"Pelantar I dan II yang terhubung, kembali ditata dari lingkungan sebenarnya memiliki ruang lingkup sangat luas, seperti lingkungan keluarga, pergaulan, tempat tinggal, usaha, organisasi dan lain sebagainya"
alam aktivitas sehari-harinya di lingkungan plantar I dan II yang terhubung ini berkaitan erat hadirnya sejak lama terkesan semraut dan kumuh.
Pengamat lingkungan menilai, lingkungan di pasar rakyat yang kebanyakan dihuni masyarakat Melayu dan China dari keluarga tidak mampu itu pastinya berbeda dalam cara berpikir, sudut pandang, kebiasaan/budaya dan karakternya.
"Ada yang memiliki kebiasaan yang baik ataupun yang buruk tergantung bagaimana lingkungan membentuk kepribadian dan pola berpikir dilingkungan itu," kata Ketua Umum Lembaga Melayu Riau [LMR] Pusat Jakarta, H. Darmawi Wardhana Zalik Aris ini menilai.
Menurutnya, setiap orang-orang yang ada di lingkungan itu tentu memiliki latar belakang yang berbeda-beda, "sudah seharusnya mampu menjaga lingkungannya dengan baik agar ada kemanfaatan untuk dirinya dan orang-orang disekitarnya," sebutnya.
Penataan untuk meningkatkan ekonomi
Hampir semua lorong jalan di perkampungan nelayan di Tanjung Pinang, Kampung Bugis, Senggarang Besar, Senggarang Kecil, sebutannya adalah Pelantar.
Selain dijadikan jalan utama, pelantar sekaligus berfungsi jadi dermaga. Karenanya, pelantar selalu menghadap atau mengarah ke laut.
Namun, yang paling dikenal, identik dengan Tanjung Pinang, adalah Pelantar I, Pelantar II, Pelantar Asam, dan Pelantar KUD, itu juga yang kemudian dijadikan sebagai nama jalan.
Dulunya, pelantar menggunakan bahan kayu. Sekarang, hampir semuanya terbuat dari beton.
"Jika ke Tanjungpinang, kita melihat Pelantar. Di sana dapat melihat bagaimana warga pesisir tinggal, apa yang mereka lakukan dalam keseharian," kata Junaidi, salah satu petugas Dinas Pasar di kota itu.
Pelantar Asam, sebutnya, dinamakan seperti itu karena lokasi tersebut dulunya menjadi pusat perdagangan buah asam.
Bumbu yang biasa digunakan untuk masakan khas Melayu.
"Namun, saat ini asam sudah tak ditemukan lagi. Meski demikian, masih ada rumah-rumah kayu yang berusia puluhan tahun menarik untuk dikunjungi," ujarnya.
Aseng, salah satu penghuni Pelantar Asam mengalih fungsikan rumah kayunya menjadi tempat penjualan dan bengkel sepeda bekas.
Ia tidak lagi berdagang buah asam.
Lokasi Plantar I dan II masih semraut dan terkesan kumuh.
Di Pelantar KUD, pada waktu subuh, para nelayan dari Senggarang Besar dan Kampung Bugis akan turun melaut, memilah sudah, lalu menjual hasil tangkapan mereka ke pengepul di tempat tersebut.
Di sore hari, di ujung Pelantar II, yang sekarang dibangun Pelabuhan Kuala Riau.
"Kita bisa melihat aktivitas bongkar muat kapal barang yang masuk-keluar Tanjung Pinang," kata Junaidy.
"Di Pelantar II itulah dulu pusat ekonomi, pelabuhan utamanya kota Tanjung Pinang. Sekaligus menikmati suasana matahari terbenam di ujung dermaga pelabuhan," ceritanya.
Untuk melihat geliat paling ramai di Pelantar, bisa dilihat pagi hari sampai siang.
Kalau sudah sore, kata dia sebagian besar warga Pinang punya kebiasaan sudah menutup usaha tokonya sebelum waktu maghrib datang.
Kawasan Pelantar I dan Pelantar II telah terintegrasi.
