AGAMA - Pengelola Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) mengembangkan mushaf Al-Qur’an Istiqlal menjadi benda koleksi yang dapat dinikmati secara interaktif.
Dilansir laman website resmi Kemenag inovasi berbasis teknologi digital tersebut disediakan untuk memanjakan pengunjung BQMI dalam menikmati keindahan mushaf Istiqlal, lembar demi lembar.
“Untuk melihat keindahan mushaf Istiqlal, pengunjung cukup melambaikan tangan di atas sensor layar digital. Tanpa ada sentuhan, secara otomatis lembaran-lembaran mushaf dalam bentuk digital akan terbuka. Jadi, lebih interaktif,” ujar Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf AL-Qur’an (LPMQ), Abdul Aziz Sidqi, yang sekaligus sebagai penanggungjawab pengelolaan BQMI.
Aziz mengatakan selama ini bagian dari mushaf Istiqlal yang didisplay di ruang pamer BQMI hanya surah Al Fatihah dan beberapa halaman surah lainnya dalam bentuk foto. Namun sekarang, dengan kemajuan teknologi, pengunjung bisa menikmati seluruh keindahan mushaf 30 juz dalam bentuk digital.
“Untuk membuka ke kanan, tangan kanan yang dilambaikan, begitu juga sebaliknya, untuk membuka halaman ke kiri," kata Aziz.
Mushaf Al Qur’an Istiqlal merupakan salah satu koleksi masterpiece BQMI. Teknik dan pola penulisan mushaf dirancang oleh tim yang terdiri dari ahli kaligrafi, ahli seni rupa, ulama Al-Qur’an, budayawan, dan pakar desain grafis dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Hingga saat ini, mushaf Istiqlal dianggap sebagai salah mushaf terindah yang dimiliki bangsa Indonesia.
Keindahan mushaf Istiqlal terletak pada desain iluminasi (hiasan pinggir) mushaf yang merepresentasikan ragam budaya dari 27 provinsi di Indonesia.
Dalam proses penulisannya, goresan awal teks mushaf ini dimulai oleh Presiden H. Muhammad Soeharto pada 15 Oktober 1991 M.Iluminasi mushaf ini sangat indah, mewakili kekhasan budaya dari 27 provinsi di Indonesia.
"Ketika itu penulisan teks ayatnya diawali oleh Presiden Soeharto,” ujar Aziz.
Mushaf Istiqlal terdiri atas 970 halaman, lebih banyak dari mushaf-mushaf pada umumnya. Di setiap tepi halaman dihiasi iluminasi dengan nuansa khas Nusantara. Pada tiap 22 halaman, iluminasi diganti dari satu wilayah budaya ke wilayah budaya lainnya. Sistem penulisannya menganut kaidah //golden section//, yaitu, tata letak yang serasi, indah dipandang, dan tidak membuat penat mata pembacanya.
Seorang pemandu di BQMI, Ibnu Athoillah, menjelaskan bagi pengunjung yang ingin menggunakan layanan digital ini, mereka harus memperhatikan jarak telapak tangan dengan sensor. Jaraknya harus proporsional, sekitar 20 cm di atas sensor, tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh.
“Kalau terlalu dekat, sensor tidak merespon, begitu juga kalau terlalu jauh. Jadi jaraknya harus pas, sekitar 20 sentimeter, lah, dari sensor,” jelas pemandu yang akrab dipanggil Atok ini sambil memeragakan tangannya di atas mushaf Istiqlal digital.
Tags : museum, bayt alquran, islam, alquran haji, haji 2023,