Headline Internasional   2020/10/06 10:37 WIB

Pertempuran Armenia - Azerbaijan: 'Warga Sipil Jadi Korban, Kota Luluh-Lantak'

Pertempuran Armenia - Azerbaijan: 'Warga Sipil Jadi Korban, Kota Luluh-Lantak'
Pejabat di Nagorno-Karabakh mengatakan militer mereka menghancurkan ratusan posisi militer musuh.

INTERNASIONAL - Pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan, dua negara pecahan Soviet, semakin sengit dan terus memanas selama beberapa hari terakhir. Kedua negara memperebutkan wilayah sengketa Nagorno-Karabakh, yang secara resmi merupakan bagian dari Azerbaijan namun penduduknya kebanyakan etnis Armenia. Konflik yang terjadi saat ini adalah yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir dan kedua kubu menyalahkan satu sama lain. 

Armenia dan Azerbaijan memperebutkan wilayah itu pada 1988 dan pada 1994 keduanya mengumumkan gencatan senjata. Namun demikian, kedua kubu belum menemukan kesepakatan atas sengketa wilayah itu.  Kedua belah pihak saling mengerahkan tembakan artileri berat, menyebabkan beberapa rumah serta bangunan di wilayah masyarakat sipil hancur. Penduduk Nagorno-Karabakh disajikan makanan setelah mereka melarikan diri ke kota perbatasan Armenia.

Azerbaijan menjadikan ibu kota kawasan sengketa Nagorno-Karabakh, Stepanakert, sebagai sasaran dalam pertempuran kedua negara. Banyak korban jiwa dilaporkan di kota itu, yang kini tanpa penerangan, menurut laporan kantor berita Armenpress. Sementara itu, pihak berwenang Nagorno-Karabakh mengatakan mereka telah menyerang bandara militer di kota terbesar kedua Azerbaijan, Ganja.

Petugas pemadam kebakaran dikerahkan ke Ganja dan kota serta desa lain untuk memadamkan api. Muncul kekhawatiran bahwa korban, baik dari anggota militer kedua negara maupun masyarakat sipil, bisa lebih tinggi dari yang sebenarnya, karena klaim terkait korban tidak bisa diverifikasi secara independen. Seorang perempuan lanjut usia tampak mendapat perawatan di sebuah rumah sakit di Ganja awal pekan ini. 

Militer Azerbaijan berkata pasukannya telah mengambil alih sejumlah desa, sementara pihak Nagorno-Karabakh mengatakan pasukannya telah "memperbaiki" posisi mereka di garis depan. Penggunaan artileri berat telah meninggalkan bekas luka di jalanan kota, seperti yang terlihat di Stepanakert.

Pemerintah Azerbaijan mengatakan "infrastruktur masyarakat sipil dan gedung bersejarah kuno rusak" dalam pertempuran terbaru. Rumah-rumah hancur, rusak dan ditinggalkan oleh warganya. Barang-barang pribadi tampak ditinggalkan di antara reruntuhan, seperti yang terlihat di ruang apartamen di Nagorno-Karabakh setelah serangan terjadi. 

Ada apa dibalik konflik Armenia - Azerbaijan

Kota terbesar kedua Azerbaijan, Ganja, dilanda gempuran pasukan Armenia seiring dengan berlanjutnya pertempuran kedua negara menyangkut sengketa wilayah Nagorno-Karabakh. Daerah strategis itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, tapi penduduknya kebanyakan etnis Armenia sejak perang 1988-1994 antara dua negara republik pecahan Soviet tersebut.

Kelompok di Nagorno-Karabakh menyatakan mereka telah menghantam bandara militer Ganja setelah pasukan Azerbaijan menggempur ibu kota kawasan itu, Stepanakert. Akan tetapi, pemerintah Azerbaijan menegaskan tidak ada fasilitas militer di Ganja yang kena gempuran. Lebih dari 220 orang telah tewas sejak pertempuran dimulai sepekan lalu. Ada kekhawatiran jumlah korban tewas di kedua kubu sebenarnya lebih tinggi, mengingat klaim jumlah korban tidak bisa diverifikasi secara independen.

Azerbaijan mengatakan pasukan mereka menghancurkan kendaraan lapis baja Armenia.

Militer Azerbaijan mengatakan pasukan mereka telah mengambil alih kembali tujuh desa pada Minggu (04/10), sedangkan Nagorno-Karabakh mengklaim pasukannya telah "memperbaiki" posisi mereka di garis depan. Awal pekan ini Armenia mengatakan "siap berinteraksi" dengan para mediator dari Prancis, Rusia, dan AS untuk berupaya menyepakati gencatan senjata. Azerbaijan, yang secara terang-terangan didukung oleh Turki, menuntut penarikan mundur pasukan Armenia dari Nagorno-Karabakh dan kawasan-kawasan di sekitarnya yang diduduki pasukan etnis Armenia. "Nagorno-Karabakh adalah tanah kami," seru Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dalam pidato yang disiarkan televisi nasional pada Minggu (04/10).

