Sejarah   2025/08/22 19:54 WIB

Saktinya Jukse Besi Panglima Perang dari Indragiri yang Ditakuti Penguasa Laut Malaka, 'karena Kebal Ditusuk, Ditembak dan Menghilang'

Saktinya Jukse Besi Panglima Perang dari Indragiri yang Ditakuti Penguasa Laut Malaka, 'karena Kebal Ditusuk, Ditembak dan Menghilang'
Ilustrasi - Panglima perang Jukse Besi dari Kesultanan Indragiri

SEJARAH - Andi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya. Saktinya panglima perang ini menjadikan andalan Sultan Indragiri pertama Raja Narasinga II.

Portugis adalah salah satu bangsa Eropa yang berusaha menjajah Asia Tenggara pada abad ke-16.

Mereka mengincar kota Malaka, pusat perdagangan dan kebudayaan di kawasan tersebut.

Namun, mereka tidak menduga akan bertemu dengan perlawanan sengit dari kerajaan-kerajaan sekitar, salah satunya adalah Kesultanan Indragiri.

Kesultanan Indragiri memiliki hubungan khusus dengan Kesultanan Malaka, karena pendirinya, Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang I, adalah putra mahkota dari Malaka.

Ketika Malaka diserang dan diduduki Portugis pada tahun 1511, Sultan Indragiri IV yang bergelar Narasinga II merasa terpanggil untuk membantu saudaranya.

Dia mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh panglima perang andalannya, Andi Sumpu Muhammad, yang lebih dikenal dengan nama Panglima Jukse Besi.

Panglima Jukse Besi adalah seorang pejuang yang memiliki kesaktian luar biasa.

Dia dikatakan kebal terhadap senjata tajam maupun tembakan.

Bahkan, bulu tangannya saja tidak bisa dicukur dengan pisau.

Dengan keberanian dan kepercayaan diri, Panglima Jukse Besi memimpin pasukan Indragiri untuk menggempur armada Portugis di Selat Malaka.

Dia tidak gentar menghadapi musuh yang lebih banyak dan lebih canggih.

Dia menggunakan strategi dan taktik yang cerdik untuk mengelabui dan mengalahkan lawan.

Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Panglima Jukse Besi berhasil menawan Jenderal Verdicho Marloce, panglima perang Portugis, dengan cara menembus kapalnya dan menyerangnya secara langsung.

Jenderal Verdicho Marloce terkejut melihat Panglima Jukse Besi yang tidak terluka meskipun ditembak berkali-kali.

Dia pun menyerah dan dibawa ke Indragiri sebagai tawanan perang.

Perang melawan Portugis berlangsung selama 20 tahun, dari tahun 1512 hingga 1532.

Selama itu pula, Panglima Jukse Besi tidak pernah kalah atau mundur.

Dia terus berjuang untuk membebaskan Malaka dari cengkeraman Portugis.

Keberaniannya menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan bagi rakyat Indragiri dan Malaka.

Panglima Jukse Besi meninggal dunia pada tahun 1532, setelah berhasil mengusir Portugis dari Malaka.

Jenazahnya dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja Indragiri di Desa Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Makamnya memiliki panjang 12 meter, yang menunjukkan kebesaran dan kehebatannya sebagai panglima perang.

Hingga kini, nama Panglima Jukse Besi masih dihormati dan diingat sebagai pahlawan yang berjasa bagi bangsa dan negara.

Kisah-kisah tentang kesaktian dan keberaniannya masih diceritakan dari generasi ke generasi.

Panglima Jukse Besi adalah salah satu contoh dari tokoh-tokoh Indonesia yang pantas untuk diteladani.

Makam Panglima Jukse Besi berada di Desa Kota Lama Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau yang berada dalam satu kompleks dengan Raja Narasinga II dan keluarganya.

Raja Narasinga II bernama asli Paduka Maulana Sri Sultan Alaudin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya, Kerajaan Indragiri. Saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia.

Raja Narasinga II memerintah sejak tahun 1473.

Wilayah kekuasaan Raja Narasinga II meliputi Malaka Raya termasuk Malaysia dan Riau, yang dibuktikan dengan munculnya Kerajaan Sijori (Singapore Johor Riau).

