PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Calon kepala daerah yang berlatar belakang sebagai petahana cenderung lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat.
"Calon kepala daerah dari petahana lebih mendapatkan perhatian pemilih di pilkada Serentak 2024 ini."
"Selain sudah berpengalaman menjabat sebagai kepala daerah di suatu wilayah, popularitas yang dimiliki juga turut memberikan kontribusi bagi potensi keterpilihan mereka di pilkada yang digelar pada November 2024," kata Ketua Umum [Ketum] Lembaga Melayu Riau [LMR], H. Darmawi Wardhana Zalik Aris SE Ak menanggapi soal petahana yang dinilai masih memiliki keunggulan dibanding calon penantang lainnya.
Dia bilang, keunggulan petahana sebelumnya sudah terekam dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang digelar awal Juni lalu.
"Sebanyak 63,3 persen responden mengaku akan mempertimbangkan sosok calon kepala daerah yang berlatar belakang sebagai petahana untuk dipilih di pilkada."
"Kalaupun tidak lagi menjabat saat pilkada digelar, sosok petahana yang dimaksud adalah mereka yang pernah menjadi kepala daerah di wilayah tersebut," kata Darmawi Wardhana yang juga menjabat sebagai Koordinator Indonesian Corruption Investigation [ICI] ini.
Tetapi secara komposisi yang mempertimbangkan petahana lebih banyak, jika dibandingkan dengan kelompok responden pemilih calon penantang.
"Di kelompok calon penantang, saya memperkirakan, justru cenderung terbelah antara mereka yang mempertimbangkan petahana dan yang tidak mempertimbangkannya. Mereka yang mempertimbangkan petahana mencapai 41,4 persen. Sementara itu, mereka yang tidak mempertimbangkan, jumlahnya sedikit lebih banyak, yakni mencapai 44,2 persen," kata dia yang diminta pendapatnya dikediamannya terkait jelang Pilgub Riau 2024 ini, tadi Sabtu (27/7/2024).
Menurutnya, hal yang lebih kurang sama terjadi jika dilihat dari latar belakang pilihan partai politik. Jadi memiliki indikasi pemilih lebih banyak yang akan mempertimbangkan sosok petahana dibandingkan mereka yang mengabaikannya.
"Sebagian partai cenderung terbelah sikapnya dalam mempertimbangkan atau tidak mempertimbangkan sosok petahana di bursa calon kepala daerah saat pilkada pada November mendatang."
Tampak dari dua variabel antara latar belakang pemilih pasangan Cagub-Cawagub di Pilkada Serentak 2024, ada pola yang berbeda saat memaknai sosok petahana di pilkada.
Dari analisis ini tampak bahwa petahana di atas kertas memang lebih banyak menarik perhatian pemilih meskipun potensi resistensi terhadap mereka tetap ada dalam kontestasi pilkada.
"Hasil survei yang dilakukan menemukan bahwa elektabilitas Syamsuar [Mantan Gubernur Riau] masih unggul untuk Pilkada 2024 ini."
"Kandidat Cagub dan Cawagub Riau yang populer atau dikenal paling banyak adalah Syamsuar, diikuti oleh Edy Natar Nasution, Pj Gubri SF Hariyanto dan yang terakhir Muhammad Nasir [hanya saja pencalonannya ada penolakan dari organisasi massa]."
"Syamsuar merupakan kader Golkar diperkirakan bakal bersaing ketat jika Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur 2024 dilakukan sekarang. Tetapi jika diberi piilhan banyak responden untuk memilih Syamsuar untuk dapat kembali memimpin Riau," sebutnya.
Kemudian, Syamsuar harus banyak melakukan strategis juga melakukan simulasi pasangan.
Tetapi jika simulasi dilakukan empat pasangan calon, Syhamsuar sebagai petahana dengan siapa pun wakilnya maka secara umum akan memperoleh suara tertinggi.
Jadi Darmawi Wardhana memperkirakan, Syamsuar tetap akan memperoleh suara yang cukup tinggi dan mengalahkan pasangan lain jika berpasangan dengan Mawardi M Saleh.
Darmawi Wardhana memprediksi pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Riau bakal dimenangkan petahana.
"Saya memperkirakan akan terjadi lawan kotak kosong. Kalaupun ada lawan, mereka hanya sebagai 'boneka' saja atau agar Pilkada terlihat lebih demokratis," sebutnya.
Prediksi fenomena kotak kosong itu akan terjadi di Pilgub Riau. Mengingat sampai hari ini para Bacalon Gubernur dan Wakil Gubernur lainnya belum terlihat jelas baik soal jumlah kursi dukungan parpol maupoun soal penetapan pasangan bacalon.
Menurutnya, prediksi itu mengingatkan tentang fenomena dalam desentralisasi. Ada istilah local strongman (fenomena orang kuat) yang sentralistik memonopoli kekuatan politik lokal.
Fenomena ini, lanjutnya, didukung oleh kultur masyarakat yang masih mendukung budaya patron-klien yang menggantungkan harapan pada kekuatan politik orang kuat lokal.
Dia menambahkan, karena kekuasaan politik masih tersentralisasi oleh kekuatan parpol di level pusat, maka peluang-peluang itu masih menunggu dinamika dan rasionalisasi hitungan politik kepentingan DPP setiap Parpol.
Jadi Darmawi Wardhana melihat, di lokal bisa saja kekuasaan politik calon gubernur sangat kuat, tetapi keputusan akhir masih di level DPP setiap Parpol yang punya kepentingan dan dinamikanya berpeluang sangat fluktuatif. (*)
Tags : pilkada serentak 2024, pilgub riau, pilkada, petahana, pemilihan kepala daerah, politik daerah,