Dalam kesempatan itu dia menuntut Armenia meminta maaf kepada negaranya serta memberikan waktu bagi penarikan mundur. "Inilah akhirnya. Kita menunjukkan kepada mereka siapa kita. Kita mengejar mereka seperti anjing."

Sebelumnya, Armenia mengklaim satu pesawat jet tempurnya telah ditembak jatuh oleh pesawat jet milik Turki di tengah eskalasi konflik terkait wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Menteri luar negeri Armenia mengatakan, pilot jet tempur Su-25 buatan Soviet itu tewas setelah ditembak pesawat F-16 milik Turki di wilayah udara Armenia.

Turki bantah mendukung Azerbaijan 

Azerbaijan berkali-kali menyatakan tak punya pesawat tempur jenis F-16. Tapi Turki punya pesawat jenis tersebut. Pertempuran yang dimulai sejak tiga hari lalu, sekarang mulai keluar dari kawasan Nagorno-Karabakh. Armenia dan Azerbaijan saling tuduh sebagai pihak yang memulai pertempuran. Saat Turki secara terbuka mendukung Azerbaijan, Rusia - yang memiliki markas militer di Armenia tapi juga bersahabat dengan Azerbaijan - menyerukan gencatan senjata dengan segera.

Apa yang terjadi dengan jet tempur?

Juru bicara menteri pertahanan Armenia, Shushan Stepanyan, mengatakan, pesawat jenis Su-25 telah ditembak jatuh pada Selasa (29/09) pagi, dan pilotnya "tewas secara heroik". Dalam unggahan Facebook, ia mengatakan pesawat F-16 milik Turki sudah terbang sejauh 60 kilometer di wilayah udara Armenia. Turki dengan segara membantah klaim tersebut dan mengatakan "sama sekali tidak benar". "Armenia harus mundur dari wilayah di bawah kekuasaannya, daripada menggunakan trik propaganda murahan," kata Fahrettin Altun, ajudan President Recep Tayyip Erdogan.

Bagaimana peluang gencatan senjata?

Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan kepada media Rusia, suasananya masih tidak tepat untuk mengadakan dialog pada saat operasi militer masih berlangsung. Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, yang juga berbicara kepada media Rusia, masih belum mau berdialog mengingat sikap Armenia saat ini. Lebih dari 220 orang, termasuk warga sipil, meninggal karena pertempuran sengit yang masih terus berlanjut antara pasukan Armenia dan Azerbaijan terkait wilayah yang dipersengketakan Nagorno-Karabakh. Kawasan pegunungan ini dikenal sebagai bagian dari Azerbaijan namun dikendalikan oleh etnik Armenia sejak perang yang berakhir pada 1994. Negara-negara lain khawatir perang sengit dapat melebar ke kawasan lain dan melibatkan negara lain, termasuk Turki, Rusia dan Iran.

Ada apa di balik konflik?

Kawasan Nagorno Karabakh dipersengketakan pada akhir 1980a-an dan awal 1990-an. Walaupun kedua negara menetapkan gencatan senjata, mereka belum pernah menyepakati traktat perdamaian. Nagorno-Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan namun penduduk mayoritas dari Armenia. Saat Uni Soviet ambruk pada 1980-an, Nagorno-Karabakh memilih untuk menjadi bagian dari Armenia, dan memicu perang dan menghentikan gencatan senjata yang ditetapkan 1994.

Sejak itu, Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan, namun dikuasai separatis etnik Armenia dan didukung oleh pemerintah Armenia. Perundingan selama puluhan tahun, dan dimediasi oleh pihak internasional, belum pernah traktat perdamaian. Armenia adalah mayoritas Kristen sementara kawasan kaya minyak Azerbaijan adalah mayoritas Muslim. Turki memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan, sementara Rusia bersekutu dengan Armenia, walaupun memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan.

Memobilisasi tentara lebih banyak

Pemerintah di Nagorno-Karabakh, yang didukung oleh Armenia mengatakan 31 tentara mereka tewas dan sebagian tempat yang dikuasai, kembali diambil alih kembali. Azerbaijan mengatakan pasukan mereka menimbulkan "kerusakan besar" dan Armenia melakukan pengeboman dan melukai 26 warga sipil. Kedua belah pihak mengatakan memobilisir lebih banyak tentara dan menetapkan kondisi darurat di sejumlah tempat.