Ini adalah bagian dari program penataan kawasan Kota Lama Tanjungpinang yang akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi di Ibukota Provinsi Kepulauan Riau.
Dua kawasan yang menjadi jalur keluar masuknya barang dari dan menuju Tanjungpinang ini telah terhubung sejak akhir Desember 2022 lalu.
Hal ini disambut baik warga serta pelaku ekonomi yang selama ini menggunakan jasa dermaga pelabuhan di kawasan tersebut.
"Meski belum dimanfaatkan, gambaran jalan penghubung Pelantar I dan II ini akan berdampak positif terhadap beberapa hal," kata Ahi [54], warga Pelantar II.
"Tantu ini akan mempercepat proses bongkar muat barang di dermaga yang ada di Pelantar II. Selain itu, kawasan ini jadi lebih tertata. Saya yakin kemacetan yang ada di kawasan ini akan banyak berkurang," ucap Ahi.
Hal senada juga disampaikan Murni, pekerja di salah satu toko di kawasan Pelantar I.
Pengembangan Pelabuhan Kuala Riau [Pelantar I dan II], Tanjungpinang.
"Pasti akan lebih nyaman. Orang yang mau belanja pasti akan nyaman juga karena nanti di sini tak macet lagi," sebutnya.
Apa yang disampaikan kedua warga ini sejalan dengan yang disampaikan Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad sebelumnya.
Di Tanjungpinang belum lama ini, Gubernur Ansar berharap agar jalan yang mengintegrasikan Pelantar I dan Pelantar II ini segera bisa beroperasi.
Dibangunnya jalan penghubung kedua pelantar ini dia sebut dimaksudkan agar menjadi sarana peningkatan perekonomian di kawasan Kota Lama Tanjungpinang.
"Sebagaimana kita ketahui kawasan Pelantar I dan II ini adalah pusat ekonomi di Tanjungpinang sejak lama," kata Gubernur Ansar.
"Kawasan ini salah satu akses keluar masuk barang baik dari maupun menuju Tanjungpinang. Tentu harus dilakukan penataan agar peran kedua kawasan ini harus ditingkatkan," sebut GubKepri ini.
Mantan Bupati Bintan yang pernah menjadi legislator di DPR RI ini kembali menegaskan jika integrasi Pelantar I dan II merupakan bagian dari penataan kawasan Kota Lama Tanjungpinang.
"Upaya penataan kawasan Kota Lama Tanjungpinang ini menjadi bagian dari penataan kawasan Kota Lama lain yang telah dilakukan," papar Ansar.
"Selain tertata, integrasi kedua pelantar ini akan memperlancar arus orang dan barang," sambungnya.
Pemprov kepri tata kawasan kota lama
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui organisasi perangkat daerahnya telah melaksanakan sejumlah kegiatan dalam rangka penataan kawasan Kota Lama Tanjungpinang.
Kota Lama Tanjung Pinang di tata kembali.
Revitalisasi Jalan Merdeka yang kini terlihat lebih tertata dan bersih, dengan bangunan yang berwarna warni, serta trotoar jalan yang tertata apik dengan hiasan beraneka ornamen menarik.
Pemprov Kepri menggandeng Pemko Tanjungpinang merevitalisasi pusat wisata kuliner Akau Potong Lembu.
Pemprov Kepri melalui Dinas PUPR dan ESDM menganggarkan dana Rp5,2 miliar dari APBD 2023 untuk membangun sejumlah fasilitas penunjang kawasan wisata kuliner bersejarah di Tanjungpinang ini.
Di Akau Potong Lembu dilaksanakan penataan lahan parkir, ruang ibu menyusui, area pendopo, levelling beton area plaza serta jalur pedestrian.
Pemprov Kepri juga membenahi Masjid Al Muhajirin, menjadikannya dua lantai.
Lantai atas diperuntukkan sebagai tempat ibadah serta taman pendidikan Al Quran, sedangkan lantai satu akan dimanfaatkan sebagai tempat parkir sepeda motor.
Pemprov Kepri juga menata instalasi listrik yang ada di Potong Lembu. Menempatkannya di dalam tanah sehingga menjadikan Akau Potong Lembu lebih tertata.
