RIAUPAGI.COM, PEKANBARU - Asosiasi Migas Riau [AMR] Desak Pemprov Riau agar bisa tenaga ahli yang terdiri putera-putri Riau masuk bekerja di Blok Rokan seiring akan diambil alihnya kontrak PT Chevron Pacifik Indonesia [CPI] oleh PT Pertamina Persero pada Agustus 2021 mendatang.
"Anggota AMR terdiri dari orang-orang yang memiliki ilmu perminyakan, jadi perlu disalurkan untuk menyumbang tenaga di perusahaan minyak dan gas blok rokan," kata Yufi Hendra, ketua AMR melalui Fitrandy, Humas External AMR saat ngopi bersama di komplek Ruko Royal Mansion Jalan Rambutan, Pekanbaru Minggu (6/6).
Putra putri yang ada ahli dibidang migas dan partisi migas jumlahnya 50 - 100 orang baik tamatan dari Universitas Islam Riau [UIR], Institut Teknologi Bandung [ITB] juga tamatan dari Universitas dalam dan luar negeri, kata Fitrandy yang disapa Randi ini.
Riau kekurangan SDM pengeboran migas, putra putri asal Riau yang ahli dan partisi migas bergabung di AMR sudah lima tahun terakhir, siap mengabdi untuk daerah.
Dia menilai Riau kekurangan tenaga ahli di bidang pengeboran minyak dan gas bumi. Randi melihat setiap tahun Riau membutuhkan tenaga ahli pemboran untuk mendukung industri hulu migas nasional.
“Lantaran hanya bergaji maksimal Rp 25 juta setiap bulan, banyak SDM mumpuni bidang pemboran harus lari ke luar negeri.”
Di luar negeri, kata Randi, tenaga ahli pemboran asal Indonesia bergaji minimal Rp 150 juta. Tak heran jika tenaga ahli migas untuk daerah lulusan baik UIR, ITB dan lainnya lebih memilih untuk sekedar mencari upah biasa saja. "Mau bagaimana lagi? Memang gaji di sini masih kecil, kisaran Rp 15 juta-Rp 25 juta," katanya.
Tak sekedar masalah upah, Randi melihat kerja di lapangan migas memang sudah menjadi primadona sebagian anak muda di Riau. Maklum migas sama diartikan mas hitam. Tenaga-tenaga ahli dan partisi yang tergabung di AMR juga berpengalaman bekerja di lapangan yang sangat keras dan mengandalkan otot serta pikiran.
Selain selera kerja, AMR memiliki anggota yang berpendidikan yang tamatan jurusan teknis perminyakan dengan kualitas bagus. Menurut Randi, saat ini hanya UIR dan ITB yang mampu mencetak lulusan teknik perminyakan dengan standar tinggi," sebutnya.
Ia berharap Pemerintah Provinsi [Pemprov] Riau kiranya bisa mengutamakan dan mengkondisikan putera-putri Riau ini untuk konsentrasi pada penempatan kerja di blok rokan perminyakan tanpa mengorbankan kualitasnya.
"Di ITB saja, rata-rata hanya meluluskan 10 mahasiswa pertambangan setiap tahun. Ini sangat kurang, sebaliknya Riau melalui UIR sudah berapa yang diluluskan," tanya dia.
Menurut Rendi, dengan didukung SDM mumpuni dan target lifting minyak untuk per harinya lebih mudah dicapai. "Kita juga berharap K3S ikut mendorong putera-putri Riau bisa ditempatkan bekerja di blok rokan," harapnya.
"Ada bayang-bayang tenaga kerja asing, penyusup, titipan pejabat daerah di blok rokan ini. Selain itu sudah menjadi praktik yang jamak, K3S cenderung mengambil tenaga kerja asing dan dipekerjakan pada lapangan migas."
"Daripada mengambil tenaga kerja asing, sebaiknya kan K3S memilih SDM asli Indonesia yang kemampuannya tak kalah dengan tenaga asing," saranya. (*)
Tags : Asosiasi Migas Riau, AMR, Riau Kekurangan SDM Pengeboran Migas, AMR Siap Salurkan Tenaga Ahli,