Politik   2024/06/08 15:59 WIB

Peluang Menang Incumbent di Pilkada Serentak 2024 Terbuka Lebar, Pengamat: 'Kemenangan Syamsuar Sedikit Lebih Baik'

Peluang Menang Incumbent di Pilkada Serentak 2024 Terbuka Lebar, Pengamat: 'Kemenangan Syamsuar Sedikit Lebih Baik'
Drs. H. Syamsuar M.Si

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Tiap partai politik atau parpol membuka peluang lebar bagi calon gubernur Riau yang maju dalam Pemilu 2024.

"Peluang menang incumbent di Pilkada Serentak 2024 terbuka lebar."

"Mantan Gubernur Riau, Drs H. Syamsuar M.Si akan maju kembali dalam Pemilu 2024, kecuali yang berhalangan tetap seperti masuk usia lanjut atau sakit," kata Ketua Umum [Ketum] Lembaga Melayu Riau [LMR] H. Darmawi Wardhana Zalik Aris SE Ak dalam mengamati akan diselenggarakannya Pilkada Serentak 2024 ini.

Menurutnya, kelebihan mantan Gubri Syamsuar [incumbent] dalam berbagai kontestasi memiliki peluang lebih besar ketimbang pendatang baru, karena tingkat popularitas, elektabilitas dan akseptabilitas mumpuni.

Tetapi sebaliknya, Ia melihat peluang incumbent sepertinya bisa jadi fifty-fifty atau sama dengan mereka yang pendatang baru.

“Kalau peluang cagubri itu bisa jadi ya fifty-fifty, antara mereka yang incumbent dengan pendatang baru,” ujarnya saat diminta pendapatnya di kediaman, Jumat.

Ia melihat, ada beberapa catatan yang dimiliki Syamsuar terkait peluang tersebut.

Pertama, pada pemilu legislatif atau pileg kemarin itu terdapat persaingan di internal Partai, kondisi ini membuka ruang bagi para pendatang baru.

Kedua, dari 45 anggota DPRD Riau tidak semua, bahkan banyak yang masuk kategori miskin prestasi, karya. Kondisi ini akan mendapat penilaian sendiri dari konstituen atau masyarakat.

“Di sini, partai harus bisa membuka diri, dan memberikan penilaian objektif terhadap incumbent. Jika, tidak suara partai akan tegerus,” katanya.

Selanjutnya, bagi Parpol penting memperhatikan proses kaderisasi, dengan membuka peluang dengan keterlibatan orang baru dalam proses pencalonan, hal ini menjadi hal yang bagus.

“Kalau tiap periode orangnya itu-itu saja maka akan susah membuka peluang bagi berkembangnya partai,” terangnya.

“Tentu, mereka [orang baru] yang memiliki sumber daya popularitas, elektabilitas dan akseptabilitas,” tambahnya.

Tak hanya itu, Koordinator Indonesian Corruption Investigation [ICI] itu juga menilai masih konsistennya semua Parpol memiliki sumber daya merata.

“Kota Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi Riau semua kelompok kekuatan ada disini,” kata Darmawi Wardhana Zalik Aris. 

Tetapi lain lagi disebutkan tokoh muda Larshen Yunus, Ketua Dewan Pengurus Daerah [DPD] Tingkat I, Komite Nasional Pemuda Indonesia [KNPI] Provinsi Riau.

Ia menyikapi, siapapun calon Gubernur untuk Riau di Pilkada serentak 2024, tetap sosok Syamsuar yang bisa menang dan full power.

Menurutnya, strategi pemenangan yang dilakukan incumbent Drs. H. Syamsuar M.Si bertujuan untuk memenangkan pemilihan kepala daerah Provinsi Riau tidak perlu diragukan lagi.

"Jadi pada pembukaan UUD 1945 salah satu kewajiban negara itu disebutkan, "....mensejahterakan...".

