yang tujuannya adalah ingin membesarkan partai," kata Ikhsan.

Menjelang Musda, dukungan di kalangan pengurus dan kader Golkar Riau terbelah. Sebagian mendukung SF Hariyanto, Wakil Gubernur Riau, sementara sebagian lainnya mendukung Parisman Ihwan.

Keputusan akhir akan ditentukan oleh suara dari DPD II Golkar Kabupaten/Kota, organisasi massa (ormas) pendiri dan didirikan, dewan pertimbangan, DPD I, dan DPP.

Sebelumnya, Ketua Generasi Muda Golkar Riau, Novri Andri Yulan, menekankan pentingnya netralitas Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I, Steering Committee (SC), dan Organizing Committee (OC) dalam Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Riau 2025.

Ia menegaskan bahwa Musda mendatang harus menjadi momentum perubahan bagi partai.

Menurut Novri, Golkar sebagai partai yang inklusif, mandiri, demokratis, dan responsif, perlu kembali merangkul masyarakat setelah mengalami keterpurukan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Ia menilai kepemimpinan Golkar Riau saat ini terlalu konservatif dan tertutup, yang berakibat pada hasil terburuk sepanjang sejarah partai di Riau.

Yulan mengungkapkan bahwa pengelolaan partai selama ini tidak memiliki kejelasan deskripsi pekerjaan antar pengurus. Ketua partai dinilai tidak pernah turun menyapa kader atau melakukan konsolidasi, yang justru memicu perpecahan.

"Akibatnya, tidak ada internalisasi nilai perjuangan Golkar dan doktrin karya kekaryaan di tubuh partai. Lemahnya kaderisasi dan program partai membuat Golkar Riau kehilangan arah dan dukungan dari masyarakat," ujar Yulan.

Menyoroti Musda Golkar Riau 2025, Novri melihat adanya indikasi ketidaknetralan dari DPD I, SC, dan OC. "Tahapan dan jadwal Musda belum ditetapkan, tetapi sudah ada kecenderungan mendukung calon tertentu," katanya.

Menurutnya, sebagai bagian dari struktur partai, DPD I, SC, dan OC seharusnya bersikap netral serta menjunjung tinggi nilai, etika, dan moral dalam proses pemilihan ketua.

Sebagai partai yang demokratis dan terbuka, Golkar seharusnya memberikan ruang bagi siapa pun yang ingin maju sebagai Ketua DPD I Golkar Riau. Novri menyebut nama Wakil Gubernur Riau, SF Harianto, sebagai salah satu kandidat kuat yang mendapat sambutan positif dari kader partai.

Ia memastikan bahwa SF Harianto telah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Golkar yang ditandatangani langsung oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal.

Menurut Yulan, status SF Hariyanto yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Daerah dan Penjabat Gubernur Riau tidak menjadi penghalang.

Ia mengingatkan bahwa dalam tradisi Golkar, terdapat konsep "tiga jalur ABG" (ABRI, Birokrasi, dan Golkar) yang memungkinkan birokrat seperti SF Harianto untuk memimpin partai.

"Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menghambat pencalonannya di Musda mendatang," tegas Yulan.

Lebih lanjut, Yulan menekankan bahwa paradigma baru Golkar harus mandiri dan tidak hanya menjadi pengikut. Golkar Riau ke depan membutuhkan ketua yang kuat, bukan sekadar figur yang dapat dikendalikan oleh pihak lain.

"Ketua yang terpilih harus memiliki visi yang jelas untuk membangkitkan kembali Golkar Riau dan mengembalikan kejayaan partai di daerah ini," jelasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa partai lain tentu menginginkan Golkar Riau dipimpin oleh sosok yang lemah agar mudah diatur. Oleh karena itu, Golkar Riau harus memilih ketua yang berintegritas, memiliki strategi yang jelas, dan mampu membawa semangat baru bagi kader.

Kepemimpinan yang lemah hanya akan semakin menenggelamkan partai dalam keterpurukan.

Musda Golkar Riau 2025 seharusnya menjadi ajang demokrasi yang sehat, bukan sekadar forum untuk mempertahankan kepentingan segelintir orang. Yulan berharap seluruh kader dapat bersatu dan memastikan bahwa Musda ini benar-benar menghasilkan pemimpin yang mampu membawa Golkar Riau keluar dari krisis dan kembali berjaya di kancah politik daerah. (*)

Tags : musda golkar, calon ketua dpd golkar, golkar riau, parisman ihwan dan sf hariyanto bersaing ketat, perebutan kursi ketua golkar riau,