Seni Budaya   2024/12/25 8:8 WIB

Polemik 'Pembatalan' Pameran Tunggal Yos Suprapto di Galeri Nasional Masih Menuai Kontroversi, 'karena Pemerintah Mengintervensi'

Polemik 'Pembatalan' Pameran Tunggal Yos Suprapto di Galeri Nasional Masih Menuai Kontroversi, 'karena Pemerintah Mengintervensi'
"Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan" menyoroti tergerusnya budaya pertanian dari masa ke masa.

JAKARTA - Pembukaan pameran tunggal Yos Suprapto yang dijadwalkan pada Kamis (19/12) batal. Seniman asal Yogyakarta itu menyebut dirinya "harus menurunkan" lima lukisannya karena perintah "petinggi-petinggi".

Pada Kamis (19/12) sekitar pukul 19:00 WIB, Yos Suprapto bergegas menuju Gedung A Galeri Nasional Indonesia di Gambir, Jakarta Pusat.

Yos baru saja memberikan pidato pembukaan pameran tunggalnya yang diberi judul "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan".

Pertunjukan seni yang menampilkan 30 lukisan ini rencananya akan dibuka untuk publik mulai Jumat (20/12) sampai 19 Januari 2025.

Lukisan-lukisan dan instalasi yang ditampilkan Yos menyoroti isu kerusakan tanah dan pentingnya metode pertanian berkelanjutan. Pameran Yos bertujuan untuk menyoroti bagaimana tanah pertanian petani semakin dimarjinalkan.

Pria kelahiran Surabaya itu sudah siap untuk memperlihatkan berbagai karyanya kepada para tamu undangan.

Namun, begitu dia sampai di Gedung A, semua pintu ditutup dan lampu-lampu dimatikan.

"Ternyata ruang pameran dikunci. Tidak ada yang boleh masuk," kata Yos kepada wartawan, Minggu (22/12).

Menurut Yos, kurator Suwarno Wisetrotomo secara resmi mengundurkan diri sekitar tiga jam sebelum pameran dibuka.

Selain itu, Yos mengeklaim pihak penyelenggara dan kurator mengatakan bahwa dirinya "harus menurunkan" lima lukisannya. Alasannya beragam, mulai dari "mesum" hingga "tidak sesuai dengan tema dan bobot" pameran.

Terpisah, Suwarno mengatakan dirinya sejak awal tidak menyetujui dua lukisan—bukan lima—semata-mata karena keluar dari tema pertunjukan.

Suwarno menyebut Yos Suprapto-lah yang mengusulkan agar kedua ilustrasi itu ditutup. Namun, pada akhirnya, Yos tetap memajang lukisan-lukisan itu tanpa sensor. Hal ini membuat Suwarno memutuskan untuk mengundurkan diri.

Suwarno tidak tahu mengapa ada tambahan tiga lukisan yang juga dipermasalahkan.

Dia menyebut hanya Galeri Nasional Indonesia yang bisa menjawab hal tersebut.Adapun pihak Galeri Nasional Indonesia dalam keterangan resminya menyebut pameran Yos "terpaksa ditunda karena adanya kendala teknis yang tidak dapat dihindari".

Yos masih belum diperkenankan untuk memasuki ruangan pameran.

Pada Senin (23/11) pagi, Yos dan timnya berencana untuk menurunkan karyanya dari Galeri Nasional sebagai bentuk kekecewaan terhadap lembaga kesenian yang seharusnya netral.

Bagaimana duduk perkara insiden ini menurut Yos Suprapto?

Yos mengaku sudah diberi lampu hijau dari Galeri Nasional Indonesia untuk mengadakan pameran ini sejak tahun 2023.

Meski begitu, seniman beraliran realisme ini menyebut pameran sudah beberapa kali ditunda.

Dari yang awalnya dijadwalkan pada Maret 2024, pamerannya sempat diundur ke Agustus 2024 sebelum berganti tanggal ke 3 Desember 2024.

Suwarno, menurut Yos, adalah kurator yang dipilih Galeri Nasional pada Juli 2024. Meskipun dirinya dan Suwarno sama-sama tinggal di Yogyakarta, Yos mengeklaim Suwarno dan tim dari Galeri Nasional baru datang ke studionya pada bulan Oktober 2024.

"[Lukisan] Konoha I dan Konoha II sudah jadi kira-kira bulan Oktober. Dia melihat. Pada waktu itu belum ada komplain," ujar Yos.

