"Presiden Joko Widodo imbau pemudik untuk menunda kepulangan mudik lebaran, tetapi pengamat ekonomi justru mempertanyakan manfaat dan mudaratnya"
mbauan Presiden Joko Widodo kepada para pemudik untuk menunda kepulangan, menurut ekonom, dapat mengurai penumpukan kendaraan yang menyebabkan kemacetan serta memberikan dampak positif pada perekonomian, khususnya peningkatan daya konsumsi masyarakat.
Beberapa warga yang melakukan mudik mengaku menghabiskan uang dari Rp5 juta hingga Rp10 juta per orang.
Sebagai catatan, Kementerian Perhubungan memprediksi bahwa terdapat sekitar 123,8 juta pemudik pada Lebaran tahun ini.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan, perputaran uang di daerah selama periode liburan Lebaran mencapai Rp92,25 triliun.
Konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama perekonomian Indonesia. Sebab, menurut Badan Pusat Statistika (BPS), sektor itu berkontribusi lebih dari 50% atas produk domestik bruto (PDB).
Namun di sisi lain, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut, imbauan itu ‘agak dilematis’ bagi pelaku usaha karena akan menyulitkan penciptaan produktivitas usaha.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah menetapkan libur dan cuti bersama Lebaran tahun 2023 selama tujuh hari dari 19-25 April 2023.
Presiden kemudian memberikan imbauan ke pemudik untuk menunda atau memundurkan jadwal kembali mudik setelah 26 April 2023 untuk memecah penumpukan kendaraan, menyusul data Kementerian Perhubungan yang memprediksi sekitar 203.000 kendaraan akan melalui tol Jakarta-Cikampek setiap harinya saat arus balik.
Pemudik menghabiskan Rp5 juta - Rp10 juta
Seorang pekerja perusahaan manufaktur otomotif di Purwakarta, Ade Supyani, menghabiskan waktu lebih dari tujuh jam untuk mudik ke kampung halamannya di Ciamis, Jawa Barat.
Walau macet, katanya, perjalanan tahun ini jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di kampung halaman, dia menghabiskan uang hampir Rp10 juta untuk bingkisan makanan ke keluarga hingga 'angpau' Lebaran.
“Saya menabung dan dari THR untuk mudik, mendekati Rp10 juta untuk kebutuhan di kampung,” kata Ade, Senin (24/04).
Dia berencana untuk kembali ke Purwakarta pada 27 April mendatang, di mana sebagian besar pegawai perusahaan manufaktur di tempatnya akan kembali bekerja pada 2 Mei mendatang.
Ade menyambut baik imbauan presiden, yang dia sebut sebagai libur tambahan Lebaran sehingga dapat mengurai kemacetan.
“Di sebagian perusahan manufaktur, saya otomotif, baru masuk tanggal dua [Mei]. Semoga dengan beda tanggal masuk maka lebih lancar [baliknya],” ujar Ade.
Ada pula Budi, bukan nama sebenarnya, pekerja kontrak pemerintah yang mudik ke Tegal menggunakan kereta api dari Jakarta pada 19 April lalu.
Budi menuturkan bahwa dirinya menghabiskan hampir Rp7 juta selama Lebaran untuk kebutuhan, “Mulai dari beli kebutuhan masak untuk Lebaran, uang buat adik dan ponakan, rekreasi, dan makan bersama keluarga di restoran,” katanya.
Namun, dia mengalami kesulitan untuk kembali setelah 26 April – sesuai imbauan Jokowi- karena telah terlanjur memesan tiket kereta pada hari tersebut.
“Kalau dikasih tahunya mendadak, bagi kami yang beli tiket itu susah karena tidak bisa ubah tanggal, dan susah lagi cari tiketnya. Jadi harusnya diberi tahu sebelum puasa sehingga bisa persiapan yang baik,” kata Budi.
Selain itu, Gilang, pegawai di salah satu kementerian di Jakarta juga berbagi cerita pengalaman mudiknya usai beberapa tahun tidak pulang lantaran pandemi Covid-19.
Perjalanan Gilang dari Jakarta ke Solo memakan waktu sekitar delapan jam pada Jumat (21/04).
“Kemudian untuk pengeluaraan selama mudik ini, kalau dijumlah mungkin antara Rp6 juta sampai Rp8 juta. Itu sudah termasuk biaya perjalanan, THR untuk Lebaran di rumah, uang sosial, makan dan sebagainya,” ucapnya.
Dia sendiri akan meninggalkan kampung halaman untuk kembali ke Jakarta pada Jumat (28/4).
“Kalau ada imbauan dari presiden untuk balik di atas tanggal 26 April cocok karena kebetulan saya baliknya tanggal 28 April karena mudiknya mepet banget dengan Lebaran,” kata dia.
Kebangkitan konsumsi masyarakat dari ‘mati suri’
Ekonom dari lembaga riset Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan, selama tiga tahun terakhir, konsumsi rumah tangga saat hari raya keagamaan seperti Lebaran mengalami “mati suri” akibat pandemi Covid-19.
Menurutnya, pandemi menyebabkan kelompok kelas menengah ke atas memilih untuk menyimpan tabungan mereka dan berhati-hati dalam melakukan pengeluaran. Padahal kelompok ini memiliki kontribusi hingga 83% terhadap total konsumsi nasional.
Akibatnya, roda perputaran ekonomi menjadi melambat.
Dengan adanya imbauan Jokowi yang disebut sebagai libur tambahan Lebaran itu, Bhima menilai, akan menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi perekonomian nasional, dibandingkan terhentinya sektor usaha padat karya akibat pegawainya tidak bekerja.
