Linkungan   2023/08/20 21:55 WIB

Sekelompok Paus Punya Hobi Baru, 'Suka Membunuh dan Mendadak Mengejar Perahu'

Sekelompok Paus Punya Hobi Baru, 'Suka Membunuh dan Mendadak Mengejar Perahu'
Seekor orca (paus pembunuh) di Selat Gibraltar.

LINGKUNGAN - Sekelompok orca Iberia punya hobi baru: mengejar perahu layar dan mematahkan kemudinya. Para ilmuwan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik perilaku ini.

Pada musim panas 2022, Andrea Fantini dan krunya sedang berlayar menuju Tangier di pantai Maroko untuk lomba layar Globe40. Salah satu dari mereka tiba-tiba berteriak: "Orca! Orca!"

Fantini melihat ekor di kejauhan, dan kemudian orca besar berenang ke arah mereka.

"Kami melihat orca pertama datang, lalu yang kedua, ketiga, dan kemudian kami dikelilingi oleh orca," kata dia mengenang. "Ada tujuh orca di sekitar kami, dan mereka mulai menyerang kemudi. Sangat aneh, dan sedikit menakutkan."

Orca umumnya dikenal sebagai paus pembunuh, tetapi sebenarnya adalah bagian dari keluarga lumba-lumba, dan tidak pernah dikenal agresif terhadap manusia di alam liar.

Namun, sejak tahun 2020, muncul perilaku baru yang aneh dari kelompok yang hidup di perairan sekitar Semenanjung Iberia, di Eropa barat daya.

Polah mereka membingungkan para pelaut, ilmuwan, dan sekarang, khalayak global.

Mereka tampaknya menemukan permainan baru yang berisiko: mengejar perahu layar dan mendorong kemudi hingga patah.

Beberapa waktu lalu ada laporan bahwa seekor orca menabrak perahu di Laut Utara. Kemudian sekawanan orca "menyerang" kapal balap di dekat Selat Gibraltar. Ilmuwan lebih suka menyebut bentrokan ini sebagai "interaksi", karena niat orca mungkin lebih bersifat main-main daripada bermusuhan.

Ini adalah fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata Alfredo López Fernández, peneliti orca di Atlantic Orca Working Group (GTOA), yang memantau orca Iberia.

Secara historis, ada beberapa laporan tentang orca yang menyelam di bawah perahu, atau menabrak perahu dan menyebabkannya tenggelam.

Tapi López mengatakan kasus-kasus itu cenderung terisolasi dan terikat pada situasi tertentu: "Tidak ada yang mirip dengan apa yang terjadi sekarang."

Perilaku baru ini adalah orca menyentuh, mendorong, dan bahkan memutar perahu, menurut analisis interaksi yang dilaporkan pada tahun 2020.

López memperingatkan bahwa persepsi kita sendiri tentang hal ini mungkin bias.

Apa yang terasa seperti serudukan mungkin hanya orca yang menggerakkan perahu atau kemudi dengan kepala dan tubuh "karena mereka tidak dapat memegang benda dengan jari".

Sebuah proyek penelitian baru yang sedang dilakukan spesialis orca Renaud de Stephanis, yang memfilmkan orca liar dengan kemudi tiruan mengungkapkan wawasan baru tentang interaksi ini.

Apa yang tampaknya terjadi adalah, orca mendorong kemudi dengan hidung sampai patah, bukan digigit.

"Mereka mendorong, mendorong, mendorong - boom! Ini permainan. Seperti seorang anak berusia enam, tujuh tahun, tapi dengan berat tiga ton. Itu saja, tidak kurang, tidak lebih," kata de Stephanis seperti dirilis BBC.

"Jika ingin menghancurkan kapalnya, mereka bisa menghancurkannya dalam waktu 10 menit."

Stephanis telah mempelajari orca Iberia sejak 1990-an dan menjabat sebagai Presiden Conservation, Information and Research on Cetaceans (CIRCE), sebuah organisasi konservasi laut.

Permainan ini tampaknya menyebar. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2022, ada 207 interaksi, naik dari 197 pada tahun 2021, dan 52 pada tahun 2020.

Awalnya, kebanyakan terjadi di dalam dan sekitar Selat Gibraltar, di sepanjang pantai Portugal, Spanyol, dan Gibraltar.

Namun kini tempat bermain menjadi lebih luas, mencakup pantai Maroko dan Prancis. "Interaksi mengikuti rute migrasi orca," kata López.

Ada sekitar 35 orca Iberia yang sudah diidentifikasi, dan total populasinya diperkirakan berjumlah kurang dari 50.

Dari jumlah tersebut, 15 diketahui terlibat dalam perjumpaan dengan kapal – selalu dalam kelompok yang sama, kata López.

Menurut Asosiasi Kapal Pesiar, tiga yacht tenggelam pada 2022 dan 2023 setelah berinteraksi dengan para paus pembunuh.

Seperti yang dikatakan Fantini, mematahkan kemudi bisa menimbulkan lubang, air dapat masuk dengan deras dan menenggelamkan perahu.

