Headline Pendidikan   2022/01/03 17:29 WIB

PTM di Sekolah Secara Penuh Dimulai, Tapi 'Khawatir Soal Penegakkan Prokes'

PTM di Sekolah Secara Penuh Dimulai, Tapi 'Khawatir Soal Penegakkan Prokes'
Selama PTM terbatas, murid wajib diantar dan dijemput orang tua atau kerabat. Namun kebijakan itu sulit dilakukan, kata sebagian wali siswa.

PENDIDIKAN - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan status PPKM level 1 dan 2 berlangsung secara penuh mulai Senin 3 Januari 2022 masih mendapat tanggapan beragam dari para orang tua siswa.

Namun, sejauh ini, belum ada kebijakan khusus dari Pemerintah DKI Jakarta terkait dengan pencegahan penyebaran Omicron, meski sebelumnya ditemukan transmisi lokal pertama varian baru ini.

Sementara itu, Lapor Covid-19 melaporkan tingginya pelanggaran protokol kesehatan di sekolah selama PTM terbatas, yang menurut ahli kesehatan masyarakat harus jadi perhatian pemerintah.

Hari ini, untuk pertama kalinya siswa sekolah di Indonesia bisa masuk kelas setiap hari dengan jumlah murid yang mengisi seluruh kapasitas ruangan, sejak pagebluk berlangsung awal 2020 yang lalu.

Aktivitas normal sekolah - masih dengan protokol kesehatan (5M) - akan berlangsung di wilayah-wilayah status PPKM level 1-2, mulai Senin.

PTM secara penuh ini hanya berlaku bagi wilayah yang capaian vaksin dosis dua bagi pendidik dan tenaga pendidikan mencapai 80%, dan 50% bagi masyarakat lansia. Wilayah yang belum memenuhi kriteria ini masih harus dibatasi jumlah siswanya, termasuk hari belajar di kelas secara bergantian.

Ketentuan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi.

Jakarta telah memenuhi kriteria tersebut. Pendidik dan tenaga pendidikan di Jakarta yang sudah mendapat vaksin sampai akhir tahun kemarin, masing-masing 91,26% dan 89,72%.

Capaian vaksin lengkap bagi penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 71,3%. Menurut laporan Pemerintah Jakarta, per 2 Januari 2022, vaksin dosis dua yang sudah disuntikan di Jakarta dilaporkan mencapai 92,3%.

Sekolah tatap muka dengan siswa yang memenuhi ruang kelas mulai Senin-Jumat merupakan sesuatu yang tidak membuat Dewi Asmarini khawatir.

Orang tua dari siswa kelas tiga di salah satu SD negeri di Jakarta, mengatakan anaknya sudah mendapat vaksin. "Jadi lebih aman saja saya melepasnya lebih enak buat sekolah full itu," katanya.

Dewi juga mengaku "senang banget" dengan kebijakan anyar yang membuat anaknya bisa kembali belajar secara langsung bersama teman-teman satu kelas. Sebab selama pembelajaran jarak jauh, anaknya lebih banyak bermain dengan telepon pintar.

Demikian juga dengan Nurdin, 60 tahun. Anaknya yang duduk di bangku SD sudah mendapatkan vaksin, sehingga ia merasa aman dengan kebijakan PTM secara penuh.

"Hampir rata-rata semua muridnya sudah divaksinasi. Jadi rasanya saya lebih tenang," katanya sambil menambahkan, protokol kesehatan tetap diutamakan ketika nanti anaknya bergabung bersama teman-temannya di dalam kelas.

"Biar anak saya dapat pengajaran dari gurunya, lebih bagus lagi, dan bisa mencerna pelajaran lebih sempurna dari pada diajarin di rumah," tambah Nurdin.

Bagaimana pun, tak semua orang tua merasa aman anaknya bersekolah rutin dengan kondisi murid 100% memenuhi kapasitas ruangan.

Seperti Nur Hasanah. Ibu dari anak yang duduk di bangku SD di Jakarta, belum mendapat vaksin dan baru dijadwalkan mendapat suntikan pertama dua pekan mendatang.

Ia sempat terkejut saat pertama kali mendapat informasi tentang sekolah tatap muka dengan ketentuan masuk Senin-Jumat dan kehadiran seluruh murid. "Ya kaget. Kan ada varian baru. Ada jenis baru. Ngeri juga sebenarnya," kata Nur.

