Linkungan   2022/01/04 17:14 WIB

Remaja Berusia 13 Tahun Senang Mempelajari Astronomi, 'Menemukan Bebatuan Asteroid'

Remaja Berusia 13 Tahun Senang Mempelajari Astronomi, 'Menemukan Bebatuan Asteroid'
Miguel Rojas gemar membaca buku-buku mengenai fisika dan lubang hitam. (Foto. Miguel Rojas)

LINGKUNGAN - Miguel Rojas gemar membaca buku-buku mengenai fisika dan lubang hitam. Di usianya yang baru 13 tahun, dia senang mempelajari tata surya, galaksi, dan alam semesta.

Kegemarannya mempelajari astronomi membuat Miguel mampu menganalisis gambar spasial hingga dia menemukan asteroid baru, yang belum pernah dilihat orang lain sebelumnya.

Pada usianya yang masih sangat muda, Miguel mampu memahami hal-hal yang bagi orang lain terdengar seperti fiksi ilmiah.

Miguel merupakan murid sekolah menengah di ibu kota Negara Bagian Lara di wilayah barat Venezuela. Dia mengaku tidak memiliki mata pelajaran favorit di sekolah, meski menyukai matematika, biologi, bahasa, dan geografi.

Tetapi di antara semua cabang ilmu, Miguel memiliki ketertarikan luar biasa pada luar angkasa, sehingga dia bercita-cita menjadi seorang insinyur roket.

"Saya sudah tertarik dengan luar angkasa seumur hidup saya, bahkan sejak saya masih kecil," kata Miguel dirilis BBC.

"Buku pertama yang saya miliki membuat saya ingin mempelajari lebih banyak hal tentang astronomi dan sains."

Buku yang dia maksud bukan lah buku seperti Harry Potter yang biasanya dibaca oleh anak-anak seusia Miguel. Dia memiliki koleksi seperti Atlas of Space -buku 'paling mendasar' sekaligus buku pertama yang dia miliki-, buku-buku karya fisikawan Stephen Hawking, serta karya Kip Thorne.

Semua buku itu membahas persoalan kompleks yang membantu para ilmuwan memahami hukum alam semesta, misalnya, mengapa waktu melengkung? Apa itu lubang cacing? Apakah perjalanan lintas waktu memungkinkan?

Bagi Miguel, pencapaiannya menemukan asteroid adalah bagian dari proses belajar menuju cita-citanya untuk mempelajari luar angkasa lebih jauh, juga bekerja di NASA.

Berawal dari YouTube

Ibu Miguel, Mary Ramos, menyadari bahwa putranya sejak kecil telah memiliki ketertarikan luar biasa pada kompleksitas ruang angkasa.

"Ketika dia berusia lima atau enam tahun, dia menonton video di YouTube dan memberi tahu saya 'Bu, aku mau salah satu buku itu,'" kenang Ramos.

Buku-buku yang ditulis oleh Stephen Hawking adalah salah satu yang sangat dia inginkan, tetapi sulit untuk mendapatkannya di Venezuela. Orang tua Miguel harus memesan buku itu dari luar negeri.

"Ketika saya melihat buku-buku itu, saya bertanya-tanya bagaimana dia bisa memahaminya. Tetapi dia membacanya, ketika tidak mengerti, dia mengulang membacanya lalu mencari tahu lebih banyak lewat banyak video di Youtube," kata Ramos.

"Itu terlihat mudah baginya. Dia juga pernah menjelaskan apa yang dia pelajari kepada saya, tetapi saya tidak memahaminya."

Tetapi, untuk bisa menemukan asteroid, Miguel harus beralih untuk mempraktikkan teori-teori yang telah dia pelajari.

Seorang pemuda Venezuela lainnya di Barquisimeto telah menemukan asteorid pada 2012. Pemuda bernama David Ovieodo itu kini mengkampanyekan pencarian asteroid melalui sebuah organisasi ternama, Orbita Cl 130 yang bekerja sama dengan Larense Astronomy Association. Pemuda ini lah yang menjadi 'mentor' bagi Miguel.

"Kami menemukan organisasi ini dan, di satu sisi, itulah yang dicari-cari oleh Miguel," kata Ramos.

Orbita CI 130 merupakan organisasi nirlaba swasta yang fokus mendampingi anak-anak dengan bakat luar biasa di Venezuela.

