Ratu Elizabeth II meninggal dunia pada usia 96 tahun, kepala monarki Inggris terlama sepanjang sejarah itu adalah simbol Kerajaan Inggris selama tujuh dekade.
Ratu Elizabeth II meninggal dunia pada usia 96 tahun Kamis 8 September 2022 malam waktu Inggris. Sejumlah pemimpin dunia memberikan ucapan dukacita setelah Buckingham Palace mengumumkan kematiannya.
Kematian ratu meninggalkan kesedihan bagi Inggris dan dunia. Ada sepuluh hal yang perlu diketahui tentang kehidupan Ratu Elizabeth II:
Ratu Elizabeth II
1. Pemimpin Kerajaan Terlama dalam Sejarah Inggris
Tahun ini Ratu Elizabeth II menandai 70 tahun berada di atas takhta kerajaan Inggris. Dia adalah pemimpin tertua dan terlama dalam sejarah Inggris. Pada September 2015, dia melampaui nenek buyutnya Ratu Victoria, yang memerintah Inggris selama 63 tahun tujuh bulan.
Pada 2016, Elizabeth menjadi raja yang paling lama memerintah di dunia setelah kematian Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand. Kemudian pada 2022, dia menjadi raja terlama kedua dalam sejarah dunia, setelah Raja Prancis abad ke-17 Louis XIV, yang naik takhta pada usia 4 tahun.
Selain Elizabeth dan Victoria, hanya empat raja lain dalam sejarah Inggris yang memerintah selama 50 tahun atau lebih yaitu George III (59 tahun), Henry III (56 tahun), Edward III (50 tahun) dan James VI dari Skotlandia (58 tahun)
Putri Elizabeth Alexandra Mary Windsor memandang cincin pertunangannya tak lama setelah Pangeran Philip melamarnya. (Foto: BBC)
2. Menempuh Pendidikan Homeschooling
Seperti bangsawan pada umumnya, Elizabeth tidak pernah bersekolah di sekolah umum dan tidak pernah bertemu dengan siswa lain. Dia bersama adik perempuannya, Margaret, mendapatkan pendidikan dengan sistem homeschooling.
Elizabeth belajar di rumah bersama ayahnya dan seorang guru senior dari Eton College. Beberapa pengajar dari Prancis dan Belgia didatangkan untuk mengajar bahasa Prancis, dan Uskup Agung Canterbury mengajar tentang ilmu agama. Sekolah Elizabeth juga termasuk belajar berkuda, berenang, menari, serta belajar seni rupa dan musik.
3. Nomor 230873
Selama Perang Dunia II, Elizabeth muda secara singkat dikenal sebagai No. 230873, yaitu Subaltern Kedua Elizabeth Alexandra Mary Windsor dari Auxiliary Transport Service No. 1. Selama berbulan-bulan Elizabeth meminta izin orang tuanya untuk melakukan berkontribusi dalam perang Dunia II. Dia kemudian belajar cara mengemudi dan melayani ambulans dan truk. Elizabeth naik pangkat menjadi Komandan Junior kehormatan dalam beberapa bulan.
Putri Margaret (kiri) dan Putri Elizabeth tersenyum menghadap kamera saat berada di Kastil Balmoral. (Foto: BBC)
4. Humoris
Di hadapan publik Elizabeth memiliki kesan serius, dan banyak yang menyoroti "pocker face" ratu. Namun di balik itu, orang-orang dekat ratu menggambarkan dirinya sebagai sosok yang humoris dan handal dalam menirukan sesuatu atau impersonate.
Mantan Uskup Agung Canterbury, Rowan Williams, mengatakan, ratu bisa sangat lucu secara pribadi dan tidak semua orang mengetahui betapa lucunya dia. Sementara pendeta domestik raja, Uskup Michael Mann, pernah berkata bahwa, ratu yang menirukan pendaratan Concorde, yaitu pesawat supersonik pertama yang dimiliki Inggris.