Tapi sejauh ini, ia tak punya pilihan selain "Ya, berharap berdoa, dan berusaha juga sih, semoga semuanya baik-baik saja."

Waspada varian Omicron

Berdasarkan laporan Satgas Covid-19 Jakarta, seluruh anak usia 6-11 tahun baru mendapat dosis pertama, yang capaiannya 49%. Sementara, capaian vaksin usia 12-17 tahun untuk dosis kedua mencapai 114,4% (KTP Jakarta dan Non-Jakarta).

Di tengah tanggapan beragam dari sejumlah orang tua tentang sekolah 100%, pemerintah Indonesia mengumumkan kasus varian Omicron transmisi lokal pertama di Indonesia yang ditemukan di Jakarta.

Pasien Omicron disebut sempat berkunjung ke sebuah restoran di kawasan pusat bisnis Sudirman, SCBD, Jakarta Pusat.

Sejauh ini Pemerintah DKI Jakarta belum mengeluarkan kebijakan khusus terkait dengan temuan transmisi lokal ini, termasuk dalam sektor pendidikan.

PTM 100% di Jakarta akan terus bergulir, menurut keterangan dari Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana melalui keterangan kepada media.

"PTM Terbatas dilaksanakan setiap hari. Jumlah peserta didik dapat 100% dari kapasitas ruang kelas dengan lama belajar paling banyak 6 jam pelajaran per hari. Protokol kesehatan harus menjadi perhatian utama bagi seluruh warga sekolah," kata Nahdiana dirilis BBC News Indonesia.

Varian Omicron sebelumnya disebut mudah menular, akan tetapi pada penelitian pendahuluan dianggap menimbulkan gejala lebih ringan dari varian lainnya.

Pelanggaran prokes sekolah paling banyak

Di sisi lain, berdasarkan rekap dari Lapor Covid-19 terdapat 3.994 laporan keluhan diterima dari warga terkait dengan penanganan Covid-19 selama 2021. Hampir setengah dari laporan keluhan warga terkait dengan pelanggaran protokol kesehatan atau mencapai 43%.

Pelanggaran protokol kesehatan yang dilaporkan oleh warga di antaranya dari satuan pendidikan, perkantoran, tempat wisata, dan restoran.

"Tapi satuan pendidikan itu adalah yang tertinggi terkait laporan soal pelanggaran protokol kesehatan," kata Koordinator Advokasi Lapor Covid-19 Firdaus Ferdiansyah, Minggu (02/01).

Dari laporan ini, Firdaus mengatakan PTM yang berlangsung sebelumnya dengan kapasitas terbatas dan secara bergantian menunjukkan, "Sekolah itu belum cukup, atau tidak mampu, atau tidak siap untuk penerapan protokol kesehatan."

PR tambahan sekolah

Guru Besar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia, Profesor Budi Haryanto mengatakan, bagaimana pun juga kekhawatiran itu tetap muncul, karena di situ akan campur antara siswa yang sudah vaksin dan yang belum divaksin.

"Tapi kalau kemudian protokol kesehatan diterapkan dengan ketat ya, harus selalu pakai masker, kemudian selalu mencuci tangan dan sebagainya… Kalau diterapkan itu ada pengawasannya, nah itu yang saya kira lebih penting," kata Prof Budi.

Dengan PTM 100%, tambah Budi, pihak sekolah mendapat tugas tambahan mencegah terjadinya penularan sekaligus mentransfer ilmu kepada para siswa.

"Nah, itu ada tugas tambahan bagi pihak sekolah kalau memang seperti itu," tambah Budi.

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekonologi (Kemendikbud-Ristek) mencatat 1.229 sekolah menjadi kluster vírus corona hingga 22 September 2021.

Dari jumlah tersebut sebanyak 7.285 pendidik dan 15.655 siswa yang terinfeksi virus corona. Pemerintah mengklaim angka kluster ini hanya 2,77% dari total sekolah yang menyelenggarakan PTM di seluruh Indonesia.

Menteri Pendidikan Nadiem Makariem saat itu berjanji akan memperkuat protokol kesehatan di kesatuan pendidikan.

Selain Jakarta, hampir sebagian besar provinsi di Indonesia kemungkinan menggelar PTM 100% mulai Senin (03/01), karena status wilayahnya sudah masuk PPKM level 1 dan 2, berdasarkan Instruksi Mendagri No. 69 tahun 2021. (*)

Tags : Pendidikan, Vaksin, PTM di Sekolah Secara Penuh, Khawatir Tegakkan Prokes,