"Tentu akan menjadi pedoman atau acuan tiap tingkat pemerintahan menyusun UU, atau Keppres, atau Kepmen, Pergub, Kepbub, Kepwako atau apapun namanya dalam penyusunan/menterjemahkan lebih teknis agar supaya mensejahterakan rakyat, sebagaimana diamanatkan konstitusi dapat dilaksanakan sebaik mungkin."

"Kekuatan dan strategi politik Syamsuar untuk kemenangan dalam Pilkada 2024 ini terbuka lebar," kata Larshen Yunus, Ketua Dewan Pengurus Daerah [DPD] Tingkat I, Komite Nasional Pemuda Indonesia [KNPI] Provinsi Riau dalam menyikapi incumben maju di Pilkada Serentak 2024 ini.

"Kemenangan Syamsuar dilatar belakangi sebelumnya sempat menjabat sebagai Bupati Siak [dua periode] dan Gubernur Riau, walaupun Ia bukan sebagai peserta baru dalam dunia politik namun karir politiknya sudah dimulai ditanah kelahirannya," sebut Larshen yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal [Wasekjend] KNPI Pusat Jakarta ini, Jumat.

Menurutnya, dalam mengarungi kontestasi pilkada 2024 ini, Syamsuar, akan menghadapi banyak lawan kuat sehingga dalam menjalani kontestasi pilkada kali ini Ia harus lebih memaksimalkan segala kekuatan politik yang dia miliki dan memaksimalkan strategi politik yang ada.

Tetapi Larshen mengakui kekuatan politik dan komunikasi politik Syamsuar menunjukkan bahwa pengaruh kekuatan politiknya sangatlah berpengaruh dalam Pilgub Riau.

"Pemanfaatan birokrasi, partai politik, iklan politik dan media dijadikan sebuah alat untuk menjani proses pilkada, selain kekuatan politik yang bermain," sebutnya.

"Ia [Syamsuar] juga terlihat mampu mengelolah strategi yang tepat untuk memenangkan pilkada ini," sambungnya.

Strategi politik yang digunakan Syamsuar tentu menentukan konsultan politik, dan strategi kampanye politik, pemanfaatan kekuatan politik dan strategi politik dalam pilkada Riau yang lalu [2019] terbukti ampuh ini dibuktikan dengan kemenangan Syamsuar dengan presentase suara 65,65%.

"Dalam hal ini tentu aspek penunjang kesejahteraan rakyat yang sudah ada harus tetap dipelihara secara amat baik, agar supaya fungsinya menunjang kesejahteraan rakyat dapat terus berlanjut."

"Dan aspek yang dapat membantu juga meningkatkan kesejahteraan rakyat diupayakan diadakan/dianggarkan dan dibangun supaya lebih memberikan kepastian terciptanya semua elemen yang mendukung rakyat jadi lebih sejahtera dibanding periode atau tahun-tahun sebelumnya," sebut Larshen.

Jadi menurut Larshen tahun 2024 ini, semua incumbent gubernur dan semua incumbent bupati/wako yang masih satu periode akan kembali bertarung ulang mempertahankan jabatan diyakininya bisa menang.

"Rasanya nyaris tidak ada di berbagai belahan negeri diberitakan incumbent yang satu tidak mencalon lagi, dan cukup satu periode. Kalaupun ada mungkin sangatlah langka," kata dia.

"Semua incumbent sedang berancang-ancang pun mulai tampak. Mulai terlihat dinamika, tarik menarik masuk ke berbagai gerbong dukungan yang tersedia." 

"Di fase ini akan banyak sekali cerita yang bisa diketengahkan. Semua menjadi bumbu penyedap hidangan cerita atau gagasan dikembangkan," katanya.

"Sebut saja bagian dari cerita itu mengulas kekuatan yang dipunyai incumbent. Bagaimana hegemoninya mencengkram aparatur pemerintah di bawah kuasanya untuk dijadikan mesin pemenangan," sambungnya. 

Terlepas dari suka atau tidak, sebutnya, aparatur pemerintah pastinya sangat takut turun pangkat, sangat khawatir dipindah ke daerah terjauh, sangat risau non job dan lain sebagainya, sarannya.