"Apa yang kita upayakan dalam menata kawasan Kota Lama Tanjungpinang ini adalah dalam rangka memperindah perwajahan ibukota provinsi," kata Ansar.
Pengembangan pelantar I dan II dibantu dana dari Amerika
Pemerintah Provinsi Kepri menggelar Kick Off Meeting, dengan Tim Millenium Chalenge Corporation (MCC) Amerika, di Gedung Daerah, Kota Tanjungpinang, pada Rabu 4 Oktober 2023 lalu.
Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad jelaskan pada warga pengembangan Pelabuhan Kuala Riau [Pelantar I dan II], Tanjungpinang.
Kick off meeting ini menjadi babak baru dalam pengembangan Pelabuhan Kuala Riau [Pelantar I dan II], Tanjungpinang yang diusulkan oleh Pemprov Kepri melalui program hibah MCC – Compact 2 Indonesia.
Indonesia Resident Country Director MCC Amerika, Jenner Edelman menyampaikan, setelah pertemuan ini, dalam 12 bulan ke depan Pemprov Kepri bersama tim konsultan dan MCA Indonesia, mulai menyiapkan kajian untuk pengembangan Pelabuhan Kuala Riau tersebut.
“Kajian ini untuk memenuhi kriteria pembangunan yang menyeluruh dan inklusif baik dari lingkungan, sosial, maupun gender,” katanya.
Gubernur Ansar dalam kesempatan itu memaparkan, pengembangan Pelabuhan Kuala Riau, seperti, pengembangan dermaga, peningkatan fasilitas pelabuhan baik angkutan orang dan barang.
“Nantinya Pelabuhan Kuala Riau itu akan diperluas hingga 3 hektar. Semua itu dibangun dengan konsep ramah lingkungan dan tanpa reklamasi,” jelasnya.
Ansar memaparkan, total anggaran yang dibutuhkan untuk pengembangan Pelabuhan Kuala Riau itu diperkirakan sebesar Rp 739 miliar.
“Tapi, total nilai ini tergantung feasibility study dan perhitungan konsultan serta kesiapan kita,” paparnya.
Seluruh pekerjaan itu, sambungnya ditargetkan sudah akan terlaksana pada tahun 2025 mendatang.
”Pekerjaannya itu nanti dari 2025 hingga 2029. Melalui skema lelang,” tuturnya.
Direktur Eksekutif MCA – Indonesia, Maurin Sitorus menyampaikan, dalam pengembangan Pelabuhan Kuala Riau ini, sistem penganggaran yang dilakukan sepenuhnya melalui Bappenas.
“Jadi kerjasama ini antara Amerika melalui MCC dan Indonesia. Eksekutif agensi Indonesia itu dari Bappenas,” jelasnya.
Maurin menambahkan, program ini akan dilaksanakan secara bertahap yakni mulai dari tahun 2025 hingga 2029.
Menurutnya, jika dalam jangka waktu itu pekerjaan yang tersebut tidak selesai, maka sisa anggaran ada harus dikembalikan.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad bersama Tim MCC Amerika usai kick off meeting pengembangan Pelabuhan Kuala Riau, di Gedung Daerah, Kota Tanjungpinang.
Kembali disebutkan Gubernur Ansar Ahmad dirinya meyakini keberadaan jalan yang mengintegrasikan Pelantar I dan Pelantar II akan memacu pertumbuhan ekonomi di ibukota Kepri, Tanjungpinang.
Ansar bahkan menyatakan jalan ini dapat mengendalikan laju inflasi diakibatkan singkatnya waktu bongkar muat barang di kawasan tersebut.
“Kalau waktu bongkar muatnya bisa diperpendek tentu itu bisa menekan angka inflasi di Tanjungpinang, Lamanya antrean barang masuk itu yang membuat harga kebutuhan pokok naik karena distribusi terhambat,” ujar Ansar di sela peresmian jalan, Selasa (21/2).
Keberadaan jalan integrasi Pelantar I dan II disebut Ansar akan memperlancar suplai barang sekaligus mengurangi kesemrawutan di kawasan tersebut.
