Artikel   2024/06/27 22:41 WIB

Pulau Mepar Miliki Cerita Menarik yang Dulu Jadi Benteng Pertahanan Masa Kerajaan Riau Lingga

Pulau Mepar Miliki Cerita Menarik yang Dulu Jadi Benteng Pertahanan Masa Kerajaan Riau Lingga

PULAU MEPAR, di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, memiliki cerita menarik tentang asal-usul namanya.

Menurut cerita rakyat setempat, pada masa dahulu, pulau Mepar sering menjadi tempat singgah para pelaut. 

Di pulau ini, mereka sering memasang kayu untuk menjemur pakaian mereka setelah berlayar di lautan. Kayu penjemur kain tersebut dikenal dengan nama "lepar" di kalangan pelaut.

Seiring berjalannya waktu, karena pulau itu banyak terdapat lepar, orang-orang yang hendak ke pulau tersebut mulai menyebutnya sebagai pulau Lepar. 

Namun, lama-kelamaan, seiring dengan perubahan lidah dan dialek masyarakat setempat, kata Lepar berubah menjadi Mepar.

Dengan demikian, nama Pulau Mepar berasal dari kata "lepar" yang merujuk pada kayu penjemur pakaian yang sering digunakan oleh para pelaut yang singgah di pulau tersebut. 

Cerita ini menjadi bagian dari sejarah dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Lingga di Kepulauan Riau.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga Azmi mengatakan, pulau mepar merupakan tempat kedudukan orang kaya lingga, sebelum sultan mahmud riayat syah pindah dari Riau ke Lingga.

"Orang kaya Lingga sudah pindah ke pulau mepar yang berada di sebelah selatan pulau Lingga," kata Azmi Sabtu (30/3).

Mepar bukan hanya nama pulau tetapi juga nama salah satu kelompok masyarakat melayu yang disebut orang suku mepar.

"Dan pada masa kini tidak akan ditemukan lagi sekelompok orang atau masyarakat Melayu Lingga yang berada di pulau mepar yang menyebut dirinya orang suku mepar," ungkapnya

Hal ini dikarenakan berpengaruh dengan pembauran masyarakat melayu lainnya, sehingga mereka kehilangan identitas.

"Kini penyebutan orang mepar hanya sebagai penunjuk alamat tempat tinggal bukan nama dari suku bangsa melayu. Orang suku mepar di masa lalu bagian dari penduduk Lingga," imbuhnya, mengakhiri.

Bagi yang berkunjung ke Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Pulau Mepar bisa jadi satu di antara tujuan wisata yang didatangi.

Ya, Pulau Mepar yang terletak tepat di depan Pelabuhan Tanjung Buton, Ibu Kota Daik, memang menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi saat berada di Lingga.

Tempat ini kerap didatangi wisatawan, baik dari lokal maupun mancanegara lantaran memiliki pemandangan alam yang indah.

Dahulunya Pulau Mepar termasuk salah satu benteng pertahanan pada masa Kerajaan Riau-Lingga.

Dengan lokasi yang dijadikan benteng pertahanan, Pulau Mepar sendiri sangat mirip dengan Pulau Penyengat di Tanjungpinang.

Ada empat benteng yang terkenal dan berada di bukit Pulau Mepar, yakni Benteng Lekok, Benteng Hilir, Benteng Tanjung Segi Tiga dan Benteng Tengah.

Penggiat Sejarah di Lingga, Lazuardy mengatakan di Pulau Mepar sendiri terdapat delapan meriam yang masih tersisa hingga saat ini.

Di antara delapannya, Meriam Sumbing merupakan meriam yang paling unik dan paling dikenal antara di antara semuanya.

Meriam Sumbing sendiri diletakkan di depan masjid Pulau Mepar.

Bentuknya seperti meriam pada umumnya, namun terdapat bagian rusak atau menyerupai sumbing di ujungnya.

"Di Pulau Mepar juga banyak terdapat makam tokoh-tokoh besar di sana," ujar Lazuardy.

Pengunjung bisa dipuaskan dengan pemandangan alam yang indah berupa laut dan Gunung Daik, ketika berada di bukit atau Benteng Lekok Pulau Mepar.

Di sana, pengunjung bisa bisa melihat langsung dengan jelas Ibukota Daik.