Konoha I memperlihatkan sosok pria yang duduk di singgasana menginjakkan kakinya ke orang-orang tengkurap di bawahnya.

Di sekeliling mereka, sejumlah orang berseragam mengacungkan senapan.

Adapun Konoha II menonjolkan dua orang yang sedang bertelanjang dan di bawahnya ada berbagai orang yang saling menjilat bagian belakang satu sama lain.

Belakangan, pameran Yos Suprapto yang awalnya dijadwalkan pada 3 Desember 2024 kembali diundur ke tanggal 19 Desember 2024.

Alih-alih pameran Yos, Pameran Basuki Abdullah Award diadakan di Gedung A pada tanggal 3 Desember 2024.

"Saya jujur mengatakan kepada mereka bahwa manajemen Galeri Nasional pada waktu itu amburadul," ujar Yos.

"Selain mundur-mundur terus, belum ada iklan atau promosi pameran saya."

"Mereka" di sini adalah Suwarno, perwakilan Museum dan Cagar Budaya, Zamrud Setya Negara, dan Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional, Jarot Mahendra.

Museum dan Cagar Budaya (MCB) atau dikenal sebagai Indonesian Heritage Agency adalah lembaga di bawah naungan Kementerian Kebudayaan.

Baru sehari setelah pameran Basuki Abdullah Award rampung pada 12 Desember 2024, Yos dapat mulai menaikkan karya-karyanya.

Dengan kata lain, dia hanya punya waktu lima hari sebelum pembukaan pameran tanggal 19 Desember 2024.

"Kurator [Suwarno] tidak bisa hadir saat saya mulai menaikkan karya. Saya harus memasang karya-karya tanpa [dia]," ujar Yos.

Yos kemudian memaparkan bagaimana pameran "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan" mengikuti perjalanan petani dari yang awalnya "gemah ripah" sampai "kehilangan kedaulatan".

"Jadi, lukisan-lukisan itu hanya hanya narasi. Saya menjelaskan bahwa itu semua ada kaitannya dengan kekuasaan," ujar Yos menjelaskan bagaimana lukisan Konoha I dipajang di instalasi.

"Saya menggunakan simbol kekuasaannya seorang Raja Jawa. Itu ada kaitannya dengan kedaulatan pangan," ujar Yos.

Istilah 'Raja Jawa' disebut politikus Bahlil Lahadalia dalam pidatonya setelah terpilih sebagai ketua umum DPP Partai Golkar pada tanggal 21 Agustus 2024.

Dua hari sebelumnya, pada tanggal 19 Agustus 2024, Bahlil dilantik sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral oleh Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai presiden.

Komplain atas lukisan, menurut Yos, baru disampaikan kurator Suwarno pada tanggal 17 Desember 2024.

"Dia [Suwarno] komplain bahwa ada dua lukisan yang menurut dia itu tidak sesuai dengan tema dan bobot dari tema pameran," ujar Yos.

Yos mengeklaim Suwarno memandang lukisan Konoha I dan Konoha II merupakan "visualisasi bernuansa politik yang mana akan banyak melukai perasaan orang"

Yos berkeras bahwa dirinya semata menggunakan simbol kesenian. Dia akhirnya berkompromi dengan menutupi ilustrasi tersebut dengan kain hitam.

Yos mengakui kain hitam itu memang sempat dibuka temannya yang penasaran ingin melihat lukisan tersebut. Akan tetapi, sambung Yos, Suwarno telanjur menilai dirinya tidak mengikuti kesepakatan.

Yos mengeklaim bahwa pada 17 Desember 2024 itu, Suwarno secara verbal mengatakan dia akan mundur apabila kedua lukisan tidak ditutup.

"[Padahal] begitu pameran dibuka, lukisan itu akan ditutup. Kainnya masih ada, sampai sekarang masih tergantung [di lukisan]," ujar Yos.

Di sisi lain, Yos menyebut Suwarno sebagai kurator seharusnya datang sejak tanggal 13 Desember 2024 untuk membantunya menata pameran.

Semua ini mencapai puncaknya pada hari pembukaan pameran pada 19 Desember 2024. Beberapa jam sebelum seremoni, Yos mengatakan dirinya diundang untuk rapat bersama beberapa orang termasuk Suwarno, Zamrud Setya Negara dan Jarot Mahendra.

