INTERNASIONAL - Seorang pejabat Brasil yang menangani suku-suku terpencil di kawasan Amazon tewas setelah dipanah pada bagian dada ketika mendekati sebuah suku asli. Rieli Franciscato, 56, meninggal dunia pada Rabu (09/09) di wilayah terpencil yang terletak di Negara Rondônia, bagian barat laut Brasil.
Dia berada di area itu untuk memantau sebuah suku sebagai bagian dari tugasnya untuk Funai, lembaga pemerintah yang khusus menangani suku asli. Sebuah lembaga yang turut didirikan Franciscato pada 1980-an menyebut pria itu sebagai orang yang "luar biasa, serius, dan profesional berdedikasi".
The Kaninde Ethno-Environmental Defence Association mengatakan masyarakat adat tidak bisa membedakan teman atau lawan dari luar wilayah mereka.
Apa yang terjadi pada Franciscato?
Sejumlah saksi mata mengatakan Franciscato dan rombongannya ditembaki anak panah selagi mendekati sebuah kelompok masyarakat adat. Franciscato, yang didampingi polisi, mencoba berlindung di balik sebuah kendaraan, namun dadanya kena tembak anak panah, kata sejumlah saksi mata dirilis BBC News.
Seorang polisi yang menyaksikan insiden tersebut mengatakan, Franciscato mampu mencabut anak panah di atas jantungnya. "Dia memekik, mencabut anak panah dari dadanya, lari 50 meter dan jatuh tak bernyawa," kata seorang polisi dalam rekaman audio yang diunggah ke media sosial.
Gabriel Uchida, seorang jurnalis foto di kawasan itu, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Franciscato tengah memantau sebuah suku yang dikenal dengan sebutan "kelompok terisolasi di Sungai Cautario".
Uchida, yang juga menyaksikan insiden tersebut, mengatakan suku itu biasanya adalah orang-orang yang suka "damai" namun "kali ini hanya ada lima pria bersenjata—sebuah kelompok perang".
Pada 2018, suku terasing yang terancam punah di Kepulauan Andaman dan Nikobar, Samudera Hindia, dilaporkan membunuh seorang misionaris Amerika Serikat bernama John Allen Chau dengan memanahnya dan meninggalkan tubuhnya di pantai.
Apa yang terjadi di kawasan itu?
Survival International, sebuah kelompok pelindung hak-hak masyarakat adat, mengatakan Franciscato dipanggil ke kawasan itu setelah sejumlah orang yang belum pernah berkontak dengan dunia luar muncul baru-baru ini.
Para peternak dan peladang telah menghancurkan sebagian besar hutan di dekat sana selama beberapa tahun terakhir dan mengancam akan merusak lagi. Kelompok Survival International menyatakan dalam rilisnya bahwa kematian Franciscato "hampir dapat dipastikan sebagai respons atas tekanan luar biasa" terhadap hutan dan masyarakat adat.
Kelompok masyarakat adat di Amazon dan tempat lainnya di dunia diketahui bereaksi dengan keras terhadap orang luar di tanah mereka. The Kaninde Ethno-Environmental Defence Association, sebuah lembaga yang turut didirikan Franciscato pada 1980-an, mengatakan masyarakat adat tidak bisa membedakan teman atau lawan dari luar wilayah mereka.
Dalam rilisnya, lembaga itu menyebut Franciscato sebagai orang yang "luar biasa, serius, dan profesional berdedikasi". Para pemimpin suku asli mengatakan insiden-insiden dengan penambang liar, petani, dan penebang pohon di tanah leluhur mereka semakin sering terjadi sejak Jair Bolsonaro menjabat presiden Brasil pada 2019, dengan janji membangun kawasan Amazon.
Para pegiat lingkungan hidup menyalahkan Bolsonaro dan pemerintahannya karena mengurangi anggaran sejumlah lembaga, termasuk Funai dan dinas pelindung lingkungan Ibama. Di sisi lain, Bolsonaro dipandang menutup mata terhadap aksi petani dan pembalak yang membabat Hutan Amazon sehingga mempercepat deforestasi.
Bolsonaro sejak lama mempertanyakan perlunya permukiman besar masyarakat adat di hutan. Dia juga memperbolehkan pembukaan lahan pertanian dan pertambangan di kawasan yang dilindungi. Amazon, kawasan hutan hujan terbesar di dunia, adalah rumah bagi 100 suku asli, menurut Survival International.
Di Funai, Franciscato mengepalai sebuah program untuk memberi perlindungan bagi kelompok masyarakat adat yang terisolir. "Rieli mendedikasikan hidupnya bagi masyarakat adat. Dia telah mengabdi selama lebih dari tiga dekade dan meninggalkan warisan luar biasa bagi perlindungan masyarakat ini," kata pejabat Funai, Ricardo Lopes Dias. (*)
Tags : Pejabat Brasil, Pejabat Tewas Dipanah, Suku Terpencil Amazon,