Headline Kesehatan   2024/11/17 16:7 WIB

Saat Banyak Orang Berjuang untuk Peroleh Makanan Sehat, 'Minyak Ikan dengan Rasa yang Aneh Jadi Solusinya'

Saat Banyak Orang Berjuang untuk Peroleh Makanan Sehat, 'Minyak Ikan dengan Rasa yang Aneh Jadi Solusinya'

KESEHATAN - Saat banyak orang berjuang untuk memperoleh makanan yang sehat, minyak ikan dengan rasa yang aneh disebut-sebut sebagai solusinya. Ternyata salah satu dari mereka memang mengandung banyak vitamin.

Saat ini, kata-kata “minyak ikan kod” mulai kabur dari ingatan banyak orang. Ingatan tentang "minyak ikan kod" biasanya diasosiasikan dengan gambaran minyak goreng jelantah pada sendok makan dan sedang diacungkan ibu atau pengurus sekolah di lingkungan sederhana.

Begitu banyak suplemen dan obat-obatan buat anak-anak dari abad ke-18 dan ke-19 mulai ditinggalkan. Kita tidak lagi, misalnya, secara rutin memberi obat penenang pada bayi yang rewel.

Sirup buah ara (ditemukan 1879) dan minyak jarak tidak lagi dianggap sebagai obat untuk semua penyakit, meskipun ramuan ini dapat mengatasi sembelit dengan baik. Dan kapan terakhir kali Anda mampir ke toko obat untuk membeli belerang dan sirup meja?

Tapi minyak ikan kod adalah salah satu suplemen langka dari era kuno minyak ular dan obat paten yang benar-benar memiliki kandungan vitamin di dalamnya. 

Dihasilkan dari memanaskan hati ikan kod dan memisahkan minyaknya, suplemen ini sangat kaya akan vitamin D dan vitamin A.

Di Indonesia, pangan ultra proses yang disebut "susu ikan" juga memiliki kandungan vitamin yang sama. 

Menurut Profesor Annis Catur Adi, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), kandungan utama dalam susu ikan analog adalah protein, asam lemak omega-3, selenium, dan vitamin D, yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan, perbaikan sel, serta kesehatan tulang dan otak.

Namun, ia menekankan manfaat susu ikan analog dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat adalah sebagai sumber protein tinggi. Susu ikan analog bisa menjadi alternatif bagi individu yang memerlukan tambahan asupan protein, baik sebagai minuman harian maupun untuk memperkaya kandungan nutrisi makanan.

“Produk ini sebaiknya dianggap sebagai pelengkap, bukan pengganti susu sapi,” katanya.

Namun, keberadaan susu ikan yang diwacanakan pada program makan siang gratis menuai polemik.

Sebelum ditemukannya vitamin—yang harus menunggu beberapa tahun lagi—orang-orang telah memperhatikan bahwa anak-anak yang diberi minyak hati ikan kod lebih kecil kemungkinannya terkena rakhitis, penyakit tulang masa kanak-kanak yang menjadi asal muasal istilah “reyot” dan dapat menyebabkan kejang dan serangan jantung.

Penemuan tahun 1919 menjelaskan, kekurangan kalsium dan kekurangan vitamin D adalah penyebab rakhitis dan minyak ikan kod menjadi tonik yang mengejutkan.

Selama Perang Dunia Kedua, pemerintah Inggris memberikan minyak ikan kod gratis kepada anak-anak di bawah usia lima tahun. “Jangan lupa jus jeruk & minyak ikan kod, Jimmy!” demikian bunyi salah satu poster kontemporer.

Bagaimanapun minyak hati ikan kod dengan manfaat yang dikandungnya, sering kali tidak menyenangkan untuk ditelan. Seperti minyak lainnya, kontak dengan oksigen dapat membuatnya menjadi tengik, menghasilkan rasa amis yang busuk.

Namun, ada cara lain yang tidak terlalu mengganggu untuk memeperoleh vitamin D yaitu duduk di bawah sinar matahari dan membiarkan enzim di bawah permukaan kulit menghasilkannya.

Namun, berjemur secara rutin bukan merupakan pilihan bagi anak-anak di Eropa khususnya di Inggris, sebuah fakta yang masih berlaku sampai sekarang, sama seperti seratus tahun yang lalu. Musababnya, tidak semua negara Eropa bisa menikmati keberadaan matahari sepanjang tahun.