Pada pertemuan itu, Yos diberitahu bahwa ada lima lukisan yang "harus diturunkan". Selain dua lukisan Konoha, tiga lukisan lainnya adalah Niscaya (petani menyuapi makan pria berdasi), Makan Malam (petani memberi makan anjing-anjing) dan 2019 (sosok pria dan banteng merah).

"Saya bernegosiasi agar lukisan ditutupi kain hitam. Pada saat itulah Suwarno secara formal melepas jabatannya sebagai kurator, menjabat tangan kita semua," ujar Yos.

Yos kemudian diberitahu bahwa dia harus menurunkan kelima lukisannya tanpa negosiasi apa pun.

"Itu perintah dari Museum Cagar Budaya," imbuhnya.

Yos mengeklaim Zamrud "menghubungi petinggi-petinggi Museum Cagar Budaya" yang akhirnya memerintahkan lukisan-lukisannya untuk diturunkan.

"[Pilihannya] itu atau pameran tidak dibuka," tutur Yos.

Yos mengatakan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha awalnya direncanakan untuk membuka pamerannya, tetapi dia tidak datang.

"Saya dengar sendiri bagaimana Zamrud berkomunikasi dengan Pak Wamen [Giring]," imbuhnya.

Pada saat yang bersamaan, Yos mengatakan tamu-tamu undangan sudah datang untuk seremoni pembukaan.

Yos mengaku pembawa acara kemudian memintanya untuk memberikan kata-kata pembuka. Setelah itu, dia dan para tamu undangan pergi ke ruang pameran.

Namun, begitu mereka sampai, ruangan sudah terkunci. Yos pun tidak dapat mengakses karya-karyanya sendiri.

Yos menambahkan anggota DPR dan politikus PDIP Bonnie Triyana yang datang ke pembukaan sempat menelepon Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha. Suara pembicaraan itu kemudian dikeraskan volumenya.

"Saya mendengar bagaimana Pak Wamen [Giring] itu ngomong ke Bonnie Triyana. Saya dengar persis apa yang dikatakan bahwa ada satu lukisan yang [menunjukkan] kemesuman. Itulah mengapa Pak Wamen memilih untuk tidak membuka pameran itu," ujar Yos.

Dalam sebuah acara diskusi publik mengenai polemik ini di Cikini, Jakarta Pusat pada Minggu (22/12), Bonnie menyebut dirinya memang berupaya menghubungi Giring Ganesha pada hari pembukaan yang kemudian ditunda.

"[Dia bilang] ini karena tidak sesuai temanya. [Dia juga bilang]: 'Ini bukan dibredel, ini bukan dilarang. Ini cuma ditunda'," ujar Bonnie.

Suwarno mengatakan dia mundur karena merasa kurang diapresiasi seniman. Ini adalah yang pertama baginya sepanjang puluhan tahun menjadi kurator.

"Ya, mundur saja karena merasa tidak dihargai," ujar Suwarno, Minggu (22/12).

Suwarno menyebut dia diminta menjadi kurator proyek pameran tunggal Yos Suprapto pada tahun 2023.

"Karena [pameran] mundur, sempat vakum. Dan praktis saya intensif sejak Oktober. Untuk diskusi tentang ide-ide dan tema, lalu melihat karya," imbuhnya.

Suwarno mengaku memberikan masukan kepada Yos untuk mengganti tema pameran dari Bangkit menjadi Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan.

Topik ini dinilai sesuai dengan Yos yang juga menggeluti pertanian dan keneliti kesuburan tanah di berbagai wilayah Indonesia selama 15 tahun.

Sejak awal, Suwarno menyampaikan keberatannya kepada Yos atas dua karya yang menurutnya tidak sesuai tema yang disepakati. Menurutnya, kedua lukisan itu keras, dan vulgar: apa adanya, wantah, dan tidak pakai metafora.

"Saya katakan padanya: 'Kok, tidak relate, ya, Mas?'," ujarnya.

Dua karya yang dimaksud Suwarno adalah Konoha I dan Konoha II. Dalam karya ini, satu lukisan menggambarkan sosok mirip Joko Widodo sedang duduk dan kakinya menginjak punggung; dan satunya menggambarkan keramaian dengan latar belakang mirip bangunan IKN.

"Saya keberatan karena itu akan menenggelamkan tema utama," ujar Suwarno yang menegaskan keberatannya ini bukan karena intervensi dari pihak lain.

