Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir imbau pemerintah perhatikan kesejahteraan guru.
YOGYAKARTA -- Di hari guru nasional, penggerak utama roda pendidikan tersebut masih dihujani duka dan lara.
Tugas mereka yang begitu berat untuk menyiapkan SDM masa depan bangsa yang berdaya saing, tidak berimbang dengan kesejahteraan mereka yang jauh dari kata mencukupi.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa problem guru di Indonesia masih di sekitar kesejahteraan. Penghasilan guru yang sedikit, bahkan di banyak tempat menjadi sukarelawan.
Kurun terakhir perhatian pemerintah mulai baik antara lain melalui program sertifikasi, meski belum sepenuhnya baik dan merata. Apalagi sampai ke peningkatan kesejahteraan guru swasta, meski sama-sama bekerja dan berkhidmat untuk mencerdaskan bangsa.
“Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sejatinya tidak mengenal negeri dan swasta. Di kawasan-kawasan tertentu ketika lembaga pendidikan negeri atau yang diselenggarakan pemerintah belum berdiri, justru di situ lembaga swasta khususnya organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah hadir untuk mencerdaskan bangsa. Dengan kemandirian dan masih banyak bermodal seadanya. Karenanya menjadi tidak nasionalis guru-guru negeri yang mengajar di swasta ditarik kembali, penanda kebijakan politik pendidikan yang diskriminasi,” jelas Haedar pada Senin (25/11).
Kini guru akan ditingkatkan lagi kesejahteraannya. Semoga dapat terpenuhi. “Maklum meski dipatok konstitusi anggaran pendidikan 20 persen, kenyataannya dana APBN tersebar di seluruh instansi dan terserap besar ke daerah atas mandat otonomi. Jadi tidak terpusat di Kementerian Pendidikan pada pemerintahan pusat, baik untuk pendidikan dasar menengah maupun tinggi. Menteri baru, harapan baru, meski tak semudah membalik tangan para guru,” harap Haedar.
Bicara guru sebenarnya bukan berhenti di kesejahteraan. Tapi juga tentang kualitas dan pengabdian untuk membangun negeri. Khususnya meningkatkan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi tanggungjawab bersama.
“Guru memiliki sejarah panjang mencerdaskan kehidupan bangsa, hatta di kala serba keterbatasan. Itulah era guru pejuang seperti kisah heroik guru Laskar Pelangi,” tutur Haedar.
Haedar juga menekankan bahwa kesejahteraan harus terus diagendakan untuk ditingkatkan, namun mesti disertai dan dilandasi pengkhidmatan para guru sendiri. Ketika kesejahteraan ditingkatkan maka kemampuan dan pengabdiannya pun mesti meningkat secara signifikan.
“Jangan sampai terjadi stagnasi dan kesenjangan orientasi. Kesejahteraan guru ditingkatkan tapi kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Sebab sampai saat ini Human Development Index (HDI) serta Daya Saing Bangsa Indonesia ternyata masih di bawah enam negara tetangga. Inilah agenda bersama memajukan pendidikan Indonesia,” terang Haedar.
Selain itu, Haedar juga mengungkapkan bahwa agenda pendidikan dan peningkatan guru tentu lebih menyeluruh. Lebih dari sekadar kesejahteraan dan hal-hal administrasi instrumental. Tapi juga dan tidak kalah penting soal panggilan dan pengkhidmatan. Agar terjadi keseimbangan antara kesejahteraan dan kualitas pendidikan Indonesia ke depan.
“Menjadi guru itu sejatinya sebuah panggilan (calling) untuk mendidik anak negeri menuju pencerdasan kehidupan bangsa. Seperti para pejabat publik, mengejar sejahtera tidak akan ada habisnya bila tanpa panggilan untuk berkhidmat majukan negeri. Tidak sedikit pejabat di negeri ini sudah sejahtera bahkan berkemakmuran. Tapi di antara mereka masih dahaga korupsi dan gratifikasi. Hingga ada yang menyimpan uang haram di rumahnya sampai satu triliun rupiah. Sungguh ngeri dan mungkin hanya ada di negeri ini!,” tegas Haedar.
Karenanya panggilan pengkhidmatan menjadi pendidik anak bangsa niscaya diletakkan di atas segalanya. Dengan segala penghormatan tinggi kepada para guru. Disertai usaha meningkatkan kesejahteraan guru lebih-lebih di daerah terdepan, terjauh, dan tertinggal.
“Guru tetaplah hadir sebagai panggilan pengkhidmatan. Menjadi sosok teladan bangsa yang digugu dan ditiru. Menjadi pendidik sejati yang mengantarkan anak-anak negeri menjadi tuan di negerinya sendiri. Selamat Hari Guru! Salam hormat tertinggi kami untuk para pendidik anak negeri nan sejati!,” tutup Haedar.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyampaikan sederet komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan profesi guru pada upacara peringatan Hari Guru Nasional.
Melalui pidatonya, ia terlebih dahulu mengapresiasi pengabdian para guru, khususnya mereka yang mengabdi di pelosok desa hingga di satuan pendidikan dengan fasilitas yang terbatas dan ala kadarnya.
“Saya mengucapkan selamat Hari Guru Nasional 25 November 2024 untuk para guru di seluruh Tanah Air. Semuanya merupakan tugas mulia mencerdaskan dan memajukan bangsa,” kata Mu'ti di Jakarta pada Senin.
Pada kesempatan yang sama, ia juga turut menggarisbawahi peran guru yang tidak hanya berperan sebagai agen pembelajaran, tetapi juga
agen peradaban.
Para guru, berperan mendidik para murid agar memiliki kecerdasan, keterampilan, dan karakter yang mulia sehingga dapat menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.
Sejalan dengan visi pendidikan bermutu untuk semua, pihaknya pun berusaha meningkatkan kualitas para guru melalui tiga program prioritas. Pertama, pemenuhan kualifikasi guru secara bertahap.
Ia menjelaskan kementerian berusaha memberikan kesempatan bagi para guru untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang pendidikan D-IV/S-1.
Kedua, pihaknya juga berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi guru tidak terbatas pada kompetensi akademik, pedagogik, moral, dan sosial, tetapi juga kewirausahaan dan kepemimpinan melalui berbagai pelatihan.
Dalam rangka memperkuat pendidikan karakter dan akhlak mulia, kementerian mulai memberikan
pelatihan bimbingan konseling dan pendidikan nilai bagi para guru kelas dan guru bidang studi.
Ketiga, kementerian berusaha meningkatkan kesejahteraan guru melalui sertifikasi baik bagi guru ASN PNS dan PPPK, maupun non-ASN. Dengan peningkatan kesejahteraan, ia berharap para guru diharapkan dapat meningkatkan dedikasi dan kualitas pembelajaran.
Adapun yang tidak kalah pentingnya, ia juga menambahkan pemerintah berkomitmen untuk menjamin keamanan para guru agar dapat bekerja dengan tenang dan terbebas dari segala bentuk intimidasi dan tindakan kekerasan oleh siapapun.
“Guru juga tidak seharusnya melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk apapun. Terkait dengan perlindungan guru, Kemendikdasmen akan menandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia agar masalah-masalah kekerasan dalam pendidikan diselesaikan secara damai dan kekeluargaan atau restorative justice,” ujarnya.
Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2024 mengambil tema Guru Hebat Indonesia Kuat. (*)
Tags : ketum pp muhammadiyah haedar nashir, guru, muhammadiyah, kesejahteraan guru, pendidikan SDM, berdaya saing, masa depan guru, nasib guru ,