Sejarah   2024/05/21 17:32 WIB

Rumah Tempat Tennessee Williams, Penulis Naskah Drama Agen 007 James Bond Jadi Hotel

Rumah Tempat Tennessee Williams, Penulis Naskah Drama Agen 007 James Bond Jadi Hotel
Tennessee Williams, Penulis Naskah Drama Pemenang Hadiah Pulitzer

SEJARAH - Dari Agatha Christie, Jane Austen, hingga Ian Fleming. Inilah rumah atau tempat tinggal lima penulis tersohor yang belakangan disulap menjadi hotel sekaligus tempat tetirah yang diidamkan para pecinta buku.

Sangat mungkin para pelancong yang tak tertarik dunia sastra pernah melewati satu atau dua rumah para penulis termasyur.

Sebut saja kediaman John Keats di dekat Spanish Steps di Roma, hingga vila tropis Ernest Hemingway di Key West, sampai tempat kelahiran LM Montgomery di Pulau Prince Edward.

Rumah milik para penulis inilah yang kemudian diubah menjadi museum dan menginspirasi para pecinta buku untuk berkunjung ke sana.

Namun, ada beberapa di antaranya yang menyediakan tempat bagi para kutu buku untuk bermalam, bukan hanya sekedar berkunjung di siang hari.

Berikut adalah lima rumah penulis termasyhur tempat para pecinta buku dapat menginap.

Ungkapan "dikocok, jangan diaduk" acap terdengar di GoldenEye, sebuah hotel di Teluk Oracabessa, Jamaika.

Tentu saja, kalimat itu berasal dari minuman koktail yang dipopulerkan oleh sosok James Bond - agen fiksi ciptaan Ian Fleming.

Minuman tersebut dapat dinikmati di hotel yang pernah menjadi rumah pribadi pencipta Agen 007 itu.

Dan ini adalah penanda penting bagi para tamu hotel yang berkantong tebal.

Ketika berada di Jamaika pada 1940-an untuk misi intelijen angkatan laut - sebelum menjadi penulis - Ian Fleming jatuh cinta pada satu area di sekitar Teluk Oracabessa. Diabersumpah untuk kembali suatu hari nanti.

Singkat cerita, Fleming memperoleh 15 hektare lahan tropis di teluk tersebut. Di lahan itulah, dia merancang secara cermat sebuah vila yang diberi nama "The GoldenEye".

Dari rumah inilah Fleming menulis ke-14 buku James Bond, termasuk tiga buku yang ia buat di Jamaika (Dr. No; The Man with the Golden Gun; dan Live and Let Die).

Setelah kematian Fleming, vila yang sekarang dikenal sebagai Villa Fleming ini diperluas dan menjadi Hotel The GoldenEye.

Sampai saat ini seluruh properti tetap mempertahankan kesan glamour, canggih dan berkelas yang menunjukkan kehidupan dan karya mata-mata Inggris yang berubah menjadi penulis ini.

Tapi Villa Fleming ini merupakan tempat yang paling mewah dan terpencil.

Villa dua kamar tidur yang sangat privat ini dilengkapi dengan dua pondok tamu tambahan, seorang pelayan pribadi dan juru masak. Ditambah pantai dan kolam renangnya sendiri.

Yang paling terkenal adalah meja tulis asli Fleming tempat Agen 007 dilahirkan.

Agatha Christie mungkin saja merupakan ratu novel detektif, namun kehidupan nyata sang penulis sama kayanya dengan alur-alur cerita yang dibuatnya, termasuk ketika dia menghilang secara misterius selama berminggu-minggu pada 1926.

Dengan menginap di bekas rumah berlibur milik Christie di Devon, Inggris ini, para penggemar Miss Marple dan Hercule Poirot dapat lebih dekat dengan sosok jenius di balik tokoh-tokoh rekaannya itu.

Rumah megah peninggalan abad ke-18 yang bernama Greenway ini adalah tempat Christie menginap selama Natal dan musim panas.

Sekarang rumah ini dikelola oleh National Trust dan terbuka untuk kunjungan wisata khalayak umum.

Namun para pengunjung yang memesan apartemen pribadi di dalam mansion akan mendapatkan tempat tinggal dua lantai, dan empat kamar tidur dengan akses taman pribadi.

Dengan menginap di sana setelah para pengunjung meninggalkan tempat itu barangkali dapat membuat Anda merasa seolah-olah telah memasuki salah satu novel Christie.

Meskipun ruang tamu memiliki sentuhan dan beberapa perabotan modern, bagian Greenway yang lain ditata seperti ketika Christie di sana pada 1950-an. Sehingga tempat ini terlihat seolah-olah Christie dan keluarganya baru saja meninggalkannya.

Rumah itu dipenuhi dengan potongan-potongan koleksi penulis sendiri, termasuk artefak dari penggalian arkeologi yang tampaknya berasal dari Death on the Nile.

Jangan pergi sebelum pergi ke gudang perahu Greenway, yang menjadi latar belakang pembunuhan fiksi dalam novel Dead Man's Folly karya Christie pada 1956.