Gerardo Garcia, presiden dari Foundation for Peace yang membawahi Cl 130, mengatakan anak-anak yang mereka dampingi tidak hanya berbakat pada ilmu astronomi seperti Miguel. Mereka juga berbakat pada bidang lain seperti matematika, robotika, geometri, fisika, kimia, biologi, dan bahkan bahasa.

Miguel bergabung dengan organisasi itu sebelum dia mampu menemukan asteroid. Dia mulanya bergabung sebagai seorang peserta karena belum cukup umur untuk berkampanye.

Pada November 2020, Miguel memulai pencariannya akan asteroid. Bagaimana seorang anak 13 tahun menemukan asteroid tanpa memiliki teleskop?

Kolaborasi Pencarian Astronomi Internasional (IASC) mengirimi Miguel gambar yang diambil oleh teleskop Pan-STARRS.

Teleskop itu berada di Haleakala Observatory, Hawaii, AS yang bertujuan mendeteksi asteroid baru dan objek-objek lain di dekat Bumi. Kampanye pencarian asteroid itu disponsori oleh NASA.

Miguel kemudian menganalisis gambar yang dia terima menggunakan perangkat lunak khusus. Dari situ, dia menulis laporan untuk menggambarkan semua objek yang dia amati.

Seorang astronom profesional meninjau laporan tersebut untuk dibandingkan dengan basis data yang mereka memiliki. Apabila astronom memastikan bahwa objek yang ditemukan tergolong baru, maka itu menjadi sebuah 'penemuan awal'.

Selanjutnya, penemuan awal itu dikirim ke peneliti lainnya yang akan mengamati objek itu melalui teleskop mereka.

Fase ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, tetapi apabila beberapa orang setuju bahwa objek itu merupakan objek baru, maka statusnya kini menjadi 'penemuan sementara'.

Miguel menemukan asteroid baru itu, yang diberi nama 2021GG40, pada April lalu. Pada Desember ini, dia akhirnya menerima sertifikat atas penemuannya yang ditandatangani oleh IASC, NASA, serta Institut Astronomi Universitas Hawaii.

Apa itu asteroid?

NASA mendefinisikan asteroid sebagai benda serupa batu tanpa udara yang tersisa dari pembentukan awal tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu.

Asteroid mengorbit Matahari seperti planet, tetapi ukurannya jauh lebih kecil. Keberadaan asteroid terkonsentrasi di antara orbit Mars dan Jupiter, wilayah yang kemudian disebut sebagai "sabuk asteroid".

Tetapi, asteroid juga ditemukan di bagian lain tata surya. Asteroid yang dikenal sebagai "Trojan" mengorbit matahari mengikuti jalur yang sama dengan planet-planet tanpa bertabrakan.

Tidak ada asteorid yang berbentuk sama. Ukurannya bisa sangat besar mencapai 530 kilometer, tetapi bisa juga tidak melebihi 10 meter.

Kebanyakan asteroid berupa bebatuan, tetapi ada juga yang mengandung tanah liat atau logam seperti nikel dan besi. Asteroid juga berbeda dengan komet, sebab komet terbuat dari es dan debu.

Para ilmuwan menganggap informasi mengenai asteroid sangat berharga, mengingat asteroid terbentuk pada saat yang sama dengan planet-planet di tata surya.

Ada beragam upaya untuk mengidentifikasi dan melacak asteroid di dekat Bumi menggunakan teleksop, salah satunya seperti Pan-STARRS di Hawaii.

NASA tidak memiliki informasi mengenai asteroid yang berpeluang menabrak Bumi. Tetapi dari waktu ke waktu, material yang dilepaskan dari asteroid itu bisa mencapai atmosfer Bumi. Ketika fragmennya mencapai permukaan atmosfer, maka ia dikenal sebagai meteor.

Asteroid 2021GG40 bukan satu-satunya penemuan terbaru Miguel. Dia setidaknya memiliki enam penemuan awal lainnya yang masih dalam tahap observasi.

Dia juga ingin terus mencari objek-objek luar angkasa lainnya.

"Saya ingin bekerja di NASA sebagai astronom dan berkontribusi pada bagi dunia. Itu lah mimpi saya. Saya yakin sains dan astronomi adalah masa depan bagi kehidupan manusia dan teknologi," kata dia. (*)

Tags : Astonomi, Venezuela, Ruang angkasa, Anak-anak, Eksplorasi ruang angkasa,