Tetapi kembali pada kisah panglima perang Jukse Besi terbukti saat Raja Narasinga II sang pemimpin Kerajaan Indragiri bersama bala tentaranya berperang dan berjuang menyelamatkan Kota Malaka (sebuah kota di Malaysia), dari kekuasaan Kerajaan Portugis di bawah komando Jenderal Verdicho Marlos sebagai panglima perangnya.

"Konon katanya bulu tangannya saja tidak bisa dicukur benda tajam, apalagi kulitnya. Begitulah kesaktian Panglima Jukse Besi," kata Staf Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV Riau dan Kepri (Tenaga Ahli Cagar Budaya) Kabupaten Indragiri, Saharan dalam bincang-bincangnya belum lama ini.

Perang melawan penjajah ini berlangsung selama 20 tahun, dari tahun 1511 sampai 1531. Perang besar dan sangat lama itu dikomandoi Panglima Jukse Besi.

Panglima Jukse Besi berperang bersama Raja Narasinga II dan bala tentara kerajaan, melawan Jenderal Verdicho Marloce dan anak buahnya tentara Portugis di Selat Malaka.

Selama 20 tahun itu pula perang tiada henti-hentinya. Sebab, tentara Portugis saat itu yang dikomandoi Jenderal Verdicho Marloce terkenal kuat sebagai penguasa lautan, dan menjajah Kota Malaka. Adu kekuatan antara Panglima Jukse Besi dan Jenderal Verdicho pun terjadi di lautan Malaka.

"Karena Malaka juga wilayah kekuasaan Raja Narasinga II, maka raja ikut andil dalam berperang. Panglima Jukse Besi sebagai orang kepercayaannya raja melindunginya, dan memerdekakan Kota Malaka dari penjajahan Portugis," jelas Saharan.

Setelah berperang puluhan tahun, akhirnya pada sekitar tahun 1531, Raja Narasinga dan Panglima Jukse Besi bersama bala tentara Kerajaan Indragiri berhasil memenangkan peperangan, dan menaklukkan Portugis. Kota Malaka pun akhirnya merdeka dari penjajahan.

Jenderal Verdicho merupakan panglima perang Portugis yang memiliki otak pintar. Namun saat perang melawan Raja Narasinga II di Selat Malaka yang dikenal dengan perang Teluk Ketapang sekitar abad ke-15, Jenderal Verdicho dan anak buahnya kalah dan menjadi tawanan perang.

"Pada perang itu dimenangkan oleh Raja Narasinga II dan Panglima Jukse Besi, sementara Jenderal Verdicho menjadi tawanan perang raja Narasinga, hingga akhirnya dimanfaatkan menjadi menteri di kerajaan Indragiri karena kepintarannya," kata pria berusia 57 tahun itu.

Setelah perang berhenti, hari-harinya Jenderal Verdicho sebagai menteri kerajaan mendampingi Raja Narasinga II dalam menjalankan kerajaan.

Keduanya berbeda keyakinan, Verdicho bergama Nasrani sedangkan Raja Narasinga II seorang Muslim.

Awalnya Verdicho Marloce berlawanan dengan Panglima Jukse Besi saat berperang, namun mereka akhirnya menjalin persahabatan karena sesama orang Kerajaan Indragiri.

Panglima Jukse Besi sebagai pelindung Sultan Narasinga II, sementara Verdicho sebagai menteri.

Raja Narasinga II bersama istrinya Putri Dang Purnama dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Rakyat sejahtera dan hidup tenteram di bawah pimpinan yang berbeda agama.

Seiring berjalannya waktu, Raja Narasinga II meninggal lebih dulu daripada Jenderal Verdicho.

Kemudian jenazah Verdicho dimakamkan bersebelahan dengan Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya.

"Dilihat dari jenis batu nisannya, Raja Narasinga II lebih dahulu wafat, kemudian disusul Jenderal Verdicho Marlos, sehingga diberikan sebuah penghormatan kepada Jenderal Verdicho dimakamkan di sebelah makam Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya," katanya.

Artinya, Narasinga II memegang teguh kebijakan kerukunan antarumat beragama, karena tidak pernah memaksakan Jenderal Verdicho untuk pindah agama.

