PEKANBARU – Rencana Pemerintah Kota Pekanbaru untuk menghidupkan kembali wisata air di Sungai Siak mendapat perhatian serius dari pelaku pariwisata.
"Wisata Sungai Siak, Rumah Singgah Tuan Kadi dan Ikonik Bus Air akan dihidupkan kembali."
"Kita menyambut baik inisiatif ini, namun juga pentingnya kesiapan dan keberlanjutan program tersebut," kata Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Riau, Dede Firmansyah pada wartawan, Senin (07/07).
Pemko berencana menjadikan Rumah Singgah Tuan Kadi di Kecamatan Senapelan sebagai destinasi utama wisata air terpadu.
Lokasi itu akan menjadi titik sandar bus air setelah menyusuri Sungai Siak, menawarkan konsep wisata yang memadukan sejarah dan budaya Melayu Pekanbaru.
Menurut Dede Firmansyah, keberhasilan program ini tidak cukup hanya dengan menghadirkan satu unit bus air.
“Bus air ini pernah beroperasi, tapi terhenti karena biaya operasionalnya tinggi. Kalau sekarang mau dihidupkan lagi, Pemko harus benar-benar siap — bukan hanya soal kapal, tapi juga infrastrukturnya,” sebutnya.
Dede Firmansyah menyarankan agar pemerintah melibatkan perahu milik masyarakat sebagai alternatif moda wisata air.
Menurutnya, kolaborasi ini justru bisa memperluas partisipasi warga sekaligus menekan biaya operasional.
"Daripada hanya mengandalkan satu bus air, kenapa tidak libatkan perahu masyarakat? Sekaligus jadi pemberdayaan ekonomi lokal,” katanya.
Ia juga menyinggung potensi acara rutin yang digelar di Rumah Singgah Tuan Kadi setiap malam Ahad sebagai peluang wisata budaya yang patut diintegrasikan ke dalam paket perjalanan wisatawan.
"Setiap malam Ahad ada event budaya di sana. Kalau disinergikan dengan trip sungai, itu bisa jadi nilai jual tinggi. Anggota Asita siap bantu promosikan ke wisatawan,” tambahnya.
Tak hanya itu, Dede Firmansyah mengingatkan bahwa pihak swasta pernah mencoba konsep serupa melalui Quantung Cruise—sebuah restoran terapung di Sungai Siak.
Meski tidak bertahan lama, konsep tersebut menunjukkan bahwa wisata air punya pasar, asalkan dikelola serius.
“Kalau ada pihak ketiga yang mau garap, konsep seperti restoran terapung bisa jadi daya tarik luar biasa. Tapi perlu dukungan dan regulasi dari Pemko,” ungkapnya.
Dede Firmansyah juga menyarankan agar Pemko mempertimbangkan subsidi tiket bagi wisatawan sebagai solusi atas tingginya biaya operasional bus air.
"Kalau harga tiket Rp50 ribu sampai Rp75 ribu terlalu tinggi, bisa saja Pemko beri subsidi. Yang penting wisata tetap jalan dan tidak membebani wisatawan,” ujar Dede Firmansyah.
Di akhir pernyataannya, Dede menegaskan komitmen Asita Riau untuk mendukung upaya menjadikan Pekanbaru sebagai kota tujuan wisata, bukan sekadar kota persinggahan.
“Kami siap duduk bersama Pemko untuk merumuskan konsep wisata air yang menguntungkan semua pihak—baik pemerintah, pelaku pariwisata, maupun masyarakat,” pungkasnya.
Pemko tengah menghidupkan kembali pesona wisata tepian Sungai Siak dengan menjadikan Rumah Singgah Tuan Kadi di Kecamatan Senapelan sebagai destinasi wisata air terpadu.
Kawasan bersejarah itu akan menjadi titik sandar utama bus air setelah menyusuri Sungai Siak, menyuguhkan perpaduan wisata budaya dan sungai yang menawan.
Langkah konkret menuju realisasi itu dimulai dengan peninjauan langsung kondisi bus air yang saat ini bersandar di Pelabuhan Sungai Duku.
