"Tim penolong masih terus mencari sedikitnya belasan orang yang dilaporkan hilang akibat banjir bandang di Sumatra Barat [Sumbar]"
paya pencarian masih terus dilakukan. Hingga Kamis 16 Mei 2024 pagi, tercatat 67 korban meninggal dunia.
"Pemprov Riau pun kini sudah bersiap siap untuk melakukan menyalurkan bantuan untuk korban bencana banjir bandang dan lahar di Sumbar. Bantuan korban bencana banjir Sumbar dipersiapkan untuk yang terdampak."
"Kita akan segera menyiapkan bantuan dari Pemprov Riau, segera kita kirim ke pemerintah setempat agar bisa disalurkan ke saudara-saudara kita terdampak bencana," kata Pj Gubri SF Hariyanto menyebutkan saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau tengah mempersiapkan bantuan untuk korban bencana alam banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (17/5).
Pj Gubernur Riau, SF Hariyanto kerahkan bantuan korban bencana di Sumbar.
Tetapi disebutkan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul MUhari mengatakan jumlah korban meninggal dunia terus bertambah setelah tim SAR gabungan berhasil menemukan beberapa orang yang sebelumnya dilaporkan hilang.
Di sisi lain, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong percepatan perbaikan sejumlah jalan nasional dan jembatan "yang terputus dan rusak."
Salah-satu yang akan diperbaiki, antara lain, Jalan Akses Simpang di Kota Padang Panjang dan 19 unit jembatan yang terdampak.
Dihadapkan kendala seperti itu, bantuan logistik bagi warga yang terdampak bencana dikirimkan melalui jalur udara, khususnya di daerah Kabupaten Tanah Datar, kata Badan Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bencana alam rengut puluhan jiwa
Sementara, ratusan warga yang terdampak banjir bandang lahar di tiga daerah di Sumatra Barat telah evakuasi ke sejumlah posko pengungsian, ungkap Badan Penanggulangan Bencana (BNPB).
Banjir terjadi di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang.
Sebelumnya, Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kota Padang, Sumatera Barat, melaporkan korban meninggal dunia akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi maupun banjir bandang di tiga wilayah di provinsi itu mencapai 59 orang per Rabu (15/05) pukul 13.00 WIB
Rinciannya, 23 orang korban meninggal dunia dari Kabupaten Agam; 27 orang di Kabupaten Tanah Datar; dua korban asal Kota Padang Panjang; serta dua orang di Padang. Dari jumlah itu, Basarnas melaporkan korban yang belum teridentifikasi lima orang, sehingga total yang meninggal 59 orang.
"Sampai saat ini tim pencarian masih mencari keberadaan warga yang dilaporkan hilang," kata Kepala SAR Kota Padang, Abdul Malik.
Abdul menjelaskan pencarian korban hilang yang diduga terseret arus banjir bandang tersebut dilakukan dari Kota Padang Panjang hingga aliran Sungai Batang Anai.
Adapun banjir bandang ini mengakibatkan 193 rumah warga di Kabupaten Agam mengalami kerusakan.
Sementara itu, di Tanah Datar, dilaporkan ada 84 rumah yang rusak ringan hingga berat.
Warga melihat sebuah mobil yang terdampak banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Minggu (12/5/2024).
Kerusakan juga terjadi di sejumlah sarana prasarana, yakni jembatan hingga rumah ibadah. Kondisi lalu lintas dari Kabupaten Tanah Datar menuju Padang dan Solok juga dilaporkan lumpuh total.
“Tim Basarnas, TNI, Polri dan unsur terkait lainya masih terus berupaya melakukan penanganan darurat, pendataan serta pertolongan untuk warga terdampak,” kata Abdul.
Lembaga Penelitian PengembanganPendidikan [LP3] Anak Negeri, menilai bencana terjadi karena kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan pembangunan yang serampangan.
"Untuk Kabupaten Agam, hujan deras bahkan disebut menyebabkan air sungai yang berhulu di Gunung Marapi meluap, sehingga tercipta aliran di "jalur baru" yang membawa "batu-batu besar" dari gunung berapi paling aktif di Sumatra itu ke permukiman di sekitarnya," kata Wawan Sudarwanto, aktivis LP3 Anak Negeri yang dirinya selalu mondar mandir dari Pekanbaru-Sumbar ini.
"Karena saking derasnya hujan, dia membuat jalur tersendiri," kata Wawan lagi.