Raja Narasinga II merupakan sultan yang ke IV. Namun, dia merupakan Sultan pertama di Indragiri.

"Tiga sultan sebelumnya posisinya tidak di Indragiri namun tinggal dan menetap di Malaka, sedangkan Raja Narasinga II inilah Sultan Indragiri pertama yang menetap di Indragiri, makanya disebut Sultan Indragiri yang pertama," jelas Saharan.

Raja Narasinga II juga menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya. Saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia.

"Jenderal Verdicho Marloce beragama Nasrani, namun mengabdikan diri kepada Raja Narasinga II yang notabene beragama Islam. Artinya Jenderal Verdicho mengabdi pada Islam, namun tetap pada agamanya hingga akhir hayatnya," ucap Saharan.

Sementara makam Panglima Jukse Besi juga berada di dalam kompleks makam Raja Narasinga II. Namun, posisinya agak sedikit berjarak dari raja.

Makam panglima perang kesayangan Raja Narasinga II itu terbilang unik karena ukurannya yang tidak biasa. Makam itu juga tidak berdempetan dengan makam para raja dan keturunannya.

Makam Panglima Jukse Besi yang diyakini sangat sakti ini ditempatkan tersendiri dengan panjang berkisar 12 meter dan lebar dua meter.

"Makamnya panjang, bukan karena postur tubuhnya yang tinggi, melainkan karena kebesaran dan kehebatannya sebagai panglima Raja, sehingga dibuatlah makam yang panjang," ujar Saharan.

Menurut Saharan, secara logika tidak ada manusia yang hidup di zaman kerajaan ini dengan postur tubuh setinggi 12 meter. Sebab, belum ada ditemukan bukti peninggalan bangunan yang menandakan ukuran pintu istana maupun rumah setinggi 12 meter seperti anggapan segelintir orang.

"Jadi, diperkirakan ukuran tinggi tubuh panglima raja itu biasa saja, sama seperti kita. Hanya saja zaman dulu tidak ada piagam atau lancang maupun penghargaan sebagai tanda jasa ketangguhan panglima tersebut," jelas Saharan.

Panjangnya makam panglima hingga 12 meter tersebut, diyakini hanya sebagai penghormatan terakhir kepada panglima dengan dipanjangkannya makam tersebut.

Selain itu juga agar para wisatawan maupun peziarah lebih mudah mengunjungi tanpa berlama-lama mengantre.

Kawasan kompleks tersebut berada di bawah pengelolaan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Pembangunan dan pengembangan kawasan telah dimulai sejak lama dan penataan secara baik dilakukan sejak 1995 hingga sekarang lewat anggaran kabupaten Inhu, Pemerintah provinsi Riau dan pemerintah pusat.

Desa Kota Lama sebagai kawasan cagar budaya merupakan daerah yang menyimpan struktur cagar budaya antara lain benda-benda bekas bangunan kuno seperti benteng kerajaan dan makam serta benda-benda kuno bersejarah lainnya.

"Di kawasan itu terdapat berbagai keramik peninggalan Dinasti Ming, Cang serta keramik asal Vietnam berbentuk gerabah, kapak, serta benda kuno lainnya," jelas Saharan.

Informasi Singkat Mengenai Panglima Jukse Besi: 
Peran:
Panglima perang Raja Narasinga II, pemimpin Kerajaan Indragiri.
Kekuatan:
Dikenal memiliki kesaktian sehingga kebal terhadap tembakan dan benda tajam.
Kontribusi:
Berjuang bersama Raja Narasinga II untuk mengalahkan dan mengusir penjajah Portugis dari Malaka.
Lokasi Makam:
Terletak di Desa Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri, Riau, dalam satu kompleks dengan makam Raja Narasinga II.
Penghargaan:
Makamnya dibuat panjang, tidak karena postur tubuhnya yang tinggi, melainkan untuk menghormati kebesaran dan kehebatannya. (*)

Tags : Panglima Perang dari Indragiri, Jukse Besi, Panglima Perang Kebal Ditusuk dan Ditembak Jukse Besi Mampu Menghilangkan Diri, Jukse Besi Ditakuti Penguasa Laut Malaka, Jukse Besi Panglima Perang Kesultanan Indragiri,