"Menirukan pendaratan Concorde adalah salah satu hal terlucu yang bisa Anda lihat," ujar Mann.
Belum lama ini, Elizabeth menunjukkan sisi humorisnya selama perayaan Platinum Jubilee, ketika dia membintangi video komik bersama tokoh animasi Paddington Bear dan berbicara tentang menyembunyikan sandwich selai jeruk di dompetnya.
5. Taat Membayar Pajak
Ratu Elizabeth II taat membayar pajak sejak 1992. Ketika Kastil Windsor terbakar pada 1992, masyarakat memberontak tidak mau membayar pajak untuk perbaikan kastil. Tapi dia secara sukarela setuju untuk membayar pajak atas penghasilan pribadinya.
Elizabeth mengatakan, dia akan memenuhi 70 persen dari biaya pekerjaan restorasi. Dia juga memutuskan membuka Istana Buckingham untuk umum pertama kalinya agar menghasilkan dana tambahan dari biaya masuk.
Elizabeth II dan saudara perempuannya, Putri Margaret, mengenakan pakaian yang sama saat bermain bersama anjing peliharaan mereka. (Foto: BBC)
6. Little Lilibet
Ratu dibaptis Elizabeth Alexandra Mary Windsor dari York, untuk menghormati ibunya, atau nenek dari pihak ayah dan nenek buyut dari pihak ayah. Sejak kecil dia dikenal oleh keluarganya sebagai Little Lilibet, karena dia tidak bisa mengucapkan "Elizabeth" dengan benar.
Dalam sebuah surat kepada neneknya Ratu Mary, Elizabeth muda itu menulis: “Nenek tersayang. Terima kasih banyak untuk jersey kecil yang indah. Kami senang menginap di Sandringham bersama Anda. Saya kehilangan gigi depan atas kemarin pagi. Salam Cinta dari Lilibet."
Panggilan kecil Elizabeth semakin dikenal luas setelah Pangeran Harry dan istrinya Meghan, menamai putri mereka Lilibet Diana pada 2021.
7. Kehidupan Rumah Tangga yang Langgeng
Elizabeth dan suaminya Pangeran Philip menjalani hubungan rumah tangga yang langgeng selama lebih dari 70 tahun. Mereka dikaruniai empat anak, yaitu Charles, Anne, Andrew, dan Edward.
Ratu Elizabeth menggendong anaknya Pangeran Charles. (Foto: BBC)
"Dia telah menjadi kekuatanku dan bertahan selama ini," kata ratu tentang Philip pada ulang tahun pernikahan ke-50 mereka.
Kisah percintaan Elizabeth dan Philip mereka dimulai pada 1939. Ketika itu Pangeran Philip dari Yunani, seorang kadet angkatan laut tampan berusia 18 tahun, datang untuk menghibur Elizabeth yang berusia 13 tahun selama sehari.
Beberapa tahun kemudian, Philip diundang untuk bergabung dengan keluarga kerajaan di Kastil Windsor saat Natal. Ketika itu, Philip menanyakan kepada keluarg kerajaan apakah dia dianggap sebagai pelamar yang memenuhi syarat.
Elizabeth dan Philip menikah di Westminster Abbey pada 1947. Ketika Philip meninggal pada 2021 dalam usia 99, Elizabeth menggambarkan kepergian sang suami meninggalkan "kekosongan besar" dalam hidupnya.
8. Ulang Tahun Ganda
Elizabeth lahir pada 21 April 1926. Namun terkadang masyarakat bingung kapan harus merayakan ulang tahun Sang Ratu. Tidak ada hari yang ditetapkan secara universal untuk perayaan ulang tahun ratu secara resmi. Pemerintah Inggris memutuskan perayaan ulang tahun ratu jatuh pada hari Sabtu pertama, kedua atau ketiga pada bulan Juni.
