PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Pilgub Riau 2024 menjadi persaingan ketat bagi tiga pasangan calon yaitu Syamsuar - Mawardi, Abdul Wahid - SF Hariyanto dan Muhammad Nasir - Muhammad Wardan.
Hingga pada pencoblosan tanggal 27 November 2024, belum ada satu paslon yang memperoleh suara 50+1 berdasarkan survei sejumlah lembaga.
"Pilgub Riau berpotensi berjalan dua putaran."
Sempat ada kekhawatiran Pilgub Riau akan dipaksakan berakhir dalam satu putaran seiring Dewan Perwakilan Rakyat mengebut pembahasan Rancangan Undang-undang Daerah Khusus DKI agar bisa disahkan sebelum hari pencoblosan Pilkada 2024.
Hasilnya, 543 wilayah yang menggelar Pilkada serentak 2024 tetap berpedoman pada UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada.
Aturan ini mengatur pasangan calon Gubernur-wagub, calon Wali kota-Wakil Wali kota dan calon Bupati-Wakil Bupati yang memperoleh suara terbanyak akan langsung ditetapkan sebagai paslon terpilih. Hal ini diatur dalam Pasal 107 Ayat (1) dan Pasal 109 ayat (1) UU Pilkada.
"Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati terpilih serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota terpilih," bunyi Pasal 107 Ayat (1) UU Pilkada.
"Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur terpilih," bunyi Pasal 109 Ayat (1) UU Pilkada.
Menurut analis politik, Partai Golkar disebut-sebut “akan mati-matian” mempertahankan sejumlah wilayah yang menjadi 'kandangnya' dalam putaran Pilkada 2024, khususnya di Kota Pekanbaru, Siak, Bengkalis, Pelalawan, Kuantan Singingi, Rohul, Dumai dan Kampar.
Atur siasat dilakukan setelah lumbung suara mereka di 'kandang Golkar' “diobok-obok” dalam Pilpres 2024, saat Prabowo-Gibran yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) menancapkan bendera kemenangan.
Partai Golkar yang bergabung koalisi dengan Prabowo Subianto pada Pilpres 2024 tetapi memiliki perolehan suara yang menyusut kemudian dikaitkan dengan perselisihan partai PDIP dengan presiden Indonesia ketujuh, Joko Widodo (Jokowi).
Tetapi kembali pada soal Pilgub Riau dimana survei elektabiltas kemarin menyimpulkan Syamsuar-Mawardi berada di angka 48,3 persen. Pasangan nomor urut tiga ini unggul atas paslon lainnya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Riau (UIR) Dr Panca Setyo Prihatin pun memprediksi Pilgub Riau akan berjalan dua putaran.
Menurut dia, persaingan panas dan ketat baru akan terlihat di putaran kedua tersebut, hanya saja aturan untuk dua putaran ini yang kelihatanya belum jelas.
"Saya melihat ini pertaruhan soal harga diri ketiga paslon, maka ya suka tidak suka, senang tidak senang, akan terjadi persaingan yang memanas dari tiga belah pihak untuk mengalahkan satu sama lain di putaran kedua nanti," ujarnya, Selasa (26/11).
Panca Setyo Prihatin mengatakan pada putaran II nanti, baik Syamsuar-Mawardi maupun Abdul Wahid dan SF Hariyanto, Muhammad Nasir dan Muhammad Wardan mengevaluasi kelemahan dan kekuatan masing-masing.
Tiga paslon tersebut akan mati-matian untuk bisa mengalahkan satu sama lain.
Ia memandang Pilgub Riau tahun ini bisa menyerupai tahun 2019 silam yang sangat panas.
Hanya saja, berbeda dari periode sebelumnya, Ia berpendapat isu yang dikembangkan pada tahun ini bukan lagi agama.
"Jadi Pilkada ini terlihat semakin kencang, semakin panas, semakin ketat dan ya mungkin agak mirip-mirip dengan 2019, tapi isu yang dikembangkannya bukan isu SARA tapi isu-isu lain," ucap dia.
Panca Setyo Prihatin juga menilai hasil debat perdana Pemilihan Gubernur (Pilgub) Riau yang digelar I dan II kemarin masih belum memuaskan.
Menurut Panca, ketiga pasangan calon (paslon) yaitu Abdul Wahid-SF Hariyanto, M Nasir-HM Wardan dan Syamsuar-Mawardi masih lari dari substansi pertanyaan yang diberikan panelis.
Diketahui, tema dalam debat perdana Pilgub tersebut adalah Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) oleh Pembangunan Daerah yang Inklusif.
Panca menilai, jawaban ketiga paslon Gubernur Riau belum ada yang mampu menjawab hal tersebut. Padahal, kata Panca, Provinsi Riau memiliki isu tata kelola yang cukup banyak.
"Kalau menurut saya belum ada yang memenuhi substansinya. Isu-isu strategis itu belum tergali. Riau ini kan persoalannya luas, ya," ujarnya.
