Sorotan   2021/01/13 15:35 WIB

Pengguna WhatsApp Beralih ke Telegram, Apakah Facebook akan Mati?

 Pengguna WhatsApp Beralih ke Telegram, Apakah Facebook akan Mati?

"Dua aplikasi pesan singkat, Signal dan Telegram, belakangan semakin sering diunduh para pengguna ponsel pintar di seluruh dunia menyusul syarat dan ketentuan baru yang ditetapkan Whatsapp"

ua miliar pengguna Whatsapp harus menyetujui peraturan baru jika ingin terus menggunakan layanan pesan singkat. Whatsapp menyatakan akan membagi data pengguna aplikasi itu dengan perusahaan induk mereka, Facebook. Praktik ini menurut Whatsapp bukanlah hal baru. Batas memberikan persetujuan terhadap ketentuan baru tersebut jatuh 8 Februari mendatang. 

Dalam versi terbaru Whatsapp, akan muncul fitur yang memungkinkan pengguna mereka berbelanja dan melakukan pembayaran secara daring. Di sisi lain, Telegram dan Signal menawarkan layanan pesan singkat gratis yang terenskripsi.

Merujuk data Sensor Tower, sebuah firma penyedia data aplikasi pada perangkat bergerak, Signal diunduh 246.000 kali di seluruh dunia satu pekan sebelum 4 Januari lalu, saat Whatsapp mengumumkan kebijakan baru mereka. Sementara satu minggu setelah itu, Signal diunduh 8,8 juta kali. Lonjakan besar terjadi di India, dari 12.000 menjadi 2,7 juta; di Inggris dari 7.400 menjadi 191.000; dan di Amerika Serikat dari 63.000 menjadi 1,1 juta.

Dalam rangkaian cuitan di Twitter, Signal menyebut beberapa pengguna mereka melaporkan gangguan saat hendak membuat grup serta kode verifikasi yang terlambat muncul. Signal menyatakan, gangguan itu terjadi karena lonjakan pengguna. Mereka mengklaim tengah menyelesaikan persoalan tersebut. "Beberapa server terbaru kami sudah siap melayani Anda," begitu tulis Signal, 10 Januari lalu. Signal juga mendapat dukungan dari pendiri Tesla, Elon Musk. Pada 7 Januari, dia bercuit, "gunakan Signal."

Telegram melejit

Telegram selama ini lebih populer ketimbang Signal. Jumlah unduhan aplikasi itu melonjak secara global pada pekan terakhir Desember, dari 6,5 juta menjadi 11 juta. Di Inggris, tingkat unduhan Telegram naik dari 47.000 menjadi 101.000. Sementara di AS, angkanya melambung dari 272.000 menjadi 671.000. Pada periode yang sama, jumlah unduhan Whatsapp di seluruh dunia turun dari 11,3 juta menjadi 9,2 juta.

Walau begitu, pengamat industri teknologi digital dari Sensor Tower, Craig Chapple, menilai fenomena ini tidak akan menjadi persoalan besar bagi Whatsapp. Sejak diluncurkan tahun 2014, Whatsapp sudah diunduh 5,6 miliar kali. "Sulit bagi pesaing mereka untuk mengubah perilaku pengguna. Whatsapp akan terus menjadi yang paling populer di dunia dan berstatus aplikasi pesan singkat yang paling banyak digunakan," ujar Chapple dirilis BBC.

"Menarik apakah perubahan yang terjadi belakangan ini akan terus belangsung atau pengguna kembali ke kebiasaan mereka," tuturnya.

Whatsapp sebelumnya menyatakan akan membagi data pengguna mereka dengan Facebook, tapi tidak termasuk pesan, grup, dan daftar telepon. Yang akan dibagi Whatsapp ke perusahaan induk mereka antara lain:

  • Nomor telepon dan informasi lain yang diisi pada saat registrasi, seperti nama
  • Informasi tentang ponsel yang dipakai pengguna, antara lain model, perusahaan pembuatnya
  • Alamat internet protocol (IP) yang mengindikasikan lokasi koneksi internet pengguna
  • Transaksi pembayaran dan finansial lain yang dilakukan dalam aplikasi Whatsapp.

Whatsapp mengklaim kebijakan baru mereka ini tidak menyalahi aturan tentang perlindungan data pribadi.

Apakah Facebook akan mati?

Boikot bisa sangat efektif, dan inilah yang sedang dialami Facebook. Pada akhir abad ke-18, gerakan penghapusan perbudakan di Inggris menganjurkan agar masyarakat tidak menggunakan barang-barang yang diproduksi oleh budak. Sekitar 300.000 orang berhenti membeli gula, demi menekan penghapusan perbudakan. Kampanye "Stop Hate for Profit" merupakan salah satu gerakan yang meggunakan boikot sebagai alat politik yang sedang marak saat ini.

Inti kampanye ini adalah bisnis mestinya tak mengambil keuntungan dari konten yang dinilai mempromosikan kebencian. Gerakan ini menyatakan bahwa Facebook enggan menghapus muatan-muatan berbau rasis dan ujaran kebencian dari platform mereka. Meraka berupaya meyakinkan beberapa perusahaan besar untuk menarik iklan mereka dari Facebook dan beberapa perusahaan media sosial lain.

