BISNIS - Delay 3 Jam di Hong Kong
Penumpang pesawat Singapore Airlines itu meminta disediakan minuman beralkohol sebelum pesawat lepas landas.
Penerbangan pesawat Singapore Airlines bernomor SQ897 rute Hong Kong - Singapura terganggu.
Pilot memutuskan memutar balik pesawatnya dan tak jadi lepas landas dari Bandara Internasional Hong Kong.
Menurut situs pelacakan Flightradar24, penerbangan yang dijadwalkan lepas landas pada pukul 20.25, waktu setempat, pada Selasa, 10 September 2024.
Namun, menurut situs web Bandara Hong Kong, pesawat dimaksud baru berangkat tiga jam kemudian. Pesawat akhirnya tiba di Singapura pada pukul 02.48 pada Rabu, 11 September 2024, menurut situs web Bandara Changi.
Mengutip AsiaOne, Kamis, 12 September 2024, delay alias keterlambatan pesawat itu disebabkan oleh seorang penumpang yang mengamuk setelah permintaan minuman beralkohol sebelum pesawat lepas landas ditolak awak kabin.
Hal itu menurut laporan media online HK01 News yang berbasis di Hong Kong.
Setelah situasi tak bisa dikendalikan, awak kabin menghubungi menara kontrol dan meminta untuk kembali.
Mereka juga menelepon polisi untuk membantu mereka menangani penumpang berulah tersebut, lapor saluran berita TVBS yang berbasis di Taiwan.
Menanggapi HK01 News, polisi setempat menyebut penumpang yang dimaksud adalah laki-laki warga negara Singapura berusia 71 tahun, bermarga Tan.
Ia menambahkan bahwa kasus tersebut dianggap sebagai 'permintaan bantuan polisi' dan tidak ada penangkapan yang dilakukan.
Kepada AsiaOne, juru bicara maskapai nasional Singapura itu mengatakan penumpang pesawat itu tak bisa diatur.
Ia dilaporkan berulang kali menganiaya awak kabin di pesawat sebelum pesawat lepas landas
Pilot menilai situasi dan memutuskan untuk menurunkan penumpang demi menjamin keselamatan penumpang lain dan awak operasi.
Dia diserahkan kepada pihak berwenang setempat di Bandara Internasional Hong Kong.
Juru bicara tersebut meyakinkan bahwa prioritas utama SIA adalah keselamatan pelanggan dan stafnya.
Dia juga meminta maaf kepada seluruh pelanggan di penerbangan SQ897 atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
"SIA percaya bahwa seluruh karyawan kami mempunyai hak atas lingkungan kerja yang aman dan terhormat, dan tidak mendukung perilaku kasar terhadap staf kami," kata juru bicara tersebut.
Urusan minuman beralkohol di dalam pesawat bukan sekali dua kali memancing insiden. Sebelumnya, seorang penumpang pesawat Air New Zealand didenda 600 dolar Australia atau sekitar Rp6 juta, karena kencing di dalam cangkir usai mendarat di Bandara Sydney, Australia.
Insiden diketahui terjadi setelah penerbangan selama tiga jam dari Auckland. Mengutip AP News, kejadian terjadi pada Desember 2023 lalu dan mengakibatkan pengadilan Sydney mendenda pria berusia 53 tahun tersebut karena perilaku ofensif tersebut.
Insiden itu baru menjadi perhatian publik ketika situs berita Selandia Baru, Stuff, melaporkan kejadian. Seorang penumpang di baris yang sama, yang diidentifikasi sebagai Hollv, mengatakan telah melaporkan perilaku tersebut kepada awak pesawat.
Dia mengatakan bersama putrinya yang berusia 15 tahun, duduk di kursi lorong melihat pelaku yang duduk di dekat jendela buang air kecil di dalam cangkir.
Hollv mengatakan pesawat telah berada di landasan selama sekitar 20 menit. Pesawat sedang menunggu gerbang terminal dibuka.
Saat melihat pelaku kencing di dalam cangkir, ia kemudian langsung melaporkan kepada petugas.
Dia mengatakan pria itu "jelas sangat mabuk" dan menumpahkan air seni ke pramugari saat dia meninggalkan pesawat. Polisi Federal Australia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa petugas mengeluarkannya dari pesawat karena dia "buang air kecil ke dalam cangkir saat duduk di kursinya."
Air New Zealand menolak mengomentari insiden tersebut. Namun, pihaknya melaporkan setidaknya lima hingga 10 penumpang setiap bulan karena perilaku mengganggu, termasuk mabuk di pesawat.
Melansir dari NBC News, Selasa, 18 Juni 2024, mengonsumsi minuman beralkohol di dalam pesawat terbukti membahayakan kesehatan, menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Thornax, Senin, 3 Juni 2024. Berdasarkan serangkaian eksperimen laboratorium, ketika orang tertidur setelah mengonsumsi alkohol pada tekanan udara rendah yang biasanya dialami selama penerbangan pesawat, kadar oksigen dalam darah turun ke tingkat yang mengkhawatirkan dan detak jantung meningkat, bahkan pada mereka yang sehat dan muda.
Penelitian tersebut seharusnya membuat penumpang pesawat suka minum saat terbang berhenti sejenak, kata Dr. Eva-Maria Elmenhorst selaku wakil kepala departemen penelitian tidur dan faktor manusia di Institut Kedokteran Dirgantara di Pusat Dirgantara Jerman di Cologne, Jerman. Bahkan jika tidak minum, terbang dengan pesawat komersial bisa menjadi beban bagi tubuh.
Udara kabin yang kering dapat menyebabkan dehidrasi dan duduk diam di kursi sempit selama berjam-jam kadang-kadang bisa memicu pembekuan darah di kaki. Tekanan kabin diatur pada tingkat yang akan dialami antara 6.000 hingga 8.000 kaki di atas permukaan laut, yang dapat berkontribusi pada penurunan saturasi oksigen dalam darah.
Seiring dengan menurunnya tekanan udara, jumlah oksigen yang diambil seseorang dengan setiap napas juga menurun, menurut National Institutes of Health. "Kami terkejut melihat bahwa efeknya begitu kuat," kata Elmenhorst, seraya mendesak para penumpang, "Tolong jangan minum alkohol saat berada di pesawat". (*)
Tags : Singapura, minuman beralkohol, Singapore Airlines,