Meskipun begitu Panca yang juga merupakan Ketua Tim Perumus debat mengaku bisa memaklumi kegugupan ketiga paslon.
"Tapi, ya, kita maklumi. Mungkin dalam debat pertama ini masih grogi, walau substansinya belum ketemu bagi saya," pungkasnya.
Seharusnya, Panca menambahkan, karena tema debat pertama mengenai tata kelola pemerintahan, ketiga paslon gubernur bicara soal birokrasi pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan hingga isu potensi terpecahnya birokrasi sebagai efek Pilkada.
Panca juga menilai keinginan ketiga paslon gubernur untuk menggalakkan digitalisasi di desa-desa kurang inklusif bagi masyarakat yang tingkat pendidikan serta taraf ekonominya belum merata.
"Menurut saya masyarakat perlu tahu apa komitmen calon gubernur, dia 'kan soal pelayanan publik. Kalau soal digitalisasi itu 'kan sudah kepentingan zaman, tapi masyarakat kita di kampung-kampung itu 'kan belum semua mengerti, makin digital makin susah urusan. Nanti yang ada masyarakat malah bertanya 'awak ndak bisa pakai handphone iko do?' nah itu kenapa tidak dipikirkan juga?".
KPU telah menetapkan 3 Pasangan Calon dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Provinsi Riau. Pilkada kali ini diikuti oleh pasangan yang diusung 3 koalisi partai besar.
Tiga pasangan calon tersebut adalah Abdul Wahid dan SF Hariyanto diusung oleh PDI Perjuangan, Partai NasDem, dan PKB sebagai Paslon nomor urut satu, lalu Muhammad Nasir dan Muhammad Wardan diusung oleh PAN, Perindo, PSI, Partai Gelora Indonesia, Demokrat, PPP, dan Gerindra sebagai paslon nomor urut dua, dan Pasangan Syamsuar dan Mawardi diusung oleh dua partai politik yaitu PKS dan Golkar.
Tiga Pasangan Calon Gubernur dan Wagub Riau: Paslon 1 Profil Abdul Wahid Calon Gubernur Provinsi Riau Politisi Partai PKB ini lahir di Belaras, 21 November 1980 dan sekarang berusia 44 tahun.
Dirinya mengenyam pendidikan sebagai pelajar pada SMA Madrasah Aliyah Negeri Model Bukittinggi.
Serta melanjutkan pendidikan sarjana pada Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan lulus di Tahun 2005.
Pendidikan pascasarjana di embannya pada Universita Riau tahun 2018, dan lulu tahun 2021.
Rekam jejak organisasi, dilakukan olehnya pertama kali pada Pc. Hmi Pekanbaru Wakil Sekretaris sejak 2002 - 2003. Lalu dilanjutkan dengan menjadi Wakil Sekretaris Pw. Lp. Nu Riau tahun 2004 - 2009, tidak hanya itu, dua tahun setelahnya dirinya juga menjadi Wakil Ketua Pw. Nu Riau Tanfidziah pada 2011 - 2017.
Pada tahun 2013 Abdul dipercaya menjadi Ketua Umum Persatuan Tenis Meja Prov. Riau pada 2013 - 2016.
Dia juga dipercaya menjadi Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah untuk tahun 2015 - 2020.
Terakhir dirinya dipercaya menjadi Ketua Umum Ikatan Alumni Uin Suska Riau sejak 2021 - 2026. Profil SF Hariyanto Calon Wakil Gubernur Provinsi Riau SF Hariyanto Lahir di Pekanbaru 30 April 1965.
Ia mengenyam pendidikan dasar di SDN Teladan Pekanbaru tahun 1976 dan melanjutkan studi ke SMPN 5 Pekanbaru tahun 1982, serta SMAN 1 Pekanbaru tahun 1983.
Sedekahnya Hariyanto melanjutkan studinya dengan gelar D3 di APDN tahun 1988. Empat tahun kemudian dirinya mengemban pendidikan sarjana pada Universitas Islam Riau dengan jurusan Teknik Sipil serta Magister Teknik Sipil yang lulus pada tahun 2006.
Karir sebagai pegawai pemerintah sudah dilakukannya jauh sejak tahun 1987. Dirinya juga kerap kali mengemban sejumlah jabatan seperti Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Riau, dan Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Riau.
Kariernya yang sudah berjalan puluhan tahun juga dilakukannya dalam berbagai bidan dan jabatan.
Dirinya juga pernah menjadi Pelaksana Biro Perencanaan Anggaran Dan Kerja Sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (2016), lalu Inspektur II di Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR di Jakarta pada tahun 2018, lalu pindah sebagai Inspektur tahun 2019, Inspektur VI tahun 2020 pada kementerian yang sama.