Dan kemungkinan besar akan semakin memburuk, karena Met Office memperkirakan musim dingin akan menjadi sering diiringi hujan 30% lebih deras pada 2070 dibandingkan 1990.

Oleh karena itu, beberapa dekade yang lalu, banyak pemerintah beralih ke fortifikasi makanan—proses menambah zat gizi penting terhadap produk makanan seperti vitamin, iodium dan lainnya.

Pada tahun 1940, Inggris mulai mewajibkan fortifikasi margarin dengan vitamin D. Produsen roti, susu, dan sereal sarapan pun ikut serta.

Di Amerika Serikat, susu cair telah diperkaya dengan vitamin D berdasarkan undang-undang sejak tahun 1933, dan sereal sarapan, roti, dan tepung semuanya diperkaya dengan vitamin D.

Bahkan di abad ke-21, pemerintah telah mengubah kebijakan untuk mencoba meningkatkan kadar vitamin D: Finlandia memperkenalkan rencana fortifikasi sukarela pada tahun 2003, dengan partisipasi yang hampir universal dari produsen makanan.

Namun upaya fortifikasi di Inggris mengalami hambatan sejak awal. Kasus penyakit yang disebut hiperkalsemia, di mana kelebihan kalsium dalam darah membentuk batu ginjal dan menyebabkan masalah lain, ditemukan setelah langkah fortifikasi dimulai.

Hal ini membuat para ahli menduga bahwa anak-anak mengalami overdosis vitamin D. Fortifikasi dilarang pada tahun 1950-an, dengan pengecualian pada margarin dan susu formula bayi.

Namun, minyak ikan kod tampaknya tidak muncul kembali. Pada tahun 2013, Inggris menghentikan fortifikasi margarin, dengan tujuan untuk mendorong orang untuk mengonsumsi suplemen sebagai gantinya (hanya sedikit orang yang mengindahkan, atau bahkan mungkin menyadari saran ini).

Dan dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan semakin baiknya tes darah untuk mengetahui kadar vitamin D, beberapa fakta mengejutkan terungkap. Antara bulan Januari dan Maret, ketika sinar matahari berada pada titik terendah sepanjang masa, sebagian besar anak-anak - hampir 40% pada beberapa kelompok usia - di Inggris kekurangan vitamin D.

Hampir 30% orang dewasa juga mengalami hal yang sama. Orang dengan kulit yang lebih gelap memiliki risiko lebih tinggi.

“Status vitamin D yang rendah hampir terjadi secara universal pada populasi Asia Selatan di Inggris,” tulis ahli gizi kesehatan masyarakat Judith Buttriss dari Academy of Nutrition Science dalam sebuah editorial di jurnal Nutrition Bulletin.

Di samping itu, rakhitis telah kembali. Jumlah pasien rakhitis yang dirawat di rumah sakit di Inggris pada tahun 60-an dan 70-an sangat rendah dan semakin menurun pada dekade berikutnya.

Pada tahun 1991, secara statistik, terdapat 0,34 kasus rakhitis per 100.000 orang di bawah usia 15 tahun di Inggris.

Namun pada tahun 2000-an, angka tersebut mulai meningkat, bahkan meroket. “Tingkat rawat inap untuk rakhitis di Inggris sekarang adalah yang tertinggi dalam lima dekade,” tulis para ilmuwan pada tahun 2011.

Apakah ini saatnya fortifikasi makanan kembali dimunculkan? Komite Penasihat Ilmiah untuk Nutrisi di Inggris sedang mempertimbangkan pertanyaan ini: sekarang diperkirakan bahwa kasus-kasus hiperkalsemia yang menggagalkan fortifikasi di Inggris disebabkan oleh penyakit genetik yang mengganggu penyerapan vitamin.

Dengan kata lain, mengonsumsi terlalu banyak makanan yang difortifikasi belum tentu menjadi masalah. Mungkin ada perubahan yang terjadi di depan.

Kemungkinan ada sejumlah faktor di balik meningkatnya kasus rakhitis di Inggris. Tetapi hal ini menunjukkan bahwa sesuatu seperti sesendok minyak ikan kod dapat membantu. (*)

Tags : Diet dan Nutrisi, Pangan, Inggris raya, Kesehatan ,