Jadi, hegemoni incumbent dengan semua prestasi pembangunan juga seabreg penghargaan akan di blowup ke ruang publik untuk citra keberhasilan dan kelayakan dipilih kembali.

Bagi para petarung penantang, berkontestasi dengan incumbent adalah perjuangan yang sangat berat. Ibarat medan offroad, landcruiser tapi tahun ketumbar mungkin tidak akan mampu melewati medan.

"Mungkin diperlukan robicon untuk menaklukan medan tarung yang tersedia." 

"Artinya mengalahkan incumbent itu sangatlah sulit. Tapi sesulit apapun mengalahkan incumben itu bukanlah pekerjaan mustahil," kata Larshen.

"Di banyak daerah di Indonesia juga tidak sedikit incumbent yang terjungkal. Artinya mengalahkan seorang incumbent bisa-bisa saja dilakukan," sebut Larshen pula.

Dia lantas menyinggung amunisi yang sangat cukup anti habis sebagai logistiknya.

Diperlukan organisasi pemenangan dengan SDM yang mumpuni di berbagai sektor, daerah, kelompok masyarakat, dan lain sebagainya.

Diperlukan seabrek data kelemahan incumbent sebagai residu ketidakpuasan publik sejak beliau menjabat sampai dengan mengulang tarung kembali.

Juga mengkaryakan residu [barisan sakit hati] sebagai agen propaganda melemahkan incumbent.

"Kalau membicarakan residu dari sebuah kemenangan akan banyak sekali contoh bisa ditampilkan," kata dia menilai.

"Bahwa gubernur atau bupati/wako adalah jabatan politik tentu saja di belakangnya ada partai politik dan tokoh-tokoh politik."

"Tentu menjadi sangat wajar semua simpul pemerintahan akan diisi oleh loyalis partai asal muasal si gubernur atau bupati/wako. Namun di sisi lain perlu berhati-hati jangan sampai menimbulkan problema/bahaya karena bisa tertitip isu sentris dan atau KKN," dalam amatannya.

Oleh lawan tanding biasanya akan dikemas menjadi dagangan, dipropagandakan untuk dikonsumsikan pada publik," sambungnya.

Menurutnya, di bagian inipun asal daerah seorang incumbent juga digarap lebih maksimal dan lebih komprehensif.

Baik soal bagaimana pola pembangunan, prosentasi anggaran pembangunan untuk daerah asal incumbent akan diperbandingkan dengan kue pembangunan yang di dapat oleh daerah lain.

Larshen berharap dengan maju kembali incumbent, dengan maksud dan tujuannya bukan hanya soal kemegahan atau kejayaan diri dan kelompok namun lebih besar, segala pengorbanan dari perjuangan yang dilakukan hendaknya betul-betul didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat negeri.

"Bagi penantang kontestasi diingatkan bahwa pembiayaan yang dikeluarkan bukan angka-angka yang sedikit," imbuhnya.

"Pertaruhan sedemikian besar sesegera mungkin harus dapat dirasakan oleh rakyat dan dimaknai bagian dari pengorbanan yang pro rakyat, tepatnya upaya untuk lebih mensejahterakan rakyat," sebutnya lagi.

Jadi kesejateraan rakyat sudah terbayang di pelupuk mata, sebut Larshen, bilamana salah satu dari siapapun kontestan akan keluar sebagai pemenang kalau kemenangan tersebut merupakan kemenangan rakyat.

Ia berpandangan bahwa Mantan Gubernur Riau Syamsuar ini berpeluang untuk menang kembali pada Pilgub Riau 2024.

Hal itu lantaran Syamsuar, sapaan akrabnya merupakan incumbent atau petahana.

"Yang pertama memang, sebagai incumbent tentu saya kira kansnya untuk kembali maju dan mungkin juga peluang dia untuk terpilih kembali, besar untuk Pilgub Riau," kata Larshen Yunus yang juga sebagai Direktur Kantor Hukum Mediator dan Pendampingan Publik [HMPB] Satya Wicaksana ini.

