JAKARTA - Virus baru Covid-19 menuntut ilmuwan terus mempelajarinya. Salah satu hal yang diteliti adalah mengenai antibodi pada tubuh yang berguna untuk melawan virus korona dan turunannya.
Menurut laman Deseret yang dilansir Ahad (29/8), tim peneliti diduga telah menemukan antibodi yang dapat menetralkan semua jenis virus corona baru yang diketahui. Antibodi itu termasuk menetralkan varian yang sedang berkembang.
GlaxoSmithKline dan Vir Biotechnology baru-baru ini melakukan studi kolaboratif besar oleh para ilmuwan dan mengembangkan terapi antibodi baru yang disebut Sotrovimab atau S309. Selama proyek tersebut, mereka menemukan antibodi alami baru. Menurut Berkeley lab, antibodi itu memiliki luas dan kemanjuran yang luar biasa. “Itu menetralkan semua strain SARS-CoV-2 yang diketahui, termasuk mutan yang baru muncul yang sekarang dapat 'melarikan diri' dari terapi antibodi sebelumnya, serta virus SARS-CoV asli yang terkait erat, ” menurut siaran pers dari Berkeley Lab yang penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Nature.
Ahli biologi struktural Jay Nix, yang terlibat dalam proyek tersebut, mengatakan, antibodi tersebut berpotensi menghentikan semua virus corona yang mirip dengan COVID-19. Para peneliti ingin melakukan lebih banyak tes dengan antibodi menggunakan hamster. Mereka berharap untuk memberikannya sebagai profilaksis tetapi tidak jelas kapan itu akan terjadi. “Dan, karena situs pengikatan unik pada bagian virus yang tahan mutasi, mungkin lebih sulit bagi strain baru untuk melarikan diri,” katanya dalam rilis dari Berkeley Lab.
Sebuah studi serupa juga baru-baru ini diterbitkan di New England Journal of Medicine. Studi itu mengatakan para peneliti menemukan antibodi tingkat tinggi dan spektrum luas dalam sampel darah dari korban wabah SARS pada 2003. Kembali pada tahun 2020, para ilmuwan di Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh juga menemukan "molekul biologis terkecil". Hal ini disebut sepenuhnya dan secara khusus menetralkan virus corona baru. Sementara menurut Fox News, para ilmuwan mengembangkan obat, yang disebut Ab8, yang akan digunakan sebagai tindakan pencegahan terhadap COVID-19.
Booster Vaksin Covid-19 J&J
Sementara studi terbaru menunjukkan bahwa pemberian dosis kedua atau booster vaksin Covid-19 Johnson & Johnson dapat memunculkan respons imun yang kuat. Temuan ini memperkuat anjuran pemberian dosis kedua vaksin Johnson & Johnson delapan bulan setelah pemberian dosis pertama.
Peneliti Johnson & Johnson menemukan bahwa kadar antibodi mengalami peningkatan signifikan setelah dosis kedua vaksin diberikan. Kadar antibodi tampak meningkat sebesar sembilan kali lipat bila dibandingkan dengan kadar antibodi yang dimiliki partisipan satu bulan setelah menerima dosis pertama.
Akan tetapi, Johnson & Johnson tidak secara spesifik menyebutkan kapan dan bagaimana para partisipan menerima dosis kedua (booster). Akan tetapi, informasi yang diunggah mengenai uji klinis pada database daring pemerintah mengindikasikan bahwa dosis penguat diberikan enam bulan setelah pemberian dosis pertama.
Pihak Johnson & Johnson mengatakan booster perlu diberikan delapan bulan setelah pemberian dosis pertama. Pernyataan ini dibuat berdasarkan data sementara yang dilaporkan oleh Johnson & Johnson dalam Journal of Medicine pada Juli lalu. Data tersebut juga menunjukkan adanya respons antibodi yang kuat pada bulan kedelapan setelah pemberian dosis pertama vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.
"Kami menanti untuk berdiskusi dengan pejabat kesehatan masyarakat mengenai potensi strategi untuk vaksin Covid-19 Johnson & Johnson kami, pemberian booster delapan bulan atau lebih lama setelah vaksinasi dosis pertama," jelas global head of R&D at Janssen Pharmaceutical Cos of Johnson & Johnson Dr Mathai Mammen, seperti dikutip dari Fox News, Kamis (26/8).
Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson telah mendapatkan izin penggunaan darurat untuk individu berusia 18 tahun ke atas dari FDA Amerika Serikat. Menurut data dari CDC, hampir 14 juta orang di Amerika Serikat telah menerima dosis pertama vaksin Johnson & Johnson. "Dosis pertama vaksin masih sangat memberikan perlindungan," jelas Dr Dan Barouch yangt erlibat dalam pengembangan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.
Dr Barouch mengatakan perlindungan dari vaksin Johnson & Johnson sejauh ini tampak tidak memudar seiring dengan waktu. Akan tetapi, pemberian dosis kedua dapat semakin meningkatkan respons imun.
Sebagian besar studi telah menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 Johnson & Johnson memiliki kemampuan yang baik dalam melawan varian delta. Sebuah studi terbaru yang melibatkan hampir 480 ribu tenaga kesehatan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa vaksin Johnson & Johnson memiliki efikasi hingga 71 persen dalam mencegah perawatan di rumah sakit akibat varian delta.
Data juga menunjukkan bahwa vaksin ini memiliki efikasi hingga 96 persen dalam mencegah kematian secara umum akibat Covid-19. Namun, ada pula sebuah studi yang menunjukkan bahwa pemberian satu dosis vaksin Covid-19 Johnson & Johnson memberikan respons antibodi yang relatif lemah dalam melawan varian delta. (*)
Tags : antibodi, antibodi covid, antibodi corona, antibodi covid terkuat, penelitian covid,