Suwarno menyebut hanya dua karya itu saja yang menjadi keberatannya. Walau tidak menyangkal semua karya akan ada bias politik, dia hanya khawatir dua lukisan itu malah akan mengaburkan tema pameran yang sesungguhnya: kedaulatan pangan.

Suwarno mengakui dalam pertemuan terakhir sebelum pembukaan pameran pada Kamis (19/12), pihak Galeri Nasional menyatakan ada lima karya Yos yang tidak boleh dipajang.

"Kalau menjadi lima, [silakan], tanya ke Galnas [Galeri Nasional], dari saya cuma dua," ujarnya. 

"Keputusan pameran ditunda—bukan diberedel—itu setelah saya lepas [dari kurator]."

Ditanya soal apakah ada cawe-cawe dari pihak tertentu yang meminta agar lukisan-lukisan itu tidak ditampilkan, Suwarno mengaku tidak tahu.

"Saya kira yang bisa menjawab adalah Galnas kalau ada cawe-cawe atau tidak," ujarnya.

Di sisi lain, Suwarno mengakui dirinya tidak ikut saat proses pemasangan karya dan baru hadir di Galeri Nasional pada 17 Desember 2024 alih-alih 13 Desember 2024 sesuai jadwal.

Namun, dia berpendapat pihak Galeri Nasional Indonesia sudah berpengalaman dalam proses pemasangan karya. Dia menyebut hal ini sudah dibicarakan sejak awal dengan Yos.

"Berpuluh-puluh pameran yang saya kuratori, tidak ada masalah. Beres tuh. Dulu sudah diomongin dari awal. Lupa mungkin Mas Yos," imbuhnya.

Walau tidak hadir saat proses pemasangan, Suwarno meminta laporan dari tim galeri tentang karya yang ditampilkan. Dari situ, dia mengetahui bahwa Konoha I dan Konoha II tetap dipasangkan meski dia sudah berkeberatan.

Suwarno menyebut Yos menawarkan solusi bahwa wajah-wajah dalam lukisan akan ditutup dengan kertas dan kain hitam. Suwarno menyetujui usulan ini dengan syarat pemasangan penutup ini jangan memancing pengunjung untuk membuka.

Namun sebelum pembukaan karya, Suwarno mendapat laporan dari tim Galnas gambar masih bisa dilihat.

"Saya langsung bereaksi: 'Haduh ini main-main namanya, nantang-nantang, nih. Aku tetap keberatan loh. Kenapa sih?" ujarnya.

Merasa posisinya sebagai kurator tidak dihargai, Suwarno mulai memberi isyarat mundur sebagai kurator pada 16 Desember 2024. Setelah merasa tidak mencapai titik temu dengan Yos, dia pun mengundurkan diri per 17 Desember 2024.

Akan tetapi, dia tetap hadir pada pembukaan sebagai penulis.

Suwarno menegaskan keputusannya untuk mundur bukan karena dicengkeram ketakutan karena ada karya lukis yang mirip wajah Joko Widodo.

"Setiap peristiwa seni apa pun, termasuk yang saya kuratori, selalu ada bias politik. Saya tumbuh di tengah Orde Baru, kurang apa sih?" ujarnya.

Meski telah mundur, Suwarno berharap pameran tetap bisa berlangsung mengingat pesan yang dibawakan Yos Suprapto sangat penting bagi publik.
Apa tanggapan Galeri Nasional Indonesia, Museum Cagar dan Budaya, serta Kementerian Kebudayaan?

Pihak Galeri Nasional Indonesia dalam keterangan resminya menyebut pameran Yos "terpaksa ditunda karena adanya kendala teknis yang tidak dapat dihindari".

"Yakni mundurnya kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo akibat ketidaksepakatan antara kurator dan seniman mengenai karya-karya yang akan dipamerkan," ujar Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra seperti dilansir Kompas.com.

Zamrud Setya Nugraha selaku Ketua Tim Kuratorial dan Pameran dari Indonesian Heritage Agency (IHA) telah beberapa kali dihubungi tetapi yang bersangkutan tidak memberikan respons.

Namun, kepada Kompas.com pada Jumat (20/12), Zamrud dikutip mengatakan Galeri Nasional menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator ketika ada perbedaan pendapat antara kurator dan seniman.

Dia menyebut proses persiapan pameran Yos ini awalnya berjalan lancar. Namun, di penghujung masa persiapan, muncul ketidaksepakatan antara Yos dan Suwarno yang berujung pada mundurnya kurator.