“Kalau kita lihat dulu itu semrawut sekali di pelantar II. Keluar masuk truk ke pelabuhan lewat satu jalur. Sekarang dengan adanya jalan integrasi ini akan lebih tertata,” kata Ansar.
Dalam kesempatan itu Ansar memohon dukungan masyarakat Tanjungpinang agar Amerika Serikat melalui Millenium Challenge Corporation (MCC) dapat menggelontorkan dana hibah.
MCC disebut Ansar saat ini tengah mengkaji Pelantar I dan Pelantar II sebelum mencairkan bantuan hibah sebesar Rp300 miliar.
MCC Amerika menurut Ansar sudah beberapa kali turun ke lapangan untuk melakukan asistensi.
Pemprov Kepri juga intens melengkapi readiness criteria yang disyaratkan.
“Selesainya pembangunan integrasi pelantar I dan pelantar II ini semakin menambah poin kredit untuk MCC agar melirik kita. Kemungkinan minimal kita dapat Rp 300 miliar di akhir 2023 atau di awal 2024,” katanya.
Dikatakan Ansar, terbangunnya jalan integrasi dermaga Pelantar I dan pelantar II akan semakin memudahkan akses masuk barang dan logistik yang mengandalkan pelabuhan Kuala Riau Tanjungpinang.
Menurut Ansar, pembangunan Jalan Integrasi Dermaga Pelantar I dan Pelantar II di Pelabuhan Kuala Riau ini menggunakan pembiayaan alternatif dari PT SMI dengan Nilai Kontrak sebesar Rp.21.283.466.000 ,- untuk pembangunan Segmen Pelantar I dan Rp. 15.832.491.928 ,- untuk pembangunan Segmen Pelantar II.
Ansar juga mengatakan, sebelum dibangunnya jalan integrasi dermaga Pelantar I dan pelantar II ini, kondisi jalur masuk menuju pelabuhan Kuala Riau hanya melalui satu jalur masuk di Pelantar II.
Dengan adanya jalan integrasi ini, sebutnya, maka selanjutnya truk dan angkutan barang yang akan bongkar muat di pelabuhan Kuala Riau akan masuk melalui jalur Pelantar I dan keluar di Pelantar II. Sehingga dapat memperlancar proses distribusi barang dan logistik di Kota Tanjungpinang.
“Kalau kita lihat dulu itu semrawut sekali di pelantar II, karena truk keluar masuk pelabuhan sama-sama lewat satu jalur. Sekarang dengan adanya jalan integrasi pelantar I dan pelantar II bisa lebih tertata lagi alur keluar masuk barang di pelabuhan ini,” kata Ansar.
Ansar juga mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di Kota Tanjungpinang pun diyakini akan semakin meningkat dengan terintegrasinya dermaga pelantar I dan pelantar II.
Angka inflasi kebutuhan pokok di Tanjungpinang juga akan semakin tertahan dengan singkatnya waktu dwelling time [bongkar muat] di pelabuhan Kuala Riau.
"Kalau waktu bongkar muatnya bisa diperpendek tentu bisa menekan angka inflasi juga di Tanjungpinang, karena biasanya lamanya antrian barang masuk itu yang membuat kebutuhan pokok naik karena distribusi terhambat," ungkap Ansar.
Ansar sekaligus memohon dukungan masyarakat kepada Tanjungpinang, karena badan bantuan luar negeri dari Amerika Serikat yaitu Millenium Challenge Corporation [MCC] tengah mengkaji pelantar I dan pelantar II untuk mendapatkan bantuan hibah sebesar Rp 300 miliar.
Menurutnya, tim dari MCC Amerika sudah beberapa kali turun langsung ke lapangan untuk melakukan asistensi. Pemprov Kepri juga intens melengkapi kriteria kesiapan, yang disyaratkan oleh tim MCC Amerika tersebut.
Penekanan bel sebagai tanda peresmian dilakukan Ansar bersama Gubernur Kepulauan Riau Periode2005-2010 Ismeth Abdullah; Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kepri,.Gerry Yasid; anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepri, Rudi Chua, Bobby Jayanto dan Teddy Jun Askara.