Pertempuran itu adalah yang paling parah sejak 2016 dengan korban jiwa lebih dari 200 orang saat itu. Turki telah menetapkan dukungan kepada Azerbaijan, sementara Rusia - yang memiliki basis militer di Armenia namun berhubungan baik dengan Azerbaijan - menyerukan gencatan senjata. Armenia menuduh Turki memberikan bantuan militer untuk Azerbaijan, klaim yang disanggah Azerbaijan.

Hari Senin (28/09), Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan Armenia harus segera mengakhiri "pendudukan" di kawasan itu dan dikatakan Erdogan akan mengakhri krisis panjang. Seperti dirilis BBC Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab Mnatsakanyan menuduh Azerbaijan mensabotase penyelesaian damai dan menekankan Armenia harus membela kawasan itu.

Darurat militer

Pada Minggu (27/09), Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan dirinya yakin akan memperoleh kembali kendali atas wilayah tersebut. Darurat mliter telah diberlakukan di sejumlah wilayah Azerbaijan, di Armenia, serta di Nagorno-Karabakh. Konflik di pegunungan Kaukasus ini tak pernah berkesudahan selama lebih dari tiga dekade, dengan sederet pertempuran. Bentrokan di perbatasan pada Juli lalu mengakibatkan 16 orang tewas, yang kemudian memicu unjuk rasa terbesar selama bertahun-tahun di ibu kota Azerbaijan.

Unjuk rasa merebut kembali wilayah

Konflik apa pun dapat mengguncang pasar karena wilayah Kaukasus selatan dilintasi jalur pipa yang membawa minyak dan gas alam dari Laut Kaspia ke pasar dunia. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berjanji mendukung Azerbaijan selama krisis baru terbaru, sementara Rusia yang secara tradisional dipandang sebagai sekutu Armenia, meminta pemberlakuan gencatan senjata dan pembicaraan untuk mendinginkan situasi.

Reaksi lainnya:

  • Prancis, yang dihuni komunitas Armenia yang cukup besar, menyerukan adanya gencatan senjata dan dialog.
  • Iran, yang berbatasan dengan Azerbaijan dan Armenia, menawarkan diri untuk memediasi pembicaraan damai.
  • Amerika Serikat mengatakan telah menghubungi kedua pihak yang bersengketa, dan mendesak mereka untuk "segera menghentikan permusuhan... dan menghindari retorika dan tindakan yang tidak membantu" 

Disemangati oleh dukungan Turki?

Pertempuran hari Minggu kemarin yang menggunakan senjata berat merupakan ketegangan paling serius dalam beberapa tahun terakhir. Sudah sangat umum, dalam konflik berkepanjangan ini, masing-masing pihak saling menuduh pelepas tembakan pertama. Apa yang kita lihat ini bukan hanya aksi militer tapi juga sebuah perang informasi. Sulit untuk memverifikasi informasi resmi secara independen.

Klaim Azerbaijan bahwa mereka telah "membebaskan" wilayah yang dikuasai Armenia telah dibantah oleh pemerintah Armenia. Begitu juga, klaim Armenia bahwa mereka telah menyebabkan kerusakan besar terhadap pasukan Azerbaijan, telah dibantah oleh Azerbaijan. Selain itu, pemerintah Azerbaijan telah membatasi penggunaan internet di dalam negeri, khususnya akses pada media sosial.

Dukungan Turki kemungkinan telah menguatkan Azerbaijan. Pada Agustus lalu, menteri pertahanan Azerbaijan mengatakan, dengan dukungan dari militer Turki, Azerbaijan akan memenuhi "tugas suci" - dengan kata lain, merebut kembali wilayah yang hilang. Menteri pertahanan Armenia mengatakan sebuah serangan pada permukiman warga di Nagorno-Karabakh, termasuk di ibu kota daerah Stepanakert, terjadi pukul 08:10 waktu setempat (04:10 GMT) pada Minggu (27/09).

Seorang perempuan dan anak dibunuh, kata para pejabat. Otoritas separatis di Nagorno-Karabakh mengatakan 16 prajurit mereka tewas dan 100 mengalami luka. Armenia mengatakan, telah menembak jatuh dua helikopter dan tiga pesawat tanpa awak, serta menghancurkan tiga tank. Pemerintah Armenia menetapkan darurat militer dan mobilisasi militer secara total, sesaat setelah pengumuman yang sama dari otoritas di Narono-Karabakh.

