INDRAGIRI HULU - Program peremajaan sawit merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawitnya dengan melakukan penggantian tanaman tua atau tidak produktif dengan tanaman baru (replanting) sesuai dengan prinsip-prinsip GAP (good agricultural practices).
Sejarah singkat pada tahun 1975 PT Tunggal Investmen mulai beroperasi dengan komoditi olah berupa karet dan kelapa sawit.
Pada tahun 1979 nama PT Tunggal Investmen diubah menjadi PT Tunggal Perkasa Plantations (PT TPP). Pada bulan September 1983, Astra Group masuk dalam PT TPP, dan sejak saat itu PT TPP hanya memfokuskan perusahaan pada pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas produksi 70 ton/hari.
"Program peremajaan sawit dilatarbelakangi oleh permasalahan produktivitas perkebunan yang rendah sehingga berdampak pada pendapatan pekebun sawit," setidaknya demikian diakui Yanuar Wahyudi, masa menjabat sebagai Administratur PT TPP, Jumat (27/11) lalu.
Untuk memperkuat sektor kelapa sawit program peremajaan sawit dilingkuggan perusahaan PT Tunggal Perkasa Plantations, katanya tentu mengganti tanaman yang sudah tidak produktif dengan tanaman baru yang produktifitasnya tinggi.
"Areal dan kebun yang dilaksanakan program peremajaan sawit nya tentu yang sudah berumur lebih dari 30 tahun," ungkapnya.
Dia mengakui peremajaan sawit tidak hanya sebatas mengganti tanaman tua, juga untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawit yang berdaya saing, sedangkan luasan yang sudah dilakukan peremajaan saat ini lebih dari 7000 hektar [ha] dari target luasan lahan yang sudah ditanam baru seluas 10.000 ha.
Program PSR yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016 ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas sawit serta meningkatkan kesejahteraan pekebun sawit. Pihak perusahaan bahkan sudah menggelontorkan dana besar hingga puluhan miyar untuk dilakukannya peremajaan sawit perusahaan.
Upaya percepatan pelaksanaan peremajaan sawit juga didukung aplikasi PS online sehingga pemrosesan dan verifikasi data dapat dilakukan dengan lebih efisien. Jumlah pekebun yang terlibat pada program ini sebanyak 2.000 orang dengan total penyaluran dana puluhan milyar.
Perusahaan berkomitmen untuk memperkuat sektor kelapa sawit melalui program peremajaan sawitnya. PS yang dijalankan bertujuan juga memberikan manfaat kepada petani yang terlibat dan sudah menerapkan Good Agricultural Practices (GAP).
"PS tidak hanya sebatas mengganti tanaman tua menjadi tanaman baru tetapi melalui PS, produktivitas tanaman sawit juga lebih berdaya saing dan memberikan keuntungan. Disamping itu, manfaat PS lainnya adalah pengaturan tata ruang perkebunan sawit lebih teratur," sebutnya.
Program PS merupakan program unggulan perusahaan.
“Perusahaan sangat concern terhadap PS ini, jika kebun sawit sudah berevolusi maka secara tidak langsung akan memberikan dampak positif baik terhadap perekonomian petani. Di sisi lain, sawit juga bisa mendukung ketahanan energi dan mendorong keberlanjutan sawit. Kegiatan PS juga merupakan bagian untuk menjaga komoditas sawit sebagai komoditas strategis nasional yang diharap bisa tetap berkelanjutan," ujarnya.
PT TPP perkebunan kelapa sawit milik Astra Agro Lestari Group yang terletak di Desa Air Jernih Kecamatan Sungai Lala, Indragiri Hulu ini merupakan salah satu kebun kelapa sawit tertua di Indonesia, karena ditanam pada tahun 1975 dan sampai kini masih menghasilkan buah sawit, diakui Hadi Sukoco, mantan Community Developmen Officer (CDO) PT TPP.
Hadi Sukoco menjelaskan saat ini Provinsi Riau merupakan provinsi dengan kebun kelapa sawit terbesar. "Sejarah kebun kelapa sawit PT TPP ini bermula dari tahun 1911 lalu," jelas Hadi.
Pada 1911 itu, terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang berada di Air Molek, Riau. Perusahaan tersebut adalah NV Cultur Maatachappij Indragiri milik Swiss, Indragiri Rubber Limited (IRL), dan Klawat Syndicate yang merupakan joint venture antara perusahaan Inggris dengan Strut Company Malaysia.
Ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) pada tahun 1963 dan pengelolaannya diserahkan kepada PT Perkebunan Indragiri (PT PI) yang kemudian dilikuidasi kembali oleh pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Kulit Aceh Raya Kapten Markam (PT Karkam).
Tahun 1973 masa kontrak PT Indragiri Raya telah habis sehingga PT Indragiri Raya dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian pada tahun 1973 dan dipecah menjadi PTP IV, Perluasan desa, PT Tunggal Investment.
Tahun 1975 PT Tunggal Investment mulai beroperasi dengan komoditi olah berupa karet dan kelapa sawit. PT Tunggal Investmen diubah menjadi PT Tunggal Perkasa Plantations pada tahun 1979.
Sementara itu Kepala Kebun PT TPP Eka Setia Permana menjelaskan, perusahaan sengaja mempertahankan tanaman sawit yang ditanam pada 1975 untuk mengenang sejarah awal mula sawit di Riau.
“Kami sengaja mempertahankan tanaman sawit yang ditanam pada tahun 1975 seluas 1,5 hektar dengan jumlah pokok sejumlah 208 untuk mengenang sejarah. Dengan mengetahui sejarah, kita bisa mengetahui dari mana berasal dan kemana akan menuju," katanya.
Menurutnya, tanaman ini juga masih menghasilkan. “Tanaman ini masih dipanen secara rutin dan masih menghasilkan TBS,” lanjutnya.
Ia menuturkan yield tanaman tahun 1975 ini 20 ton TBS per hektar per tahun. (*)
Tags : PT Tunggal Perkasa Plantations, TPP, Perusahaan Kebun Sawit Tertua di Riau, TPP Manfaatkan Tanaman Tua yang Masih Berproduksi, TPP Mulai TanamSawit Sejak 1979 ,