PEKANBARU - Pemerintah Kota (Pemko) masih mencari jalan alternatif tempat penampungan warga Rohingya.
"Rencana mencarikan tempat dan lahan penampungan baru bagi pengungsi Rohingya dilaksanakan."
"Alternatif pemindahan lahan akan kami lakukan, menimbang saat ini ada 500 lebih pengungsi Rohingnya yang belum terdaftar di IOM. Inilah yang berkeliaran dan mengganggu warga sekitar," kata Pj Walikota Pekanbaru, Roni Rakhmat, Selasa (18/12).
Pj Wako mengatakan keberadaan pengungsi Rohingya di Pekanbaru masih mengganggu aktivitas warga dan ini akan menjadi evaluasi,
Pemko dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pekanbaru telah berkoordinasi dengan International Organization for Migration (IOM) untuk menyediakan lahan penampungan baru yang dapat menampung semua pengungsi dan lokasi harus jauh dari pemukiman penduduk.
Pj Wako menjelaskan IOM sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengungsi Rohingnya belum mampu mengakomodasi seluruhnya.
"IOM hanya menanggung biaya hidup 200+ pengungsi, bukan akomodasi," jelasnya.
Untuk lokasi penampungan baru tersebut pihak IOM meminta Pemko menyediakan lahan untuk 270 orang di dua lokasi alternatif perbatasan Pekanbaru dengan Siak. Tepatnya di Rumbai Ujung dan lokasi lain yang belum ditentukan.
Sebelumnya, pengungsi Rohingya ini dikabarkan sudah mengarah perbuatan merugikan warga.
Pengungsi Rohingya di kawasan Putri Indah, Kelurahan Simpang Tiga menjadi sorotan. Sebab viral video para pengungsi yang diduga mengambil rambutan tanpa izin.
Kejadian tersebut bermula saat salah seorang pengungsi mendatangi rumah warga untuk meminta rambutan.
Permintaan tersebut awalnya ditanggapi baik oleh Darmiwati yang merupakan sang pemilik pohon rambutan.
"Jadi pagi harinya itu beberapa pengungsi datang ke rumah untuk meminta buah rambutan.Pertama hanya satu orang yang datang meminta rambutan. Katanya mereka lapar, jadi kita kasih," ujar Darmiwati.
Situasi tersebut berubah drastis saat sore hari yang mana 28 pengungsi Rohingya kembali mendatangi rumahnya dengan membawa senjata tajam seperti parang dan cangkul untuk meminta kembali rambutan miliknya.
"Sore itu banyak sekali yang datang, sampai 28 orang. Ketika diusir, mereka malah berdiri menantang. Rata-rata mereka membawa parang," ungkap Darmiwati.
Peristiwa ini membuat keluarga Darmiwati, terutama anak-anaknya, merasa takut bermain di halaman rumah. Ia juga mengungkapkan bahwa senjata tajam yang dibawa para pengungsi diketahui dibeli dari pasar di Pekanbaru.
Darmiwati mengungkapkan selama ini dirinya akrab dengan pengungsi yang ada, baik itu dari Palestina maupun Afrika.
Darmiwati pengungsi dari dua negara tersebut tidak pernah membuat resah warga tidak seperti Rohingya yang membuat onar.
"Mereka ada tu orang Afrika, tak pernah mengganggu, bahkan pernah mereka menawarkan roti, terus saya bilang kami disini tidak kekurangan ," sebut Darmiwati.
Darmiwati berharap pengungsi Rohingya tidak berkeliaran sembarangan serta menghentikan tindakan mengambil hasil kebun, pakaian, kayu, maupun seng milik warga tanpa izin.
Selain kasus tersebut, beberapa warga juga mengeluhkan hal yang sama terkait tindakan pengungsi Rohingya yang diduga mengambil hasil kebun, pakaian, kayu, hingga seng tanpa izin.
Nia, warga yang memiliki kebun di sekitar lokasi pengungsian, mengaku lahannya dijarah hingga mengalami kerugian besar.
"Mereka mengambil mangga, daun sirih, nangka, kayu, bahkan pakaian. Kadang ada yang minta izin, tapi langsung ambil semua tanpa sisa," kata Nia.
Ia berharap pemerintah segera bertindak, baik dengan merelokasi pengungsi Rohingya maupun memperketat pengawasan.
"Kami ingin mereka diamankan atau direlokasi. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi," tegasnya.
Meskipun pengungsi Rohingya mendapat perhatian internasional sebagai kelompok yang membutuhkan perlindungan, warga Pekanbaru berharap pemerintah dapat menangani masalah ini secara bijaksana agar tidak terus memicu keresahan di masyarakat. (rp.ind/*)
Editor: Indra Kurniawan
Tags : pengungsi rohingya, pekanbaru, pemko cari jalan alternatif, tempat penampungan rohingya,