“Masyarakat akan lebih banyak berbelanja, menghabiskan uang, dan mengisi daerah-daerah yang kekeringan likuiditas karena pandemi, dibandingkan dampak terhadap industri. Sekitar 57% yang menggerakan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga, sementara industri di bawah 19% dari PDB,” kata Bhima seperti dirilis BBC News Indonesia.
Bhima memperkirakan dengan cuti Lebaran yang panjang, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ini bisa di atas 5%.
“Ini momentum bagi pemulihan aktivitas belanja masyarakat dari sektor retail, makanan, transportasi, perhotelan, pariwisata dan lainnya. Jadi, meskipun ada sedikit penurunan produksi manufaktur, tapi sektor jasa perdagangan semua terbantu dengan imbauan presiden ini,” katanya.
Senada, Ketua Paguyuban Galabo (pedagang kuliner kali lima di Gladak Langen Bogan yang menjadi sentra kuliner khas Kota Solo), Agung Wahyu Hidayat menyebut, imbauan presiden itu dapat meningkatkan pergerakan ekonomi di masyarakat.
Apalagi, katanya, pada momen liburan tahun ini, lonjakan pembeli terjadi setelah Lebaran.
“Kenaikannya sampai dengan tiga kali lipat kalau H+ Lebaran ya. Tapi kalau H Lebaran biasa saja seperti hari biasa. Apakah ini dampak Lebaran yang berbeda atau apa juga enggak tahu,” kata dia.
Dengan adanya penambahan libur Lebaran, dia pun berharap jumlah pengunjung akan terus meningkat selama tambahan waktu tersebut. “Ya harapannya seperti itu sih liburan ditambah dan omzet juga bertambah,” katanya.
Pemerintah imbau hindari puncak arus balik
Presiden Jokowi telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk menghindari puncak arus balik yang terjadi pada 24-25 April 2023, dengan cara menunda jadwal kepulangan guna memecah penumpukan kendaraan.
"Untuk memecah penumpukan yang terjadi pada puncak arus balik di tanggal 24 dan 25 April 2023 secara bersamaan, pemerintah mengajak masyarakat yang tidak ada keperluan mendesak untuk menghindari puncak arus balik tersebut dengan cara menunda atau memundurkan jadwal kembali mudik setelah tanggal 26 April 2023," ujar Presiden Jokowi dalam video yang diunggah pada kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Senin, (24/04).
Imbauan presiden tersebut menyusul data Kementerian Perhubungan yang memprediksi sekitar 203.000 kendaraan setiap harinya dari arah timur jalan tol Trans Jawa dan dari arah Bandung yang akan melalui tol Jakarta-Cikampek.
Jokowi menilai, jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan normal yang melewati jalur tersebut.
"Tentu ini merupakan jumlah yang sangat besar dibandingkan dari jumlah normalnya yaitu 53.000 kendaraan," imbuhnya.
Imbauan tersebut juga berlaku bagi aparat pemerintah hingga pegawai swasta yang diatur sesuai dengan instansi masing-masing.
Apindo: Pertumbuhan ekonomi konsumtif tidak sustainable jika masyarakat tidak bekerja
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Apindo, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, imbauan pemerintah untuk menunda kepulangan pemudik menimbulkan kondisi yang “agak dilematis” bagi pelaku usaha.
Shinta mengatakan, di satu sisi, dia memahami kepentingan untuk menjaga arus mobilitas yang lancar. Ditambah lagi, masa libur Lebaran yang panjang memberikan stimulus pertumbuhan konsumsi masyarakat yang positif.
Tapi di sisi lain, lanjutnya, hal itu tidak baik untuk pertumbuhan ekonomi produktif, khususnya aktivitas usaha.
Menurutnya, pelaku usaha umumnya mengambil patokan 25 April sebagai hari libur terakhir, dan setelahnya bisa kembali produktif menjalankan usaha serta komitmen-komitmen usaha lain dengan pembeli, klien, dan lainnya.
“Kalau perpanjangan liburan ini dipaksakan pada pelaku usaha, tentu akan menyulitkan penciptaan produktivitas usaha, khususnya untuk usaha-usaha yang sudah punya komitmen-komitmen tadi,” ujarnya.
Untuk itu, dia menyarankan agar penambahan waktu itu tidak diperpanjang pada semua usaha.
“Bila pemerintah ingin memperpanjang liburan untuk para PNS ya dipersilahkan, tetapi untuk pekerja di sektor swasta, kami harap diberikan keleluasaan untuk menentukan sendiri dengan pemberi kerja masing-masing (mekanisme bipartit) agar tidak menganggu produktivitas usaha secara berlebihan.”
“Kami rasa ini cukup bijaksana karena biar bagaimana pun pertumbuhan ekonomi secara konsumtif (sepanjang liburan), tidak akan bisa sustainable kalau masyarakat tidak produktif bekerja dan memperoleh penghasilan,” tutupnya.
Senada, pengusaha bidang restoran dan perhotelan Sudrajat meminta agar imbauan tersebut disesuaikan dengan kondisi masing-masing perusahaan.
Walau berdampak positif untuk perkembangan daerah-daerah tujuan mudik, kata Sudrajat, masa liburan yang panjang juga dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan.
“Libur ini ada standarnya. Kalau berkepanjangan tentu berpengaruh ke produktivitas di perusahaan-perusahan industri yang membutuhkan kehadiran para pekerja-pekerjanya. Jadi harus terukur untuk kedua sisi,” katanya. (*)
Tags : pemudik, idul fitri, pemudik diimbau tunda kepulangan, libur tambahan, tunda kepulangan pemudik, manfaat dan mudarat tunda kepulangan pemudik,