Sementara di Australia, ulang tahun ratu dirayakan pada Senin kedua bulan Juni. Sedangkan di Kanada, dirayakan pada hari Senin sebelum tanggal 24 Mei, yang merupakan hari ulang tahun Ratu Victoria. Sejauh ini hanya ratu dan orang-orang terdekatnya yang merayakan ulang tahun seusuai hari kelahirannya dalam pesta pribadi.
9. Menyukai Anjing Corgi
Elizabeth sangat menyukai anjing corgi. Mendiang Putri Diana dilaporkan menyebut anjing-anjing itu sebagai "karpet bergerak" ratu karena mereka menemaninya ke mana-mana. Ratu memiliki lebih dari 30 anjing corgi selama bertahun-tahun. Dia juga memiliki dua dorgi yaitu persilangan antara anjing jenis dachshund dan corgis, yang bernama Candy dan Vulcan.
Pada 1936, Elizabeth difoto sedang memeluk salah satu anjing corgi bernama Susan untuk ulang tahunnya yang ke-18. Anjing corgi ini diperkenalkan ke keluarga kerajaan oleh ayah Elizabeth, Raja George VI, pada 1933, ketika dia membeli seekor corgi jantan bernama Dookie.
Sebagai ratu, Elizabeth secara teknis memiliki ribuan angsa di perairan terbuka Inggris. Menurut undang-undang dari tahun 1324, dia memiliki hak untuk mengklaim semua ikan sturgeon, paus, dan lumba-lumba.
10. Perempuan yang Sangat Baik
Imam besar Al-Azhar Ahmed El-Tayyeb
Imam Besar Al Azhar sampaikan dukacita
Imam besar Al-Azhar Ahmed El-Tayyeb telah menyampaikan belasungkawa kepada Keluarga Kerajaan Inggris, pemerintah, dan rakyat Inggris atas kematian Ratu Elizabeth II.
"Almarhum Ratu telah mempersembahkan hidupnya untuk melayani bangsa dan rakyatnya. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada Yang Mulia Raja Charles, keluarga Kerajaan, dan rakyat Inggris atas meninggalnya Ratu Elizabeth II," kata El Tayyeb pada twitternya, dilansir di Ahram Online, Jumat, (9/9/2022).
Bagi El Tayyeb, Ratu adalah kepala negara yang unik, berkomitmen dan sangat dihormati. Dia mendedikasikan hidupnya untuk melayani bangsa dan rakyatnya.
Presiden Mesir Abdel-Fattah El-Sisi dan Gereja Ortodoks Koptik juga berduka atas mendiang ratu kemarin. Pada Juli 2018, El Tayyeb bertemu Ratu Elizabeth di Kastil Windsor selama kunjungan resminya ke Inggris.
Ratu Elizabeth II, raja terlama di Inggris meninggal pada Kamis sore (8/9/2022) dalam usia 96 di Kastil Balmoral Skotlandia setelah memerintah selama 70 tahun. Putranya, Pangeran Charles Charles yang berusia 73 tahun, segera dinobatkan sebagai Raja Charles III.
Pada November 2021, pangeran saat itu mengunjungi Mesir bersama istrinya Camilla Parker dalam kunjungan ketiganya ke negara itu setelah kunjungan sebelumnya pada 2006 dan 1981. Dalam kunjungan tersebut, Charles bertemu dengan Presiden El Sisi.
Ia mengadakan pembicaraan dengan pejabat Mesir untuk membahas kerja sama Inggris-Mesir di bidang perubahan iklim. Charles juga bertemu dengan El Tayyeb untuk membahas kerjasama untuk mempromosikan toleransi beragama.
Gadis yang cukup baik
Sang Ratu mau tidak mau menjadi subjek lagu-lagu pop. Tapi kelompok musik The Beatles mengabadikannya dalam lagu "Her Majesty". Lirik dalam lagu itu menyebutkan bahwa, "dia gadis yang cukup baik meskipun dia tidak banyak berkata-kata".
