ANNA LINDA terinspiratif yang bertransformasi dari penentang Islam jadi Muslimah. Perjalanan spiritual seorang perempuan asal Islandia itu menjadi sorotan setelah ia berbagi kisah hidupnya dalam menemukan Islam.
Lahir pada 1966 di Reykjavik, Islandia, Anna tumbuh dalam kultur Barat dan sempat dikenal sebagai sosok yang anti-Islam sebelum akhirnya menemukan hidayah.
Anna lahir dari orang tua berdarah Islandia-Denmark. Masa kecilnya dihabiskan di Vancouver, Kanada, sebelum pindah ke New York, Amerika Serikat. Ia lulus sekolah menengah pada usia 16 tahun dan menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas McGill, Montreal, Kanada pada 1988. Sejak 1990, Denmark menjadi tempatnya menetap.
Pada 1997, saat mempelajari bahasa Arab di Kairo, seorang teman menghadiahkan Alkitab. Ia kemudian memutuskan meneliti kitab sucinya sendiri secara serius.
“Pada 1998, saat kuliah di Universitas Damaskus, saya membaca seluruh Alkitab dari awal hingga akhir sambil mencatat,” ujar Anna seperti dikutip dari About Islam, Jumat (10/10/2025).
Namun, ia menemukan banyak inkonsistensi teologis, khususnya dalam pandangan tentang Tuhan, perempuan, dan tulisan Paulus.
“Setelah selesai membacanya, saya menyadari ada terlalu banyak inkonsistensi, terlalu banyak hal yang tidak saya setujui. Seperti penggambaran Perjanjian Lama tentang Tuhan dan perempuan, belum lagi semua hal yang ditulis Paulus di Perjanjian Baru,” ucap Anna.
Pencarian spiritualnya berlanjut. Ia mempelajari Taurat, menelusuri ajaran Yahudi, bahkan sempat mendalami Buddhisme dan Hindu, namun tidak menemukan ketenangan.
Anna mengakui dirinya dahulu termasuk orang yang sangat membenci Islam.
“Saya tumbuh besar di Amerika Serikat, dibesarkan dengan film-film Amerika yang selalu menggambarkan orang Arab sebagai fundamentalis, radikal, penindas perempuan, fanatik agama, dan teroris. Saya menelan mentah-mentah stereotip itu,” katanya.
Namun, pandangannya berubah saat ia tinggal di Timur Tengah. Pada 1999, ia bekerja di Damaskus dan bertemu dengan suaminya, Mohannad, seorang insinyur Muslim yang taat. Dari dialog panjang bersama suaminya, ia mulai tertarik memahami Islam.
Pada Ramadhan 2002, Anna mulai membaca Alquran langsung dari teks Arab beserta terjemahannya. Bagi Anna, Alquran menjawab pertanyaannya tentang ketuhanan, keadilan, dan peran perempuan dalam agama.
“Ketika saya membaca Alquran, kitab suci umat Islam, saya merasa Alquran begitu indah, ilmiah, welas asih, dan sangat feminis,” ujarnya.
Ia menambahkan, hampir semua buku tentang Islam yang ditulis oleh non-Muslim menampilkan pandangan negatif. “Orang-orang yang menulis menentang Islam terkadang mengutip sebagian ayat Alquran, menghilangkan sisanya, atau menerjemahkan secara tidak tepat—baik sengaja maupun tidak,” ucapnya.
Banyak pengetahuan baru ditemukan Anna dalam Alquran, di antaranya mengenai black hole (lubang hitam), perjalanan luar angkasa, DNA dan genetika, evolusi, geologi, oseanografi, perkembangan embrio, hingga asal usul kehidupan akuatik.
“Wow! Saya selalu mendengar Alquran hanyalah versi Alkitab yang diencerkan, tapi semua ini tidak ada di Alkitab! Saya heran bagaimana bisa pada lebih dari 1.400 tahun lalu bisa menulis sesuatu seperti ini! Beberapa gagasan ini baru ditemukan di abad ini,” katanya kagum.
Pada 12 Desember 2002, Anna mengalami mimpi luar biasa yang menggugahnya untuk merenungkan agama lebih dalam. Setelah mempelajari Islam secara intensif selama lebih dari setahun, ia akhirnya mantap bersyahadat pada 4 Juni 2003.
“Jika teman dan keluarga tidak mau menghubungi saya lagi karena saya menjadi Muslim, biarlah. Agama saya adalah agama saya, dan saya bangga dengan pencarian saya terhadap Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dan Islam,” katanya.
Ia kemudian memilih nama Muslimah Nur, yang berarti cahaya. Kini, ia aktif menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Islandia bersama komunitas Muslim di negaranya.
Anna kini tinggal bersama suami dan putranya, Andres Omar, serta aktif berdakwah melalui literasi Islam di Islandia. Bagi Anna, perjalanannya belum berakhir.
“Nur hanyalah kelanjutan dari diri saya. Maka berakhirlah ceritaku: Perjalanan Menuju Cahaya, sebuah perjalanan yang sebenarnya baru saja dimulai,” ujarnya.
Kisah Anna Linda menjadi bukti bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah SWT. Ketulusan pencarian kebenaran dapat menuntun siapa pun menuju cahaya petunjuk-Nya, bahkan dari tempat yang paling tidak terduga. (*)
Tags : mualaf, Anna Linda, Islandia, Alquran, kisah mualaf Islam di Eropa, perempuan mualaf, Nur dakwah, literasi Islam, kisah inspiratif, kisah mualaf ,