"Pada sore hari, pengunjung juga bisa melihat ketika kapal Fery dari Tanjungpinang berlabuh di Tanjung Buton.

Pengunjung juga suka melihat sunset dari bukit itu, karena memang terlihat jelas," ucap Lazuardy.

Dia menuturkan, lokasi ini sangat tepat ketika dijadikan spot foto.

Bahkan dia menambahkan, bahwa ketika wisatawan berkunjung ke Daik tapi belum ke Pulau Mepar, maka bisa dianggap belum sampai ke Kabupaten Lingga.

"Maka jika pengunjung hanya menikmati kuliner yang ada di Tanjung Buton tapi tidak sampai ke Pulau Mepar yang merupakan Serambi ini, maka dia boleh dikatakan belum sampai di Pulau Lingga ini," ujarnya.

Ketika pengunjung tiba di Pulau Mepar, mereka akan disambut dan disapa oleh masyarakat yang memiliki keramahan yang luar biasa.

Hal ini juga menjadi salah satu pertimbangan yang membuat pengunjung betah, ketika berada di pulau bersejarah ini.

Tak jarang, beberapa tamu dari luar akan disambut dengan makan bersama.

Uniknya, makanan bersama ini disajikan dengan budaya 'Makan Sehidang'.

Makan Sehidang merupakan suatu tradisi masyarakat Melayu di Kabupaten Lingga yang masih terjaga saat ini.

Makan Sehidang, yakni orang-orang akan makan bersama yang disajikan di atas talam atau nampan kembang, yang ditutup menggunakan tudung saji.

Satu talam, biasanya terdiri dari empat hingga lima orang yang bisa makan bersama.

Biasanya para tamu akan disuguhkan dengan lauk pauk tradisional, seperti ikan tamban atau sayur mayur khas masyarakat di sana.

Hal ini menjadi unik, karena di tempat lain biasanya para tamu makan dalam bentuk prasmanan.

Salah satu pengunjung dari Kota Batam, Lena Adzharah turut merasakan moment unik tersebut.

"Sangat berkesan sekali berkunjung ke Pulau Mepar. Apalagi dengan hidangan makannya, kebersamaannya, intinya dapat kekeluargaannya di sana. Orangnya ramah-ramah," tutur Lena kepada TribunBatam.id, belum lama ini.

Laut dan udara yang asri dan bersih juga membuat dirinya merasa betah di Pulau Mepar.

"Saya saja masih pengen ke sana, tapi belum tau kapan nih," ujarnya.

Selain itu, permainan tradisional yang masih dilestarikan menjadi daya tarik wisatawan ketika berkunjung ke Pulau Mepar.

Permainan yang menarik dan masih dilestarikan, yakni permainan gasing dan ambung.

Permainan gasing di Kabupaten Lingga sendiri masuk ke dalam Warisan Budaya Tak Benda 2019, yang ditetapkan oleh Kemendikbud.

Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa dini sini.

Selain itu, ada permainan ambung.

"Biasanya di sini disebut Permainan Ambung, biasanya untuk pertunjukan," kata Kepala Desa Mepar, Faif Sundoyo saat itu.

Ambung sendiri merupakan sebuah keranjang para orang dulu, untuk mengisi barang-barang.

Hal inilah yang menjadi permainan masyarakat di sini, ketika menampilkan pertunjukan kepada pengunjung ataupun event-event lain, seperti acara perkawinan.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Raja Heri Mokhrizal mengatakan, Pulau Mepar merupakan pulau yang kaya dengan sejarah dan adat budaya.

Kearifan lokalnya juga masih terjaga di tengah hiruk-pikuknya modernisasi.

Cagar budaya yang masih berdiri kokoh sebagai benteng pertahanan di masa kesultanan Lingga-Riau-Johor-Pahang, menjadi saksi bisu betapa pentingnya pulau ini.

Menurutnya, dari catatan sejarah Lingga, merupakan pusat tamaddun yang cukup lama, lebih kurang 113 tahun menjadi pusat pemerintahan para Sultan Melayu di Daik.

"Ada harapan besar pemerintah daerah agar dapat menjadi motor penggerak adat dan budaya bagi masyarakat setempat," sebutnya. (*)

Tags : Pulau Mepar, Kabupaten Lingga, Sejarah Pulau Mepar, Pulau Mepar Lingga, Kepri, Wisata Pulau Mepar,