Tetapi Budi Perwira Negara, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam kembali menyatakan, banjir ini diikuti dengan material batu besar dari Gunung Marapi.
Foto udara kondisi jalan nasional yang putus di kawasan Silaiang, Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (12/5/2024).
Selain korban jiwa, ada pula 16 korban luka dari Kecamatan Canduang, Kecamatan Sungai Pua, dan Kecamatan IV Koto di Kabupaten Agam, kata Budi Perwira Negara.
Sedikitnya 110 rumah warga dan tempat usaha serta satu sekolah di tiga kecamatan itu tergenang air, sementara tiga rumah disebut "terbawa arus".
Budi bilang bencana ini adalah yang "paling parah" yang pernah terjadi di Kabupaten Agam dalam "150 tahun".
Kabupaten Agam pun telah resmi berstatus tanggap darurat untuk periode 12-25 Mei.
Hujan lebat juga memicu tanah longsor di Desa Malalak Timur, Kabupaten Agam, sehingga akses jalan yang menghubungkan Padang dan Bukittinggi terputus.
Menurut Budi, longsoran tanah sempat menutup jalan itu dengan panjang 12 meter dan ketinggian 3-4 meter.
Sementara itu, banjir melanda lima kecamatan di Kabupaten Tanah Datar: Kecamatan X Koto, Kecamatan Batipuh, Kecamatan Pariangan, Kecamatan Lima Kaum, dan Kecamatan Sungai Tarab.
Ada setidaknya 25 keluarga, 24 rumah, dan 12 jembatan yang terdampak, berdasarkan data terakhir BPBD Kabupaten Tanah Datar.
Sebuah mobil yang terdampak banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Minggu (12/5/2024).
Ermon Revlin, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tanah Datar, mengatakan banjir yang terjadi di wilayahnya merupakan kombinasi banjir lahar dingin Gunung Marapi dan banjir bandang akibat naiknya debit air sungai.
"Kalau dilihat sungainya, ada beberapa yang [banjir] lahar dingin, ada yang tidak," kata Ermon.
"Yang bukan banjir lahar dingin itu ada yang di Rambatan, terus ada yang di Pandai Sikek. Itu karena debit air sungai tinggi. Karena hulu sungainya bukan di Gunung Marapi itu kalau Pandai Sikek."
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan banjir telah meninggalkan endapan lumpur setinggi "betis orang dewasa".
"Karena itu, selain upaya pencarian dan pertolongan, tim gabungan pada hari ini juga berupaya melakukan pembersihan ruas jalan Batusangkar-Padang Panjang yang terdampak endapan lumpur," kata Abdul pada Minggu (12/5).
Di sisi lain, banjir melanda Kecamatan Padang Panjang Barat dan Kecamatan Padang Panjang Timur di Kota Padang Panjang.
Dua rumah di pinggir Sungai Sangkua disebut "hanyut", sementara tiga orang sempat hilang "terbawa arus" di Kota Padang Panjang.
Satu dari tiga orang itu telah berhasil ditemukan dan diselamatkan.
Petugas melakukan evakuasi warga pasca banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Minggu (12/5/2024).
Bagaimana kesaksian warga?
Berliana Reskyka, warga Jorong Galuang di Nagari Sungai Pua, Kabupaten Agam, mendadak dibangunkan ibunya pada Sabtu malam (11/5).
"Ada galodo," ujar ibunya, menyebut kata di bahasa Minang untuk banjir bandang.
Hujan yang turun sejak magrib ternyata telah memicu banjir yang menggenangi rumah-rumah di Jorong Galuang.
Rumah Nana - sapaan akrab Berliana - terletak di daerah yang cukup tinggi, sehingga terhindar dari banjir.
Namun, warga yang tinggal di daerah bawah langsung terdampak.
Warga yang rumahnya bertingkat, mereka mengungsi ke lantai dua. Lainnya berusaha lari ke daerah tinggi. Namun, sebagian dari mereka hanyut terbawa banjir.
Selewat tengah malam, Nana memutuskan keluar rumah.
Sehari-hari, ia adalah staf pelayanan kesehatan di Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Bukittinggi. Karena itu, ia tergerak untuk menyambangi warga di daerah bawah dan "bantu-bantu".
"Awalnya pas mau datang takut juga kan airnya segede apa," kata Nana, 23 tahun.
"Tapi karena nagari sendiri kan, wilayah sendiri, ya sudahlah inisiatif saja turun."
Ternyata setibanya di sana, banjir telah surut.