"Yang pasti memilih karya itu adalah otoritas kurator sebagai profesional kerja kurator, dan pasti ada otoritas yang tidak bisa dilampaui," ujarnya.

Zamrud membantah pihaknya mempengaruhi atau mengintervensi kurator dalam proses kerjanya. Dia tidak menjawab ketika ditanya apakah Galeri Nasional akan menunjuk kurator baru.

Zamrud juga enggan berkomentar saat ditanya perihal tokoh dalam lukisan Yos yang dinilai sejumlah pihak mirip dengan salah seorang tokoh politik.

"Kami tidak akan berkomentar untuk ke sana, karena kami zonanya ada pada karya seni, tidak akan lari kepada hal seperti itu," ujarnya.

Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha belum memberikan respons.

Dilansir Tempo pada Jumart (20/12), Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan beberapa lukisan Yos bermuatan unsur politik dan, menurut kurator, tidak sesuai tema.

"Bahkan mungkin makian terhadap seseorang," kata Fadli kepada wartawan di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat malam, 20 Desember 2024.

"Kemudian ada yang telanjang. Sedang bersetubuh. Itu tidak pantas," imbuhnya.

Fadli menambahkan ada pula lukisan Yos yang menunjukkan suku tertentu yang "bisa membuat orang tersinggung."

Bagaimana imbas polemik ini terhadap kebebasan berekspresi pada masa yang akan datang?

Komisioner Komnas HAM Uli Parulian Sihombing menyebut pihaknya sudah meminta konfirmasi ke Kementerian Kebudayaan dan Galeri Nasional Indonesia terkait polemik pameran Yos Suprapto.

"Laporan pembredelan itu, kan, baru sepihak harus ada konfirmasi juga ke pihak penyelenggara," ujar Uli, Minggu (22/12).

Dia menyebut kasus seperti ini adalah yang pertama kali muncul pada tahun ini.

Sementara itu, sastrawan dan sosiolog Okky Madasari, mengatakan "sensor dan pemberangusan terhadap karya seni akan menciptakan ketakutan dalam berkarya".

"Para kreator akan membatasi dirinya dalam mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan dalam berkarya. Situasi ini akan berdampak panjang dan besar dalam produksi pengetahuan dan masa depan bangsa," ujar pemegang gelar PhD di bidang sensor dan produksi pengetahuan dari National University of Singapore itu.

Dia pun menyanggah alasan kurator dan Kementerian Kebudayaan bahwa lukisan-lukisan Yos Suprapto "tidak sesuai tema".

"Ketika seniman, sastrawan, peneliti, individu yang mampu berpikir disodori tema 'Kedaulatan pangan", mereka akan berpikir: 'Kenapa kita gagal mencapai kedaulatan pangan? Oh, karena kebijakan yang tidak berpihak. Oh, karena ada perselingkuhan antar elit. Oh, karena ada penguasa yang korup'," ujar Okky.

Terpisah, peneliti kebijakan dari Koalisi Seni, Ratri Ninditya, mengatakan polemik Yos Suprapto menegaskan bahwa "negara semakin melarang suara-suara yang kritis".

Beberapa kasus sebelumnya yang disoroti Ratri antara lain pembatalan nonton bareng (nobar) film dokumenter Eksil di Samarinda, Kalimantan Timur dan kontroversi film Dirty Vote pada Februari 2024.

Lebih lanjut, Ratri menyoroti insiden ini menunjukkan perkembangan yang sangat mengkhawatirkan dari sisi kebebasan berekspresi.

"Nanti pada 2026 akan ada KUHP baru yang akan mengkriminalisasi siapa pun yang mengkritik presiden, pejabat negara, lambang negara. Bahkan sebelum KUHP-nya resmi saja ini sudah mulai dilarang-larang," ujarnya.

Kembali ke Yos Suprapto, sang seniman, yang berusia 72 tahun.

Dia dan timnya berencana untuk menurunkan karyanya dari Galeri Nasional pada Senin (23/11).

Ini disebutnya sebagai bentuk kekecewaan terhadap lembaga kesenian yang seharusnya netral. (*)

Tags : Pameran Tunggal Yos Suprapto, Polemik Pembatalan Pameran Tunggal Yos Suprapto, Galeri Nasional, Pameran Tunggal Menuai Kontroversi, Seni Budaya,