Tim gabungan dari sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dipimpin oleh Asisten II Sekretariat Daerah Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhut turun langsung ke lokasi untuk memeriksa kondisi fisik dan mesin kapal.
“Kondisinya masih cukup bagus meski sudah lama tidak dioperasikan. Memang ada beberapa bagian yang butuh diservis,” ujar Ingot, Senin (7/7).
Ia turut didampingi Plt Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Sunarko, serta Kabag Pembangunan Setdako Pekanbaru, F. Rudi Misdian.
Peninjauan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Walikota Pekanbaru, Agung Nugroho, yang ingin menghidupkan kembali geliat wisata berbasis budaya di kawasan bersejarah Sungai Siak.
"InsyaAllah, titik awal perjalanan wisata air ini akan dimulai dari sekitar komplek Rumah Singgah Tuan Kadi. Kami ingin kawasan ini menjadi ikon baru wisata Senapelan,” kata Ingot.
Pengembangan wisata Sungai Siak ini juga merupakan bentuk optimalisasi fungsi kawasan Pelabuhan Sungai Duku yang kini mengalami penurunan aktivitas.
Pemerintah kota berencana memindahkan sebagian fasilitas pelabuhan, seperti dermaga ponton, lebih dekat ke Rumah Singgah Tuan Kadi untuk mendukung aktivitas wisata di sana.
"Kami siapkan fasilitas penunjang yang layak, agar kawasan ini nyaman dikunjungi wisatawan dan berdampak positif bagi perekonomian warga sekitar,” tambahnya.
Saat ini, pembahasan konsep wisata terpadu tersebut masih berlangsung di internal Pemko Pekanbaru.
Rencananya, kawasan itu tidak hanya menawarkan wisata air dengan bus sungai, tetapi juga wisata sejarah, budaya, hingga kuliner khas Melayu yang menyatu dalam satu kawasan terpadu.
Dengan memadukan nuansa heritage dan pesona sungai, Pemerintah Kota Pekanbaru optimis Rumah Singgah Tuan Kadi akan menjadi ikon baru pariwisata kota, sekaligus mengangkat kembali nilai-nilai sejarah dan budaya Melayu di jantung ibu kota Riau.
Pemko juga tengah menyusun rencana strategis untuk revitalisasi kawasan tepian Sungai Siak dengan memindahkan kegiatan Car Free Day (CFD) ke wilayah Kampung Bandar.
"Kami merencanakan untuk memindahkan kegiatan CFD ke Kampung Bandar. Agar suasananya menjadi lebih ramai dan hidup," kata Wakil Walikota Pekanbaru, Markarius Anwar.
Sebelum pemindahan dilakukan, Pemko Pekanbaru akan terlebih dahulu mempersiapkan berbagai fasilitas pendukung, termasuk penataan area khusus bagi para pedagang.
Penataan kawasan Kampung Bandar ini dinilai penting agar dapat menampung kegiatan CFD dengan lebih nyaman dan teratur.
"Jika CFD sudah dipindahkan ke sini, minimal satu kali dalam sepekan kawasan ini akan dipadati ribuan pengunjung," ujar Markarius.
Langkah inovatif ini merupakan bagian dari upaya pemerintah kota dalam mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat setempat.
Diharapkan, kegiatan CFD di lokasi baru ini tidak hanya menjadi ruang untuk aktivitas fisik dan rekreasi, tetapi juga menjadi magnet yang menarik wisatawan dan meningkatkan pendapatan warga Kampung Bandar.
Terkait mekanisme pemindahan, Markarius membuka opsi untuk menambah lokasi CFD menjadi dua. Dengan demikian, lokasi CFD yang sudah ada di Jalan Jenderal Sudirman tetap berlangsung, sementara Kampung Bandar menjadi lokasi alternatif atau tambahan.
"Namun untuk awal kita fokus dulu memindahkannya ke sini agar suasana di kawasan ini lebih hidup. Setelah itu, mungkin wilayahnya bisa kita perluas," tutupnya. (rp.ind/*)
Editor: Indra Kurniawan
Tags : sungai siak, wisata sungai siak, pekanbaru, pemko hidupkan wisata sungai siak, wisata suangai siak dongkrak ekonomi kota,