PEKANBARU, RIAUPAGI.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menyiagakan total 21 unit alat berat dan truk untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
"Pemprov siap hadapi bencana hidrometeorologi."
“Persiapan kita di tahap awal ini sosialisasi, mendirikan posko dan pemantauan. Termasuk koordinasi dengan Dinas PUPR untuk siaga di lokasi rawan bencana,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edy Afrizal, Kamis (4/12).
Langkah ini dilakukan menyusul penetapan Status Siaga Bencana Hidrometeorologi oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, SF Hariyanto, pada 1 Desember 2025.
Edy Afrizal, mengatakan bahwa penyiagaan peralatan ini merupakan bagian dari tahap awal strategi penanggulangan bencana, yang meliputi sosialisasi, pendirian posko, dan pemantauan wilayah berisiko.
Penempatan alat berat dilakukan melalui koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Riau.
Menurutnya, seluruh alat berat tersebut disebar melalui pos Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas PUPR yang berada di 12 kabupaten/kota.
Ia menjelaskan komposisi alat berat yang disiagakan, yakni dua unit ekskavator amfibi, satu ekskavator PC 200, delapan ekskavator PC 130, satu ekskavator long arm, enam motor grader, dan enam dump truk.
Secara keseluruhan terdapat 21 unit peralatan yang siap dimobilisasi kapan saja.
“Alat ini disiapkan agar mobilisasi jika nanti terjadi bencana bisa maksimal. Sehingga proses penanganan jika terjadi bencana di Riau bisa ditangani cepat,” tegasnya.
Selain kesiapsiagaan darat, BPBD Riau juga meningkatkan pemantauan terhadap elevasi debit air di Waduk PLTA Koto Panjang, Kampar. Waduk tersebut menjadi indikator penting dalam memprediksi potensi banjir pada aliran sungai besar seperti Kampar, Siak, Indragiri, dan Rokan.
“Kita juga melakukan pemantauan elevasi debit air di PLTA Koto Panjang. Kita minta PLN melaporkan secara berkala kondisi elevasi waduk. Begitu juga dengan teman-teman BMKG,” sebut Edy Afrizal.
Ia mengungkapkan bahwa debit air waduk kini mulai meningkat setelah sebelumnya berada pada kondisi kekeringan.
Meski masih berada pada ambang batas normal, pemantauan ketat tetap dilakukan untuk memastikan peringatan dini dapat diberikan jika terjadi potensi luapan air.
“Update terbaru memang air sudah naik, tetapi masih berada di ambang batas normal. Kenaikan ini dari sebelumnya yang sempat kekeringan,” tutup Edy Afrizal.
Apa Itu Bencana Hidrometeorologi?
Bencana hidrometeorologi merupakan salah satu bencana yang sering terjadi melanda wilayah Indonesia. Peringatan terkait bencana hidrometeorologi juga kerap disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), terutama pada periode akhir tahun menjelang tahun baru.
Menurut data BNPB, dikutip dari Modul Hidrometeorologi UGM (2022), selama 20 tahun terakhir Indonesia telah mengalami berbagai jenis bencana alam, termasuk bencana hidrometeorologi.
Tren fenomena bencana hidrometeorologis di Indonesia memiliki kecenderungan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Maka, penting bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia untuk mengetahui tentang bencana hidrometeorologi. Berikut ini informasi selengkapnya tentang apa itu bencana hidrometeorologi beserta cara pencegahannya.
Melansir BMKG, bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi).
Dampak bencana hidrometeorologi dapat menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak kesehatan lainnya, seperti kerusakan harta benda, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.
Melansir BPBD Yogyakarta, penyebab bencana hidrometeorologi adalah diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.
Macam-macam contoh bencana hidrometeorologi ada banyak, mulai dari badai siklon tropis, badai petir, badai es, tornado, curah hujan ekstrem, banjir, embun, suhu dingin, dan lain-lain. Berikut ini beberapa macam contoh bencana hidrometeorologi beserta penjelasan singkatnya:
Banjir
Banjir adalah luapan air yang meredam tanah yang biasanya kering, yang dapat terjadi akibat limpahan air dari sungai, danau atau laut.
Longsor
Tanah longsor terjadi ditandai oleh kemiringan lereng yang curam atau landai, seperti di pegunungan hingga tebing pantai atau di dasar laut, yang dipicu oleh peristiwa tertentu.
Curah Hujan Ekstrem
Curah hujan ekstrem dipicu oleh pertumbuhan awan konvektif (cumulonimbus) yang masif dan mencapai atmosfer yang tinggi.
Angin Kencang
Angin kencang adalah naiknya kecepatan lebih dari 27,8 km/jam dari wilayah dengan tekanan udara yang lebih tinggi ke wilayah dengan tekanan udara lebih rendah.
Puting Beliung
Puting beliung adalah kumpulan angin yang berputar dengan kecepatan tinggi yang dapat berlangsung selama beberapa menit, yang biasa terjadi saat pergantian musim hujan ke musim kemarau (pancaroba).
Kekeringan
Kekeringan adalah defisit curah hujan pada suatu wilayah dalam periode tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan kelembaban tanah dan kerusakan tanaman.
Kebakaran Hutan dan Lahan
Karhutla adalah penurunan terbakarnya banyak pohon, semak, paku-pakuan dan rumput di suatu wilayah, yang disebabkan faktor alam maupun faktor manusia.
Kualitas Udara Buruk
Kualitas udara buruk berkaitan dengan tingkat polusi udara yang tinggi, kualitas udara ini ditentukan oleh konsentrasi polutan berdasarkan indeks kualitas udara lainnya.
Berdasarkan informasi BPBD Yogyakarta, berikut ini cara-cara pencegahan yang dapat dilakukan menghadapi bencana hidrometeorologi:
Demikian penjelasan tentang apa itu bencana hidrometeorologi dan macam contohnya beserta cara pencegahannya. Semoga bermanfaat!. (*)
Tags : bencana hidrometeorologi, potensi bencana hidrometeorologi, riau, pemprov siap hadapi bencana hidrometeorologi, pemprov siagakan 21 alat berat di titik rawan bencana, Lingkungan, Alam,