Nana lantas berkoordinasi dengan petugas setempat. Tak lama, ada kenalan melihatnya dan segera berteriak, "Nana! Tolong!"
Ada dua perempuan berusia 20-an tahun yang terluka karena banjir. Mereka digendong masuk ambulans, dan Nana pun mengikuti.
Ambulans membawa mereka ke RSUD Dr. Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi. Sepanjang perjalanan, Nana mencoba membersihkan luka dua perempuan itu dan memberikan pertolongan pertama.
"Ada luka lecet, terus ada kupingnya robek," kata Nana.
Sekembalinya dari RS, Nana terus membantu memberikan pertolongan pertama pada warga sekitar hingga kira-kira pukul 4 pagi. Setelahnya, ia kembali ke rumah dan beristirahat.
Pukul 7.30 pagi, ia kembali ke lokasi. Setelah berkoordinasi dengan tim SAR, ia membantu membuka posko bencana.
Sejumlah warga yang telah dipulangkan dari RS karena lukanya tak parah lantas lanjut dirawat di posko itu.
Nana lalu seharian merawat warga di sana sembari mendengarkan kisah-kisah mereka.
"Ada yang nangis-nangis, histeris, karena kan keluarga masih ada yang belum ketemu. Ada juga yang sudah ketahuan sudah meninggal dunia," kata Nana.
Hingga Minggu sore (12/5), 10 warga Jorong Galuang tercatat meninggal dunia karena bencana ini.
Sementara Penjabat (Pj) Gubernur Riau (Gubri), SF Hariyanto menyebutkan saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau tengah mempersiapkan bantuan untuk korban bencana alam banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar).
"Bantuan korban bencana banjir Sumbar dipersiapkan untuk yang terdampak."
"Kita akan segera menyiapkan bantuan dari Pemprov Riau, segera kita kirim ke pemerintah setempat agar bisa disalurkan ke saudara-saudara kita terdampak bencana," kata Pj Gubri SF Hariyanto, Jumat (17/5).
Pj Gubri menyampaikan, bantuan tersebut sebagai bentuk kepedulian Pemprov Riau terhadap korban banjir banjir yang terjadi beberapa hari lalu. Akibat bencana ini setidaknya puluhan warga meninggal dunia.
"Kita tentu ikut prihatin atas bencana yang melanda saudara-saudara kita di Sumbar. Mudah-mudahan bantuan yang kita akan disalurkan nanti dapat sedikit meringankan beban korban bencana banjir bandang Sumbar," ungkapnya.
Disinggung bantuan Pemprov Riau yang akan disalurkan berbentuk apa, Pj Gubri menyatakan terkait bentuk bantuan yang akan didudukan kembali bersama.
"Bentuk bantuannya kita dudukan dulu, bisa uang dan bahan pokok. Kita koordinasi dulu dengan pihak-pihak terkait," katanya.
Sebelumnya, Pj Gubernur Riau SF Hariyanto menyampaikan dukacita dan keprihatinannya atas musibah bencana alam banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar).
"Kami turut prihatin dan berduka cita yang mendalam atas musibah ini. Kita semua tidak menyangka. Bahkan kami juga sangat terkejut saat mendapatkan kabar ini," kata SF Hariyanto, Senin (13/5/2024).
Dirinya juga mendoakan seluruh masyarakat Sumbar yang terkena musibah ini agar diberikan kesabaran. Begitu juga dengan keluarganya korban meninggal dunia.
"Semua adalah kehendak dari yang maha kuasa, kita pun tak bisa menahannya," ujarnya.
Banjir terus berulang
Dalam enam bulan terakhir, banjir bandang dan lahar telah terjadi berulang kali di sejumlah daerah di sekitar Gunung Marapi, Sumatra Barat.
Pada 5 Desember 2023, dua hari setelah erupsi Gunung Marapi yang menewaskan 24 orang, banjir bandang dan lahar melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Tanah Datar.
Saat itu, banjir lahar sempat menghantam pemandian air panas di Nagari Pariangan, masjid dan rumah warga di Nagari Batubasa, dan membuat sebuah jembatan rusak di Nagari Baringin.
Operator mengoperasikan alat berat saat pencarian korban banjir bandang di Jorong Galuang, Nagari Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat, Senin (13/5/2024).
Pada 23 Februari 2024, banjir bandang menerjang Nagari Barulak, juga di Kabupaten Tanah Datar.
Sebanyak 27 rumah, dua musala, lima jembatan, dan puluhan hektare lahan pertanian terkena dampaknya.