Ratu Elizabeth II. (Foto: BBC)
Her Majesty dinyanyikan oleh Paul McCartney dan direkam pada 1969. Lagu ini dimasukkan dalam album "Abbey Road".
Kelompok musik lainnya Sex Pistols juga menulis lagu tentang Elizabeth berjudul "God Save The Queen". Namun lagu ini menjadi kontroversi karena mengkritik ratu dan sistem monarki Inggris. Lagu ini dirilis tepat sebelum Silver Jubilee pada 1977, dan dilarang tayang di televisi Inggris.
Ratu Elizabeth II meninggal, tak direncanakan bertakhta dalam usia muda, namun menjadi ratu Inggris paling lama
Masa pemerintahan Ratu Elizabeth II ditandai dengan sikapnya yang penuh tanggung jawab dan tekadnya untuk mendedikasikan hidupnya untuk rakyatnya.
Bagi banyak orang, ia menjadi titik yang konstan dalam dunia yang bergerak cepat dan menurunnya pengaruh Inggris maupun masyarakat yang berubah yang membuat peran monarki dipertanyakan.
Kesuksesannya dalam mengawal monarki untuk melewati masa-masa penuh guncangan tersebut menjadi semakin luar biasa mengingat fakta bahwa pada saat ia lahir, tidak ada seorang pun yang memprediksi bahwa tahta kerajaan menjadi takdirnya.
Elizabeth Alexandra Mary Windsor lahir pada 21 April 1926, di sebuah rumah di dekat alun-alun Berkeley di pusat kota London.
Ia adalah anak perempuan tertua dari Albert atau Duke of York -yang merupakan putra kedua Raja George V- dan istrinya yang dikenal sebagai Lady Elizabeth Bowes-Lyon.
Baik Elizabeth maupun adiknya, Margaret Rose -yang lahir pada 1930- mendapat pendidikan pribadi di rumah dan dibesarkan di tengah keluarga yang hangat.
Elizabeth sangat dekat baik dengan ayah maupun kakeknya, Raja George V.
Pada usia enam tahun, Elizabeth mengatakan pada pelatih berkudanya bahwa ia ingin menjadi 'perempuan desa yang memiliki banyak kuda dan anjing'.
Krisis penyerahan tahta
Elizabeth disebut memiliki rasa tanggung jawab yang besar sejak usia dini. Perdana Menteri Winston Churchill pernah dikutip mengatakan bahwa Elizabeth memiliki 'karisma pemimpin yang luar biasa sejak kanak-kanak'.
Ratu Elizabeth telah menjadi ratu Inggris dan Persemakmuran selama 69 tahun. Ia memerintah dengan Pangeran Philip di sisinya sampai kematian suaminya di awal bulan ini. (Foto: BBC)
Meski tidak mengenyam pendidikan formal, Elizabeth membuktikan dirinya mahir berbicara dalam berbagai bahasa dan mempelajari sejarah konstitusi dengan seksama.
Pramuka untuk perempuan atau Girl Guides pertama yang diberi nama 1st Buckingham Palace, sengaja didirikan agar bisa bersosialisasi dengan gadis sebayanya.
Dan ketika Raja George V meninggal pada 1936, anak tertuanya, David, otomatis menjadi Raja Edward VIII.
Namun, pilihan istrinya yang merupakan janda cerai dua kali asal Amerika Serikat, Wallis Simpson, dinilai tak bisa diterima atas alasan politik maupun agama.
Maka dia akhirnya mengundurkan diri.
Masa perang
Duke of York kemudian menjadi Raja George VI, meski dengan berat hati.
Penobatan ayahnya sebagai raja memberikan Elizabeth kecil gambaran mengenai masa depannya yang membuatnya menulis bahwa ia menilai pengabdian pada negara 'sangat, sangat luar biasa'.