Larshen kemudian menjelaskan alasan Syamsuar bakal terpilih lagi.

Alasan pertama, kata dia, masyarakat memilih lantaran puas atas kinerja Syamsuar selama memimpin [lima tahun] pada periode pertamanya.

"Kedua, saya menduga ya kenapa dia punya potensi kembali mungkin terpilih, dugaan saya, karena relatif tidak ada kompetitor yang kuat di Riau," bebernya.

Dia pun mencontohkan perbedaan kompetitor Syamsuar pada Pilgub Riau 2019 dengan Pilgub 2024 sekarang ini.

Saat Pilgub 2019, dia mengatakan, Syamsuar memiliki banyak kompetitor atau lawan politik.

Lebih jauh, Larshen berpandangan bahwa Syamsuar masih berpeluang maju di Pilgub Riau.

Bahkan, Ketua DPD I Partai Golkar itu juga terbukt menang di Pileg DPR RI skala nasional.

"Dia [Syamsuar], pasti bilang 'Saya fokus Riau saja'. Saya kira, [pernyataan itu] menghargai posisi politik Partai Golkar ya, beliau menghargai posisi politik Partai Golkar," kata Larshen.

Sebelumnya diberitakan, Syamsuar menyatakan bahwa ia akan tetap fokus berkontestasi di Pilgub Riau pada 2024.

Meskipun, ia tak memungkiri elektabilitasnya sebagai Caleg DPR RI cukup lumayan bagus di berbagai hasil survei.

“Saya ini obyek di survei bahwa hasilnya lumayan, alhamdulillah. Kan enggak bisa dihindari lah ya karena ada kerja-kerja. Tapi yang pasti fokus yang paling ada di depan mata yaitu Pilgub Riau di periode kedua,” ujar Syamsuar usai acara pertemuan di PKS.

Syamsuar mengatakan bahwa ia harus taat dengan aturan “rumahnya”, Partai Golkar, yang didukung Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar.

“Kalau sudah urusan Pilgubri dikuti yang sudah diputuskan oleh rumah saya, Partai Golkar. Saya mendukung Pak Airlangga,” kata Syamsuar yang  juga kini berkonsentrasi pada Pilgub Riau 2024 ini. 

Namun kembali disebutkan Darmawi Wardhana Zalik Aris menilai, incumbent tentunya memiliki peluang sedikit lebih besar untuk merebut hati dan simpati masyarakat.

Pandangannya mengenai peluang kemenangan para incumbent pada pilkada 2024 tentunya memiliki peluang sedikit lebih besar untuk merebut hati dan simpati masyarakat.

"Incumbent dengan sendirinya mempunyai sedikit kelebihan ketika maju lagi menjadi Cagub Riau," ujarnya.

"Karena dengan faslitas yang melekat pada dirinya sebagai eksisting mantan Gubernur maka beberapa kegiatan mereka saat turun ke daerah pemilihannya dapat difasilitasi," jelasnya.

Tentunya bukan hanya itu, lanjut Darmawi, rekam jejak para incumbent selama menjadi gubernur juga terkadang tidak luput dari penilaian masyarakat.

Olehnya, menurut Darmawi, harusnya penting ada reward and punishment terhadap penilaian kinerja para cagubri tersebut selama menjabat.

Ketika penilain masyarakat bahwa kinerja mereka baik maka mereka layak untuk dipilih kembali.

Demikian juga sebaliknya, jika dianggap tidak kompeten dan tidak kapabel, maka melalui hak konstitusi yang dimilikinya rakyat atau pemilih dapat memberikan hukuman untuk tidak kembali memilih cagub tersebut pada pilkada kali ini.

"Jadi seharusnya yang dijadikan standar untuk memilih atau tidak memilih cagub adalah kinerja mereka selama periode masa jabatannya," tegasnya.

Begitupun Pengamat Politik dari Universitas Islam Riau [UIR] Dr Panca Setya Prihatin menilai, keterlibatan dalam kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat dapat membantu para petahana untuk tetap relevan dalam pikiran pemilih.

"Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya hadir saat pemilu, tetapi juga aktif mendukung inisiatif yang bermanfaat bagi daerah pemilihannya, akan memperkuat citra positif dan loyalitas pemilih," sebut Panca Setya Prihatin dikontak ponselnya, Sabtu.

Menurutnya, strategi kampanye harus difokuskan pada solusi konkret untuk masalah yang dihadapi oleh masyarakat di daerah pemilihan.

Incumbent harus memperlihatkan komitmen untuk memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah konkret, termasuk usulan kebijakan yang berpotensi memberikan dampak positif.

"Keberhasilan masa lalu dan kontribusi positif incumbent selama masa jabatan sebelumnya harus diperlihatkan secara efektif. Pencapaian nyata dan proyek-proyek yang telah dijalankan harus diumumkan dengan jelas kepada pemilih, sebagai bukti kontribusi nyata mereka," sebutnya.

Mantan Gubernur Riau Syamsuar disebut akan kembali maju di Pemilihan Gubernur Riau 2024, menurutnya, langkahnya itu [Syamsuar] dinilai tepat karena sebagai petahana peluang untuk menang pilkada cukup besar.

Panca Setya Prihatin mengatakan peluang Syamsuar di Pilgub Riau dinilai besar dan terbuka lebar.

Sosok Syamsuar yang merupakan incumbent diyakini memiliki jaringan besar yang telah dibangun.

"Saat ini peluang Syamsuar itu sangatlah besar, itu karena punya kelebihan-kelebihan yang dia miliki, misalnya jaringan yang sudah dibangunnya saat ini. Lalu diuntungkan oleh penjabat yang sudah ditunjuknya dan ini pasti sangat berdampak," katanya.

Menurut Panca Setya Prihatin, Syamsuar yang kini sebagai pemenang Pilgub [2019] dan juga berperan dalam memenangkan kursi Pileg DPR RI bisa menjadi koalisi pusat itu akan berdampak ke daerah.

"Meski itu tidak pasti dan bisa saja berubah, namun pusat akan melirik Syamsuar dengan semua potensinya."

"Potensi kemenangan Syamsuar juga diyakini tak akan goyang meski ada beberapa nama kandidat yang maju di Pilgub Riau. Nah, saya rasa biasanya kan tadi kalau incumbent itu pasti punya nilai tawar ya, terkecuali ada kejadian luar biasa, tetapi jika soal kinerja bagaimana Golkar hari ini mungkin pusat akan menghargai, melihat partai yang sudah dibangun, apalagi kursi Golkar di Riau juga meningkat ya? Dan itu juga salah satu kinerja nya dia [Syamsuar] juga kan yang turut membantu bahwa mesin partai berjalan," ujar Panca.

Saat ini, dengan kuatnya Syamsuar sebagai petahana di Pilgub Riau membuat beberapa orang mulai tidak menerimanya.

"Ya namanya juga politik jadi itu hak konstitusional ya, sama dengan kalau ada yang mau maju itu sama saja dengan hak konstitusional juga. Jadi kalau itu biasa mulai mau berkampanye lah kan, biasanya itu juga disebut kampanye belah bambu yang mana lawan di jatuhkan dia nya diangkat gitu, tetapi itu sudah biasa memang dalam politik," ucapnya.

Dosen UIR itu juga mengatakan saat ini ada kemungkinan besar lawan Syamsuar akan banyak bermunculan jika hasil putusan MK memperbolehkan caleg lolos buat maju pilkada sebelum dilantik tanpa harus mengundurkan diri. Bagi Syamsuar, itu akan kemungkinan besar lawan bermunculan karena tak mengganggu.

"Tetapi biasanya jika itu dibolehkan maka kandidat yang banyak maju itu adalah kandidat coba-coba lah kan [sekadar coba-coba ikut Pilgub Riau]," tegas Panca. (*)

Tags : riau, pilgub riau, mantan gubernur riau syamsuar, peluang menang incumbent, pilkada serentak 2024, kemenangan syamsuar mantan gubri sedikit lebih baik, politik, riau,