Pengalaman ini menakutkan, bahkan bagi mereka yang berlayar dengan perahu balap yang kokoh, dengan kemudi cadangan dan layanan penyelamatan di dekatnya.

"20 menit yang lalu kami ditabrak beberapa orca," kata Jelmer van Beek, kapten tim layar Belanda JAJO, dalam video yang direkam musim panas ini di Samudra Atlantik di sebelah barat Gibraltar, selama babak The Ocean Race.

"Tiga orca datang, langsung ke arah kami, dan mereka mulai memukul kemudi. Mulanya sangat mengesankan melihat orca, hewan cantik, tetapi ini juga momen berbahaya bagi kami dan tim."

Dalam pertemuan Fantini dengan para orca selama Balapan Globe40 tahun lalu, kamera bawah air tim merekam orca yang berenang menuju kemudi.

"Tampaknya mereka benar-benar punya modus operandi, punya misi, mereka tahu apa yang harus dilakukan. Mereka sangat terorganisir dengan baik," kata dia.

Sebagai bagian dari proyek yang didukung oleh CIRCE dan Kementerian Lingkungan Hidup Spanyol, Renaud de Stephanis memantau kelompok orca ini secara intensif.

Dia dan timnya menggunakan banyak kamera: di bawah air, di atas air, dan bahkan menempel pada orca, untuk memahami dengan tepat apa yang terjadi.

"Kami menemukan bahwa yang terjadi adalah, paus pembunuh mendorong kemudi dengan hidungnya, membuat kemudi patah karena daya ungkit," katanya. 

Apa yang memulai permainan ini? Dan apa yang bisa dilakukan untuk menghentikannya?

Pada musim panas keempat sejak tren ini dimulai, misteri tersebut masih belum sepenuhnya terpecahkan.

Namun, para ilmuwan mulai memahami sesuatu. Inilah yang sudah diketahui sejauh ini.

Bahkan sebelum tahun 2020, komunitas orca di dan sekitar Selat Gibraltar telah mengembangkan strategi pencarian makanan yang berupa berenang ke perahu nelayan tuna untuk merebut ikan dari tali pancing.

Pada tahun 2020, sembilan orca mulai mendekati perahu layar, mendorong atau menabrak, dan terkadang merusak kemudi.

Ada tiga "biang keladi" yang paling terlibat dalam interaksi ini: orca dewasa bernama White Gladis, dan dua orca muda, Black Gladis dan Grey Gladis. (Ilmuwan memilih nama "gladis" untuk semua orca yang berinteraksi, diambil dari salah satu nama lama spesies ini, "orca gladiator").

Selama bertahun-tahun, makin banyak orca bergabung dengan mereka. Secara konsisten mereka berfokus pada perahu layar, bukan semua jenis perahu, kata López.

López memperingatkan agar tidak menggambarkan perilaku tersebut sebagai serangan: "Mereka dihakimi secara sosial bahkan sebelum kita memahami apa yang mereka lakukan."

Dalam pandangannya, niat mereka tidak bermusuhan. "Orca tidak menunjukkan sikap agresif dalam semua ini, meskipun mereka mungkin merusak sesuatu," katanya melalui email.

"Kami tahu bahwa itu adalah perilaku kompleks yang tidak ada hubungannya dengan agresi (mereka tidak ingin memakan siapa pun, atau menyakiti manusia) atau balas dendam (orca tidak membenci)."

Begitu kemudi rusak, orca berenang menjauh – seperti dalam kasus Fantini, yang perahunya memiliki dua kemudi. "Untungnya, hanya satu yang patah. Lalu mereka pergi. Mereka menghilang," kata Fantini.

Ini mengarah pada pertanyaan tersulit: apa sebenarnya motivasi mereka?

Ada dua hipotesis yang diajukan, menurut López.

Pertama, "hipotesis bersenang-senang". Seperti yang dikatakan López, ada dugaan orca "menemukan sesuatu yang baru dan mengulanginya". Perilaku ini khas orca muda, katanya.

Dalam laporan tahun 2021, kelompok kerja mencatat bahwa orca muda kadang-kadang diamati mendekati kapal, mengintip ke arah mereka, mengikuti jejak mereka, dan melompat ke ombak yang muncul karena gerakan kapal.

Kedua adalah "hipotesis trauma". Menurut penjelasan ini, "satu atau lebih orca memiliki pengalaman buruk dan mencoba menghentikan perahu untuk mencegah hal buruk terulang", katanya.

Dalam pandangannya, ini akan lebih sesuai dengan perilaku orca dewasa.

"Kami tidak tahu yang mana yang benar, dan bahkan jika itu yang kedua, kami tidak tahu apa yang mungkin menjadi pemicunya," kata López. Namun, dia mencantumkan beberapa poin yang mendukung penjelasan kedua terkait trauma.

Pertama, White Gladis, orca dewasa, mungkin yang pertama kali memulai interaksi.

Saat itu, di tahun 2020, dia adalah satu-satunya orang dewasa yang melakukan ini, di antara sekelompok orca muda.