Dilatarbelakangi meningkatnya ketegangan di Eropa, sang Raja baru -dengan istrinya yang kini dikenal sebagai Ratu Elizabeth- berusaha untuk mengembalikan kepercayaan publik pada monarki.
Contoh yang mereka berikan menjadi bahan pelajaran bagi putri tertua.
Tahun 1939, ketika masih berusia 13 tahun, Elizabeth menemani Raja dan Ratu ke Akademi Angkatan Laut Kerajaan di Dartmouth, bersama dengan adiknya, Margaret. Keduanya dipandu oleh salah seorang kadet yang merupakan sepupu ketiganya, Philip, seorang pangeran dari Yunani.
Itu bukan pertama kalinya mereka bertemu tapi untuk pertama kalinya keduanya merasakan ketertarikan satu sama lain.
Pada masa cuti dari Angkatan Laut, Pangeran Philip menghabiskan waktu dengan kerabat kerajaan dan pada 1944, Elizabeth --yang sudah berusia 18 tahun-benar-benar jatuh cinta kepadanya.
Ia menyimpan fotonya di kamar dan keduanya saling berkirim surat.
Pada 1945, Elizabeth bergabung dengan kesatuan dinas wajib militer dengan belajar mengemudi serta merawat kendaraan.
Saat Perang Dunia II berakhir, ia menyelinap keluar dari Istana Buckingham dengan mengenakan seragam dan merayakan kemenangan sekutu bersama rakyat biasa di dekat kantor perdana menteri tanpa dikenali.
"Kami bertanya pada orang tua saya apakah kami bisa pergi ke luar dan melihat kemeriahan yang terjadi. Saya ingat kami sangat takut dikenali. Saya ingat berbaris dengan orang-orang yang tidak saya kenal bergandengan dan berjalan di Whitehall, kami semua tersapu kebahagiaan dan kelegaan," kata Elizabeth.
Pernikahan calon ratu
Setelah perang, keinginannya untuk menikahi Pangeran Philip menghadapi sejumlah tantangan.
Raja berpikir ia masih terlalu muda dan Philip harus mengatasi prasangka karena beberapa kerabatnya yang berkebangsaan Jerman mendukung rezim Nazi walapun rekor pribadinya pada masa perang sangat baik.
Sejumlah pihak juga tidak menyetujui seorang letnan Angkatan Laut yang muda dan biasa-biasa saja menikah dengan pewaris tahta Inggris, dan mereka menyebut Philip 'kasar'.
Tetapi Elizabeth tetap pada tekadnya dan setelah kunjungan Keluarga Kerajaan ke Afrika Selatan pada 1947, Raja akhirnya menyetujui pernikahan mereka.
Pada tanggal 9 September 2015, dia menjadi pemegang tahta paling lama dalam sejarah Inggris, melampaui nenek buyutnya Ratu Victoria. (Foto: PA)
Pernikahan yang berlangsung pada November 1947 itu, menurut Winston Churchill, adalah sebuah 'kilatan warna' di Inggris pascaperang yang suram.
Duke of Edinburgh -begitulah gelar Pangeran Philip setelah menikah- tetap menjadi prajurit dan sempat bertugas di Malta. Pasangan muda ini juga tetap bisa menikmati kehidupan normal.
Penobatan Tahta
Anak pertama mereka, Charles, lahir pada 1948 disusul oleh adiknya, Anne, yang lahir tahun 1950.
Tetapi Raja yang mengalami tekanan berat selama perang terbaring sakit karena kanker paru-paru akibat kebiasaan merokoknya sejak muda.
Pada Januari 1952, Elizabeth yang berusia 25 tahun, dan Philip meninggalkan istana untuk melakukan lawatan ke luar negeri.
Meski dilarang oleh dokter, Raja George VI tetap ikut ke bandara untuk mengantar mereka dan ternyata saat itu terakhir kalinya Elizabeth melihat ayahnya.