Serta menjadi Staf Inspektorat VI di Kementerian PUPR tahun 2021. Jabatan terakhir yang diemban olehnya adalah menjadi Sekretaris Daerah Provinsi Riau (2021 - Sekarang) dan Penjabat Gubernur Riau (Februari 2024 - Agustus 2024).
Profil Muhammad Nasir Calon Gubernur Provinsi Riau Politisi Senior partai Demokrat kelahiran Bangun, 23 Juli 1973 ini adalah mantan DPR RI tiga periode dari dapil Riau II.
Terhitung sejak 2009 dirinya menjabat menjadi anggota komisi VII sampai tahun terakhirnya 2024 lalu.
Rekam jejak pendidikannya yang dihabiskan di Medan dengan Sekolah dasar Bantan Medan Tembung pada 1979 - 1985, lalu SMP Bantan Medan Tembung pada tahun 1985 - 1988 dan diakhiri dengan Sma Pembangunan Nasional Medan yang tidak selesai tahun 2007.
Pendidikan sarjana diambil pada Universitas Tama Jagakarsa tahun 2013 dengan jurusan hukum. Kariernya sebagai wakil rakyat terbilang moncer.
Setelah duduk di kursi DPR periode 2009-2014, Nasir terpilih kembali menjadi Anggota DPR periode 2014-2019 setelah memperoleh 48.906 suara.
Dirinya juga kembali membidangi Komisi VII di periode 2019-2024. Karier politiknya dimulai pada saat Nasir bergabung menjadi kader Demokrat di 2004 dan dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat Provinsi Riau (2004-2009).
Profil Muhammad Wardan Calon Wakil Gubernur Provinsi Riau Salah satu putra terbaik milik Indragiri Hilir yang lahir pada tanggal 2 januari 1961 di desa sungai gergaji kecamatan Keritang, Indragiri Hilir.
Dirinya juga diketahui menjadi kader dari partai Gerindra dan telah menjabat menjadi Bupati Indragiri Hilir.
Rekam pendidikannya dasarnya dihabiskan sepenuhnya di provinsi Riau seperti Sekolah dasar di SDN 48 Kota Baru (1976), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Pulau Kijang (1979), dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Pekanbaru (1982).
Setelahnya Wardan melanjutkan pendidikan D3 di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (1985) dan serta pendidikan sarjana di Institut Ilmu Pemerintahan (1990) tidak hanya itu dirinya juga melanjutkan pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (2004).
Dia juga diketahui aktif dalam organisasi HKTI Provinsi Riau sebagai Ketua pada periode 2021 - 2024.
Pengalaman kerja dalam pemerintahan juga terbilang banyak dan beragam, Wardan telah mengabdikan dirinya pada Kabupaten Indragiri Hilir mengemban berbagai jabatan.
Paslon 3 Syamsuar Calon Gubernur Provinsi Riau Politisi partai Golkar kelahiran Jumrah, 8 Juni 1951 ini merupakan mantan Gubernur Riau Periode 2019 - 2024.
Memiliki rekam jejak dengan pendidikan akhir Magister S2 Universitas Riau.
Dia menyelesaikan sekolah di SMA 1 Bengkalis. Tidak hanya itu dirinya melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Sumatra Utara serta melanjutkan gelar Sarjana Ganda di APDN Pekanbaru, dirinya diketahui lulus pada tahun 1990.
Awal mula pekerjaannya sebagai pegawai pemerintahan dimulai sejak dirinya menjadi tenaga honorer di Dinas Pendapatan Kabupaten Bengkalis, Riau.
Setelahnya Syamsuar diketahui ikut dalam tes APDN dan lulus, baru setelahnya dia menjabat beberapa jabatan di Pemda Bengkalis. Tidak lama berselang Syamsuar diminta untuk menjabat sebagai Camat Tanjungpinang Barat hingga tahun 2009.
Rekam jejaknya di pemerintahan terus berlanjut hingga menjadi Bupati kabupaten Siak, dan juga menjadi Gubernur Riau.
Profil Mawardi Muhammad Saleh Calon Wakil Gubernur Provinsi Riau Politisi senior partai PKS kelahiran Bangkinan, 24 Juni 1969 ini merupakan mantan Wakil Ketua Umum MUI Riau.
Rekam pendidikannya banyak dihabiskan di Riau sejak SD sampai SMA. Namun, masa kuliahnya sampai dengan S3 diselesaikan di Universitas Islam Madina, Arab Saudi. Politisi PKS ini juga kerap kali menjabat sebagai Ketua umum dalam beberapa organisasi berbasis keagamaan Agama Islam.
Pekerjaannya banyak dilakukan dalam bidang akademisi seperti menjadi dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan juga menjadi asisten direktur pada universitas tersebut. Selain itu, Mawardi juga Komisaris Utama Bank Berkah dan juga Imam Besar Islamic Center Periode 2017 - 2022. (*)
Tags : riau, gubernur, Pekanbaru, pilkada, politik, pilgub riau 2024, popularitas, populisme,