Kedua, pada tahun 2021 dia melanjutkan interaksi meskipun dia membawa putrinya yang baru lahir. Lopez mengartikan bahwa ini menunjukkan bahwa "dorongan untuk berinteraksi bahkan lebih kuat daripada naluri keibuan yang protektif".

Mengenai pengalaman traumatis ini, Lopez menunjukkan bahwa banyak kapal penangkap ikan memasang kail di buritan kapal, yang menarik perhatian orca, yang datang untuk memeriksa kail dan mengambil ikan.

Ada kasus orca yang terjerat dan terluka oleh kail-kail ini.

Mungkin saja hal seperti ini terjadi pada White Gladis. Sementara itu, Black Gladis mengalami cedera yang mungkin disebabkan oleh manusia, dan "kami tahu bahwa Grey Gladis menyaksikan seorang temannya terjerat tali pancing pada tahun 2018", kata López.

"Semua ini membuat kita berpikir bahwa aktivitas manusia adalah asal dari perilaku ini, meskipun secara tidak langsung," kata López.

Apa yang dapat kita pelajari dari kebiasaan baru mereka adalah "bahwa mereka sangat cerdas, dan kita banyak mengganggu mereka".

Lori Marino, ahli cetacea dan presiden Whale Sanctuary Project, mengatakan bahwa teori "bersenang-senang" paling masuk akal baginya.

"Mereka adalah hewan yang sangat cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Mereka tampaknya tertarik pada bagian bawah perahu dan bagian yang mencuat. Orca adalah makhluk budaya dan mereka sering iseng, dan keisengan itu menyebar ke seluruh kelompok."

Tradisi budaya tersebut mencakup jenis panggilan khas, yang digambarkan sebagai dialek, serta strategi pencarian makan yang berbeda.

Perilaku berbeda ini "semuanya dimulai sebagai tren", kata Marino. “Ide itu, jika terus berlanjut, bisa menjadi bagian dari budaya mereka dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya,” katanya.

Kemampuan mereka untuk bekerja dalam kelompok membantu mengembangkan kebiasaan dan tradisi yang rumit: "Misalnya, mereka dapat mengoordinasikan perilaku atau memulai pola berenang defensif yang berbeda jika dikejar oleh pemangsa. Jadi kemampuan itu ada. Orca menunjukkan tingkat organisasi yang mengesankan dalam banyak aktivitas lainnya," katanya.

Pelaut dan ahli orca setuju bahwa yang terbaik adalah menghentikan tren berisiko ini. Tapi bagaimana caranya?

Sayangnya, sepertinya tidak ada cara pasti untuk mencegah atau bahkan mempersingkat interaksi.

Kelompok Kerja Orca merekomendasikan untuk menghindari orca dengan memeriksa peta pergerakan mereka yang terus diperbarui secara berkala.

Rekomendasi utama Renaud de Stephanis juga untuk menghindari area di mana orca berada, dengan bantuan peta yang diperbarui berdasarkan pelacakan satelit orca. Cara ini mulai membantu mengurangi interaksi, katanya.

Pelaut juga mencoba menakut-nakuti mereka dengan memukul-mukul benda-benda. Namun, tampaknya tidak ada banyak perbedaan.

Sia-sia mencoba melarikan diri dari mereka.

Menurut laporan kelompok kerja 2021, orca biasanya berenang dengan kecepatan antara 8-11 knot tetapi bisa mencapai kecepatan hingga 29 knot.

Perahu yang dilayari oleh Tim JAJO, tim Belanda, berkecepatan 12 knot ketika orca menyerang, dan menurut para pelaut, hewan-hewan itu tampaknya menganggap kecepatannya mengasyikkan.

Tidak ada bukti bahwa trik lain yang digunakan oleh beberapa pelaut berhasil. Menuangkan pasir ke orca untuk membingungkan mereka, dan melempar barang ke arah mereka bukanlah ide yang baik mengingat orca Iberia terancam punah.

Meninggalkan area dengan cepat sangat membantu, kata de Stephanis. Bukan karena kapal lebih cepat dari orca, tapi karena para paus seringkali enggan keluar dari wilayah pilihan mereka.

Dalam kasus Fantini, orca bertahan selama sekitar 30 atau 40 menit: "Rasanya seperti selamanya."

Tim menunggu sampai orca mematahkan kemudi dan pergi. Mereka tahu tidak ada gunanya mencoba untuk ngebut.

"Mereka sangat cepat. Bahkan jika kami mencoba untuk pergi secepat yang kami bisa dengan perahu, mereka akan selalu lebih cepat. Jadi cepat bukanlah solusi. Saya tidak sebenarnya tahu apa solusinya. Saat ini, Jika saya harus mengulangi lagi, saya tidak tahu harus berbuat apa."

Dia tertawa. "Saya hanya tahu untuk membawa kemudi cadangan". (*)

Tags : paus punya hobi baru, paus suka membunuh, paus mendadak mengejar perahu, hewan-hewan, pencemaran laut, alam lingkungan,