Elizabeth mendengar kematian raja ketika tinggal di sebuah pondok berburu di Kenya dan langsung kembali ke London untuk menjadi ratu yang baru.
Ia mengenang momen itu beberapa tahun kemudian.
"Saya tidak punya bekal apa-apa, ayah saya meninggal terlalu cepat, jadi hal itu merupakan sesuatu yang sangat mendadak dan saya harus melakukannya sebaik mungkin."
Atas keinginannya sendiri, penobatannya pada Juni 1953 disiarkan di televisi dan jutaan orang menyaksikan Ratu Elizabeth II mengucapkan sumpahnya.
Krisis Suez
Pada masa-masa awal kepemimpinannya, Inggris beradam dalam situasi pascaperang yang sulit dan dan banyak pengamat berpendapat bahwa penobatannya sebagai era baru Elizabeth.
Perang Dunia II telah mempercepat berakhirnya pendudukan Kerajaan Inggris di beberapa tempat dan saat ratu yang baru mengunjungi negara-negara Persemakmuran pada bulan November 1953, banyak negara bekas koloni Inggris, termasuk India, yang memperoleh kemerdekaan.
Elizabeth juga menjadi penguasa pertama Persemakmuran yang mengunjungi Australia dan Selandia Baru. Dalam kunjungan ke Australia, diperkirakan tiga perempat penduduk ke luar dari rumahnya untuk bisa melihat Ratu Elizabeth II secara langsung.
Sepanjang 1950-an, semakin banyak negara yang menurunkan Bendera Persemakmuran dan wilayah-wilayah bekas koloni itu kemudian membentuk sebuah kesatuan sendiri.
Menurunnya pengaruh Inggris agaknya semakin dipercepat oleh sengketa Suez tahun 1956 ketika jelas bahwa Persemakmuran tidak memiliki niat kolektif untuk mengambil tindakan bersama saat krisis.
Suez memicu pengunduran diri Perdana Menteri Anthony Eden, yang menempatkan Ratu di tengah krisis politik.
Waktu berganti
Saat itu Partai Konservatif tidak memiliki mekanisme untuk mengangkat pemimpin baru dan setelah serangkaian konsultasi, maka ratu meminta Harold MacMillan untuk membentuk pemerintahan baru.
Ratu menyadari dirinya menjadi subyek serangan pribadi oleh Lord Altringham yang, dalam sebuah artikel majalah menuduh sidang yang dippimpinnya 'terlalu Inggris' dan 'kelas atas' serta menuduh Ratu tidak bisa membuat pidato sederhana tanpa teks.
Komentarnya memicu kehebohan di media dan Lord Altringham sampai sempat diserang di jalan oleh seorang anggota Liga Loyalis Kerajaan, pendukung setia kerajaan.
Insiden itu menunjukkan bahwa masyarakat dan sikap Inggris terhadap kerajaan berubah dengan cepat dan nilai-nilai lama dipertanyakan.
Didukung oleh suaminya, yang dikenal tidak sabar dengan kekakuan rapat-rapat maka Ratu mulai beradaptasi dengan orde baru.
Tradisi untuk menerima debutante (anak-anak bangsawan dan jutawan yang beranjak dewasa) dihapuskan dan istilah Monarki digantikan dengan Keluarga Kerajaan.
Namun Ratu kembali berada di pusat kekisruhan politik ketika Harold MacMillan mundur sebagai perdana menteri dan ia mengikuti nasihatnya untuk menunjuk Earl of Home sebagai pengganti.
Ulang tahun perak tahta
Itu adalah saat yang sulit bagi Ratu Elizabeth, yang merupakan lambang dari kepatutan konstitusi dan sekaligus pemisahan monarki dari pemerintah.
Ratu menyikapi serius haknya untuk mendapat informasi, memberikan masukan dan peringatan tetapi tidak melewati batasan-batasan itu.
