JAKARTA - Pemerintah memperkirakan puncak pergerakan arus balik ke kota-kota besar terjadi hari ini (17/5). Bersamaan dengan itu, muncul kekhawatiran penularan kasus Covid-19 antarwilayah. Apalagi, aktivitas masyarakat menjelang dan saat libur Lebaran ternyata meningkat. Baik di pusat perbelanjaan maupun tempat wisata.
Kabid Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sony B. Harmadi menjelaskan, pihaknya menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kenaikan kasus Covid-19 akibat aktivitas selama Lebaran. Namun, sejauh ini, tren kasus terpantau stabil. ”Belum bisa terlihat. Kondisinya masih terkendali dan trennya baik. Baru akan kita lihat pengaruhnya dalam 1–2 minggu ke depan,” ujarnya, Minggu (16/5/2021).
Menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19, pertambahan kasus positif harian dalam beberapa hari terakhir relatif landai. Yakni, di kisaran 4 ribu kasus per hari. Bahkan, pada 15 Mei lalu, kasus positif turun ke angka 2.385 kasus. Kemudian sedikit meningkat kemarin dengan 3.080 kasus.
Meski begitu, co-founder kawalcovid19.id Elina Tjiptadi memperingatkan, penurunan kasus harian bisa jadi dipicu menurunnya jumlah tes selama masa liburan Idul Fitri. Hal itu terlihat dari tren kasus kematian yang naik sejak April 2021. Padahal, kenaikan kasus positif terlihat stagnan. ”Indikasinya, kasus sedikit karena tes sedikit. Tapi, akibatnya, banyak yang terlambat terdeteksi sehingga tidak tertolong,” jelas Elina.
Menurut catatan kawalcovid19.id, daerah-daerah dengan fatality rate tinggi terkonsentrasi di Aceh dan Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Bengkulu, Jatim, serta Papua Barat. Padahal, kata Elina, Jatim dan Sumsel memiliki kasus aktif yang relatif rendah. ”Kasus aktif nggak banyak. Kan semestinya rumah sakit tidak kewalahan, tingkat kematian tidak seharusnya tinggi. Kalau tingkat kematian tinggi, tapi kasus aktif sedikit, berarti tes dan trace yang harus digenjot,” terangnya.
Dia menambahkan, data sudah mengindikasikan kenaikan persentase kematian selama lebih dari sebulan, tapi kenaikan kasus tetap stagnan. Itu mengindikasikan banyak kasus yang belum terdeteksi. Karena itu, pemerintah di semua daerah perlu menggenjot testing dan tracing. Terutama setelah mudik dan arus balik. ”Tidak menunggu parah dulu, baru dites,” ucapnya.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama, jika kerumunan di masyarakat tidak dapat dihindarkan lagi, sistem kesehatan dan surveilans harus segera disiapkan. Pertama, kesiapan pelayanan kesehatan primer. Baik puskesmas maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lain yang biasa dikunjungi masyarakat. Sistem komunikasi dan rujukan harus tetap terjaga antara fasyankes primer dengan RS. Kemudian, kesiapan rumah sakit dari sisi petugas kesehatan dan penunjang serta ketersediaan ruang perawatan. ”Bila perlu, sampai ke tenda darurat,” kata Yoga.
Penunjang lain seperti obat treatment Covid-19, ventilator, oksigen, dan APD bagi para petugas juga perlu disiapkan. ”Juga perlu dibuat sistem agar kalau terjadi kekurangan di salah satu dari lima poin itu, maka bagaimana dapat ditangani secara cepat agar pasien tertolong,” tuturnya.
Pemerintah juga mengantisipasi pergerakan balik dari pulau Sumatera menuju Jawa lewat penyeberangan Merak–Bakauheni. Pos-pos penyekatan akan diperketat dengan skrining tes antigen. Untuk mereka yang positif, sudah disiapkan beberapa hotel dan tempat isolasi di sekitar Lampung. Pemprov Lampung menyediakan fasilitas isolasi seperti rusun dan wisma. Bila dibutuhkan, pemerintah pusat akan menyiapkan hotel atau losmen di wilayah Lampung. ”Kemudian, jika ada pelaku perjalanan yang mengalami gejala dan merupakan kelompok rentan, harus pada kesempatan pertama dirawat di rumah sakit yang disiapkan Pemprov Lampung,” papar Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo. (*)
Tags : Puncak Pergerakan Arus Balik, Idul Fitri 2021, Mudik Lebaran,