Bukan hanya satu, tapi dua penyair terkenal, menyebut vila Florentine yang luas ini sebagai rumah, selama lebih dari 800 tahun keberadaannya.

Torre di Bellosguardo dibangun dan digunakan pada abad ke-13 oleh Guido Cavalcanti, salah satu penyair terhebat zaman Renaisan di Italia, dan merupakan sahabat Dante Alighieri. Dan sosok Dante lah yang memberinya peran utama dalam The Inferno.

Tempat ini awalnya dibangun sebagai rumah keluarga dan pondok berburu, terletak di atas bukit dengan pemandangan Kota Florence yang menakjubkan (nama hotel ini juga berarti "menara dengan panorama nan indah").

Selama berabad-abad, villa ini kemudian menjadi rumah keluarga dinasti Medici yang memerintah Tuscany selama sekitar 300 tahun; para bangsawan; dan penyair terkenal, Gabriele D'Annunzio, di awal abad ke-20.

Penulis termasyur lainnya, termasuk penyair Ugo Foscolo yang terinspirasi lanskap Torre di Bellosguardo, pun pernah mengunjungi dan tinggal di sana.

Pada 1990, setelah berubah menjadi sekolah asrama putri dan proyek restorasi selama 10 tahun, Torre di Bellosguardo terlahir kembali sebagai hotel dengan 16 kamar yang dihiasi dengan barang antik dan lukisan dinding asli yang dilestarikan oleh seniman zaman Renaisan, Bernardino Poccetti.

Saat ini properti tersebut tetap menjadi tempat peristirahatan populer bagi para penulis yang mencari inspirasi di perbukitan Toscana.

Di akhir hidupnya, penulis naskah drama pemenang Hadiah Pulitzer yang eksentrik, Tennessee Williams, menjadikan Midtown Manhattan Hotel Elysée yang modis sebagai tempatnya tinggal.

Williams, yang menulis The Glass Menagerie dan A Streetcar Named Desire di antara karya-karya lainnya, mulai menginap di Elysée di akhir 1960-an dan akhirnya tinggal di sana sampai kematiannya pada tahun 1983.

Selama bertahun-tahun tinggal di sana, dia dilaporkan sempat membuat para tamu sulit istirahat lantaran bunyi mesin ketik dari ruangan kamarnya.

Kini para tamu hotel dapat memesan untuk menginap di ruangan yang dulunya merupakan bagian dari tempat tinggal Williams.

Tempat ini dikenal sebagai Sunset Suite pada zamannya, ruangan ini telah diubah namanya menjadi Tennessee Williams Suite dan dihiasi dengan foto serta catatan tulisan tangan dari kehidupan dan karier penulis naskah drama tersebut.

Rumah-rumah pedesaan Inggris yang molek, dengan lahan nan luas, serta dinding-dinding yang dipenuhi karya seni, dan nama-nama yang sesuai dengan tempatnya dalam sejarah, hadir nyaris layaknya karakter-karakter dalam novel-novel Jane Austen.

Siapa yang bisa melupakan reaksi Elizabeth Bennett ketika pertama kali melihat tanah milik Tuan Darcy, Pemberley, atau Northanger Abbey istana bergaya gotik yang angker, tempat Austen memusatkan seluruh karya-karya novelnya?

Namun terlepas dari kemegahan dan pentingnya latar belakang novel-novel tersebut bagi karyanya, Austen sendiri berpindah dari satu rumah ke rumah lain setelah kematian ayahnya yang seorang pendeta. 

Dia berpindah-pindah bersama ibu dan saudara perempuannya ke beberapa tempat tinggal sederhana sepanjang sisa hidupnya, bahkan serta sering tinggal bersama keluarga dan teman.

Beberapa dari rumah sementara ini sekarang menjadi tempat tinggal bagi para penggemar Austen.

Yang paling menonjol adalah townhouse saudara laki-laki kesayangan Jane di London, Henry.

Jane tinggal di tempat itu beberapa kali, dan diyakini di sanalah dia mengerjakan beberapa novelnya.

Rumah Henry kini menjadi hotel butik bergaya di lingkungan Marylebone yang apik di kota ini, yang dikenal sebagai Henry's Townhouse.

Dibuka pada 2020 setelah renovasi besar-besaran untuk menghadirkan townhouse bergaya Georgian kembali ke kejayaan masa lalunya.

Kamar-kamar hotel dinamai para anggota keluarga Austen yang pernah tinggal atau hidup di sini.

Ditambahkan dengan barang-barang antik, koleksi pertama Austen, serta surat asli Jane kepada saudara laki-lakinya di alamat ini, dan menginap di townhouse ini membuat Anda selangkah lebih dekat dengan novel-novel Austen.

Jika anggaran Anda lebih terbatas, sebuah rumah di Bath, tempat Austen hidup bersama ibunya selama empat tahun, antara tahun 1801 dan 1805, dapat pula disewa. (*)

Tags : Pariwisata, Perjalanan, Inggris raya, Arsitektur, Buku, Gaya hidup, Sejarah, Sastra,