Darurat militer adalah sebuah langkah darurat yang memberi kewenangan pada militer untuk mengambil alih fungsi pemerintahan sipil. "Bersiap untuk mempertahankan tanah air kami yang suci," seru Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan setelah menuduh Azerbaijan melakukan "agresi yang telah dirancang sebelumnya". Seraya memberi peringatan bahwa wilayah itu berada di ambang "perang berskala besar", dan menuduh Turki "berperilaku agresif", dia mendesak komunitas internasional untuk bersatu mencegah ketidakstabilan lebih lanjut.

Menurut jaksa Azerbaijan, lima orang dari satu keluarga dibunuh oleh orang-orang Armenia di salah satu desa di Azerbaijan. Menteri pertahanan Azerbaijan mengonfirmasi telah kehilangan satu helikopter, tapi mengatakan kru-nya selamat. Kemudian melaporkan bahwa 12 sistem pertahanan udara milik Armenia telah dihancurkan. Tapi hal ini dibantah oleh Armenia.

Presiden Azerbaijani Ilham Aliyev saat beridato yang disiarkan televisi.

Presiden Aliyev mengatakan telah memerintahkan operasi kontra-ofensif berskala besar sebagai respon dari serangan pasukan Armenia. "Sebagai sebuah hasil dari operasi kontra-ofensif, sejumlah area pemukiman warga Azerbaijan yang dikuasai, telah dibebaskan," katanya melalui sebuah siaran televisi.

"Saya percaya diri bahwa kesuksesan operasi kontra-ofensif kami akan mengakhiri penguasaan, untuk keadilan, dari penguasaan selama 30 tahun."

Setelah penolakan awal oleh militer Armenia, presiden Nagorno-Karabakh yang tidak diakui, Arayik Haruyunyan, membenarkan sejumlah posisi telah hilang diambil alih pasukan Azerbaijan.

Fakta-fakta Nagorno-Karabakh

  • Sebuah wilayah pegunungan dengan luas 4.400 kilometer persegi (1.700 mil)
  • Secara tradisional dihuni oleh orang Kristen Armenia dan Muslim Turki.
  • Saat era Soviet, daerah ini merupakan wilayah otonomi di dalam bagian republik Azerbaijan.
  • Dunia internasional mengakui wilayah ini menjadi bagian dari Azerbaijan, tapi mayoritas populasinya adalah etnis Armenia.
  • Diperkirakan satu juta orang mengungsi pada perang 1990-an, dan menewaskan 30.000 orang.
  • Pasukan separatis mengambil sejumlah wilayah tambahan di sekitar kantong Azerbaijan pada perang 1990-an.
  • Kebuntuan telah terjadi sejak gencatan senjata 1994.
  • Rusia secara tradisional bersekutu dengan Armenia.

Presiden Erdogan menyebut Armenia "dalam ancaman terbesar untuk perdamaian dan ketenangan di wilayah". Organisasi untuk Kerja Sama dan Keamanan di Eropa (OSCE) sudah lama berupaya menengahi konflik dengan melibatkan diplomat dari Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat - yang membentuk OSCE Minsk Group - yang mengusahakan gencatan senjata pada 1994.

Seberapa terpecah wilayah tersebut?

Penduduk Azerbaijan sebagian besar adalah orang yang memiliki hubungan dekat dengan negara Turki. Meski demikian, tidak seperti orang Turki, kebanyakan orang Azerbaijan adalah Muslim Syiah bukan Sunni. Turki tidak memiliki hubungan dengan Armenia, negara yang kebanyakan penduduknya adalah penganut Kristen Ortodoks yang secara sejarah mendapat dukungan dari Rusia.

Iran, sebagai negara Syiah, memiliki banyak komunuitas etnis Azerbaijan tapi tetap memelihara hubungan yang baik dengan Rusia. Sejak Uni-Soviet runtuh pada 1991, perpecahan etnis di Armenia dan Azerbaijan menjadi lebih kentara: berdasarkan laporan Armenia pada 2004, hanya 30 orang di Armenia (populasi 3,1 juta) diidentifikasi sebagai orang Azerbaijan, sedangkan sensus 2009 di Azerbaijan (populasi 9,7 juta) mencatat ada 183 orang Armenia tinggal di daerah selain Nagorno-Karabakh. Pada sensus 2015, "Republik Arsakh" yang tidak diakui - atau Nagorno-Karabakh (populasi 145.053 orang) - mencatat tidak ada orang Azerbaijan yang tinggal di sana. Padahal, ketika rezim Soviet berkuasa, orang-orang Azerbaijan mencapai lebih dari seperlima populasi wilayah itu. (*)
 

Tags : Pertempuran Armenia - Azerbaijan, Warga Sipil Korban, Kota Luluh-Lantak,