Beberapa yang sudah melakukannya adalah Ford, Adidas dan HP. Mereka bergabung dengan beberapa lagi yang sudah terlebih dulu melakukannya termasuk Coca-Cola, Unilever dan Starbucks. Situs baru Axios juga melaporkan bahwa Microsoft menunda iklan di Facebook dan Instagram bulan Mei lalu karena adanya kekhawatiran terhadap "muatan yang tak pantas" – tanpa menyebutkan dengan rinci apa yang mereka maksud. Sementara itu, beberapa platforms daring seperti Reddit dan Twitch juga menerima tekanan dan mengambil langkah anti ujaran kebencian mereka sendiri.

David Cumming dari Aviva Investors mengatakan bahwa hilangnya kepercayaan dan anggapan ketiadaan panduan moral bisa “menghancurkan bisnis".  Hari Jumat (26/06), saham Facebook jatuh 8% - menyebabkan Mark Zuckerberg, secara teori, berkurang kekayaannya sebesar £6 miliar. Namun apakah ini akan menjadi ancaman lebih besar kepada masa depan Facebook, masih belum jelas. Karena ini bukan pertama kali adanya boikot terhadap perusahaan sosial media.

Di tahun 2017, banyak pemilik merek terkenal mengumumkan akan menghentikan iklan mereka di YouTube – sesudah adanya sebuah iklan dipasang di video yang rasis dan homofobik. YouTube mengubah kebijakan iklan mereka, dan tiga tahun sesudah boikot itu perusahaan pemilik YouTube, Google baik-baik saja. Ada lebih banyak alasan lagi untuk meyakini bahwa boikot ini tidak berdampak terlalu keras kepada Facebook seperti yang kita bayangkan.

Pertama, kebanyakan perusahaan ini hanya berkomitmen untuk memboikot selama sebulan, yaitu bulan Juli tahun ini saja. Kedua, dan mungkin ini lebih penting, kebanyakan pemasukan iklan untuk Facebook datang dari ribuan perusahaan kecil dan menengah. CNN melaporkan bahwa 100 pengiklan besar di Facebok menghabiskan anggaran US4,2 milyar tahun ini. Ini setara dengan 6% pendapatan Facebook dari iklan.

Sejauh ini, perusahaan-perusahaan sedang dan kecil tidak ikut serta di dalam boikot ini. Mat Morrison, direktur strategi di biro iklan Digital Whiskey, mengatakan bahwa ada sejumlah besar bisnis kecil yang “tak mungkin tetap hidup tanpa beriklan". Katanya, bisnis kecil – yang tak mampu membayar untuk beriklan di TV – memusatkan iklan mereka di platform seperti Facebook karena lebih murah dan lebih fokus ke audiens yang disasar. “Satu-satunya cara agar bisnis kami berjalan adalah adanya akses kepada audiens yang dituju, bukan audiens di media massa. Maka bisnis kami akan terus pasang iklan,” kata Morrison.

Sebenarnya Facebook tampak seperti perusahaan yang tepat untuk dilobi. Struktur Facebook memberi Mark Zuckerberg kekuasaan yang besar untuk membawa perubahan. Jika ia menginginkan sesuatu di Facebook, pasti itu terjadi. Kita hanya perlu mengubah pandangan satu orang ini saja. Namun yang terjadi bisa juga kebalikannya. Para pemilik saham tidak bisa menekan Zuckerberg dengan cara yang sama dengan di perusahaan lain. Jika ia tidak mau, maka tidak akan terjadi.

Sampai sejauh ini, ia tidak menunjukkan akan berubah. Perubahan yang sekarang terjadi belum cukup menurut "Stop Hate for Profit". Sementara itu platform yang lain sudah mengambil tindakan. Hari Senin (29/06) Reddit menutup forum Donald Trump sebagai bagian dari razia terhadap ‘subreddit’ yang anggotanya terlibat dalam perundungan dan perilaku yang mengancam.

Komunitas forum ini tidak terkait langsung dengan Trump tetapi telah membantu penyebaran meme yang mendukungnya, sebelum Reddit akhirnya mengambil langkah membatasi jangkauan unggahan tersebut. Selain itu, Twitch telah menutup sementara akun yang dikelola oleh tim kampanye Trump. Menurut Twitch, situs streaming video yang dimiliki Amazon, tim ini menyebarkan dua video yang kampanye Trump yang melanggar panduan ujaran kebencian di situs tersebut.

Salah satunya terjadi di tahun 2015, sebelum Trump terpilih, di mana ia berkata bahwa Meksiko mengirimkan pemerkosa ke AS. Satunya lagi berasal dari awal tahun ini ketika Trump secara fiktif menggambarkan adanya “orang Meksiko kasar” yang menerobos masuk ke rumah seorang perempuan Amerika. Tahun ini akan menjadi tahun yang penuh guncangan bagi perusahaan media sosial. Facebook tidak terkecuali. Namun langkah perusahaan-perusahaan ini tetap akan dipandu oleh keadaan keuangan mereka. Jika boikot berlangsung hingga beberapa bulan ke depan dan perusahaan lain bergabung, ini bisa jadi tahun yang menentukan bagi masa depan Facebook. (*)

Tags : WhatsApp, Pengguna WhatsApp Beralih ke Telegram,