Pada 5 April 2024, dua hari setelah erupsi Gunung Marapi yang melontarkan abu vulkanis hingga ketinggian 1,5 kilometer, banjir lahar dingin menghantam sejumlah wilayah di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.
Imbasnya, 61 rumah, 38 tempat usaha, dan 16,5 hektare lahan sawah di Kabupaten Agam rusak. Jalan Padang-Bukittinggi di Kabupaten Tanah Datar pun sempat tertutup total karena luapan air dan material lain dari sungai di bawah jalan yang tersumbat.
Kembali seperti diceritakan Wawan Sudarwanto, apa yang terjadi hari ini di Sumatra Barat merupakan bencana ekologis yang terjadi karena "salah sistem pengurusan alam".
Banjir bandang dan lahar terus berulang dan makin tinggi intensitasnya karena eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan serta pembangunan yang tidak berbasis mitigasi bencana, kata Wawan.
Contohnya adalah pembalakan dan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di dalam dan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), serta penambangan emas di kawasan penyangga TNKS.
"Ini terjadi terus dari tahun ke tahun," kata Wawan.
"Akibatnya, setiap tahun bencana berulang. Bahkan dalam satu tahun itu makin sering, makin dekat jarak antara bencana yang satu dan bencana berikutnya."
Kepala Dinas Kehutanan Sumatra Barat, Yozarwardi, pun sempat mengakui adanya penebangan liar di dua kabupaten itu.
Sepanjang 2023, ia bilang pihaknya telah menindak beberapa pelaku penebangan liar itu hingga ke meja hijau.
"Ketika mereka tidak mau dilarang ya kami melakukan penegakan hukum," kata Yozarwardi.
Di sisi lain, hasil studi Auriga Nusantara bersama sejumlah LSM lingkungan seperti Walhi dan Greenpeace menunjukkan tutupan sawit dalam kawasan hutan di bentang alam Seblat meningkat dari 2.657 hektare menjadi 9.884 hektare pada periode 2000-2020.
Bentang alam Seblat merupakan gabungan dari beberapa kawasan hutan, termasuk TNKS, Taman Wisata Alam Seblat, hutan produksi terbatas Air Ipuh I, Air Ipuh II, dan Lebong Kandis, serta hutan produksi tetap Air Rami dan Air Teramang.
Selain itu, Wengki dari Walhi juga menyoroti pembangunan ilegal di Lembah Anai di Kabupaten Tanah Datar.
Selama ini, Lembah Anai menjadi lokasi wisata yang ramai dikunjungi warga. Ada kafe, pemandian, dan masjid besar di sana. Hotel pun rencananya akan dibangun.
Pemerintah Provinsi Sumatra Barat bahkan sempat berencana membangun "plaza" di kawasan Lembah Anai.
Itu semua terjadi meski Lembah Anai merupakan kawasan hutan lindung dan cagar alam. Daerah itu pun sesungguhnya rentan bencana, entah banjir atau longsor, kata Wengki.
Banjir besar yang terjadi pada Sabtu 12 Mei 2024 lantas menyapu kafe dan pemandian di sana. Akhirnya, hanya masjid yang masih bertahan.
"Dewan Sumber Daya Air sudah kasih rekomendasi di awal tahun 2023, bahwa kawasan itu mesti ditertibkan. Enggak mungkin di situ ada aktivitas-aktivitas yang mengumpulkan banyak orang, karena sama saja kita seperti membuat kuburan massal," kata Wengki.
"Nah, di 2024 betul-betul hanyut semua kan."
Rentannya kondisi lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam dan pembangunan yang serampangan, ditambah aktivitas Gunung Marapi, akhirnya berujung pada "akumulasi krisis", kata Wengki.
"Krisis ini terus terakumulasi dari tahun ke tahun, menumpuk. Ya wajar kalau intensitas hujan ekstrem seperti hari-hari ini, akhirnya kita memanen bencana," ujar Wengki.
"Karena krisis lingkungan ini sudah menumpuk dan enggak pernah diselesaikan akarnya, maka enggak bisa lagi dihindari. Pasti dia akan menghampiri dan kita harus siap menghadapinya, sambil memang membangun upaya-upaya untuk pemulihannya". (*)
Tags : pemprov riau, bantuan korban bencana sumbar, banjir bandang dan lahar di sumbar, pemprov riau salurkan bantuan bencana ke sumbar, perubahan iklim, bencana alam, lingkungan, alam, korban bencana di sumbar mencapai 67 jiwa, Sorotan, riaupagi.com,