Usai menekan bel, Gubernur Ansar lalu memberikan kesempatan kepada Hj. Aida Ismeth sebagai bentuk kehormatan untuk memotong pita peresmian dermaga integrasi pelantar I dan pelantar II.
Pada kesempatan tersebut, Ansar juga memberikan bantuan sembako secara simbolis kepada lima orang perwakilan tenaga kerja di pelabuhan Kuala Riau.
Turut hadir dalam acara peresmian tersebut Kepala Staf Kamando gabungan wilayah pertahanan (Kas Kogabwilhan) I, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Lismer Lumban Siantar; Kepala kelompok staf ahli (Kapoksahli) Komando Armada (Koarmada) I, Laksamana Pertama (Laksma) TNI Tresna Kusumawati; Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara (Danlanud) Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjungpinang, Kolonel Navigator (Nav) Arief Budiman; Sekretaris daerah (Sekda) Kota Tanjungpinang, Zulhidayat; Tokoh Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri dan sejumlah perwakilan Forkopimda Kepri lainnya.
Pembangunan pelabuhan yang terintegrasi ke Pelantar I dan Pelantar II
Pelabuhan Kuala Riau di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, merupakan pusat layanan angkutan yang berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Saat ini, Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau berencana untuk mengembangkan Pelabuhan Kuala Riau untuk mengatasi kendala kapasitas pelabuhan, dengan tetap melestarikan warisan budaya tradisional di kawasan Pelabuhan.
Millennium Challenge Corporation (MCC) Amerika Serikat.
Pembangunan Pelabuhan Kuala Riau [Integrasi Pelantar I dan Pelantar II) merupakan salah satu upaya pencapaian Visi Kepulauan Riau 2021-2026 yaitu “Terwujudnya Kepulauan Riau yang Makmur, Berdaya Saing, dan Berbudaya”, melalui percepatan pembangunan infrastruktur dan pengintegrasian konektivitas antarpulau.
Pembangunan Pelabuhan Kuala Riau juga selaras dengan mewujudkan Tanjungpinang sebagai pusat produksi dan distribusi barang dan jasa, melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang terintegrasi.
Untuk dapat membangun Pelabuhan Kuala Riau, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau bekerja sama dengan Millennium Challenge Account – Indonesia II [MCA-I II] untuk mempersiapkan dan menerapkan rencana integrasi Pelabuhan Pelantar I dan Pelantar II.
MCA-I II merupakan badan pengelola dana hibah dari Pemerintah Amerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation (MCC).
MCC didirikan oleh Kongres Amerika Serikat untuk membentuk kemitraan dengan negara-negara berkembang yang berkomitmen terhadap tata kelola yang baik, kebebasan ekonomi, dan investasi pada warga negaranya.
MCC memprioritaskan pembangunan di sektor pertanian, pendidikan, energi, kesehatan, lahan dan properti, serta transportasi dan infrastruktur.
Tim Millennium Challenge Corporation (MCC) Amerika Serikat.
Bersama dengan para pemangku kepentingan terkait, MCA-I II dan tim konsultan akan melakukan kajian untuk proyek yang akan diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah.
Sebagai langkah pertama atas kajian sebelumnya telah dirumuskan beberapa opsi proyek untuk dapat mengoptimalkan manfaat proyek, yang mencakup peningkatan efisiensi logistik, memperkuat posisi Tanjungpinang sebagai pelabuhan tradisional regional yang menyediakan layanan angkutan antarpulau, peningkatan dan perlindungan kekayaan warisan budaya di sekitar Pelabuhan, perlindungan dan penciptaan lapangan kerja bagi pekerja dan masyarakat setempat, serta peningkatan aksesibilitas terhadap layanan penumpang. (*)
Tags : Pelantar I-II, Kota Lama Tanjung Pinang, Pelantar I-II Keluar dari 'Lingkungan Semraut dan Kumuh, Kota Lama Pinang Semraut dan Kumuh menahun, Pelantar I-II Dibangun Lebih Higienis, Sorotan, riaupagi.com,