Untuk terakhir kalinya pula dia berada dalam posisi teribat menunjuk pemerintah, sejalan dengan Partai Konservatif yang akhirnya menghapus tradisi bahwa pemimpin baru 'muncul' begitu saja untuk diganti dengan sistem yang layak.
Di akhir 1960an, Istana Buckingham memutuskan mereka memerlukan langkah positif untuk memperkenalkan cara-cara yang sedikit tidak formal dan lebih akrab kepada Keluarga Kerajaan.
Hasilnya adalah sebuah film dokumenter yang fenomenal, Royal Family. Untuk pembuatan film itu, BBC diizinkan mengambil gambar keluarga di dalam istana.
Ada foto-foto keluarga saat acara pesta barbeku, menghias pohon Natal, membawa anak-anak mengemudi, dan kegiatan lain yang biasa tetapi belum pernah dilihat oleh masyrakat umum sebelumnya.
Film itu menunjukkan periode yang santai dan berhasil mengembalikan dukungan publik.
Pada 1977, ulang tahun perak tahta dirayakan dengan antusias di pesta-pesta jalan raya di seluruh kerajaan dan kerajaan menjadi merasa tenang dengan kasih sayang publik dan sebagian besar hal itu adalah berkat jasa sang Ratu.
Skandal dan bencana
Ketika Inggris memiliki Theresa Margaret Thatcher sebagai Perdana Menteri wanita pertama, hubungan antara kepala negara dan kepala pemerintahan yang sama-sama perempuan disebut janggal.
Salah satu area tersulit adalah dedikasi Ratu pada Persemakmuran yang dikepalainya dan Elizabeth mengenal para pemimpin Afrika dengan baik serta bersimpati dengan mereka.
Ia dilaporkan merasa bahwa sikap dan gaya Thatcher yang konfrontatif 'membingungkan' termasuk sikap menentang Thatcher terhadap sanksi atas apartheid di Afrika Selatan.
Tahun demi tahun, tugas-tugas publiknya berlanjut.
Setelah Perang Teluk pada 1991, Ratu pergi ke AS dan menjadi penguasa kerajaan Inggris pertama yang berpidato di hadapan Kongres. Presiden Bush mengatakan ia telah menjadi 'teman kebebasan sepanjang masa'.
Namun satu tahun kemudian, serangkaian skandal dan bencana mulai berdampak pada Keluarga Kerajaan.
Anak kedua Ratu, Duke of York dan istrinya Sarah berpisah. Kemudian Pangeran dan Putri Wales, Charles dan Diana, diklaim oleh media sebagai tidak bahagia. Mereka kemudian berpisah.
Tahun itu diakhiri dengan kebakaran besar di kediaman favorit Ratu, Istana Windsor. Insiden itu seolah melambangkan bahwa rumah kerajaan dalam kesulitan.
Simbol bangsa
Ratu menyebut 1992 sebagai 'tahun yang sulit' baginya, dan dalam pidato di London, tampak siap untuk mengadopsi monarki terbuka, untuk ditukar dengan media yang lebih 'halus.'
"Tak ada institusi, Kota, Monarki, apa pun itu, yang dapat berharap bebas dari pengawasan orang-orang baik yang setia mau pun tidak. Tapi kita berasal dari bahan yang sama dan pengawasan bisa efektif meski melibatkan kelembutan, humor dan pengertian."
Institusi kerajaan memang cenderung defensif.
Namnun Istana Buckingham dibuka untuk pengunjung untuk mengumpulkan uang untuk membayar biaya perbaikan Windsor dan diumumkan pula bahwa ratu dan Pangeran Wales akan membayar pajak pendapatan investasi.
Di luar negeri, harapan untuk Persemakmuran, sangat tinggi dan belum terwujud. Inggris telah berpaling dari mitra-mitra tua mereka dengan pengaturan baru di Eropa.
Ratu masih melihat ada nilai-nilai di Persemakmuran dan sangat puas ketika Afrika Selatan akhirnya menghapus apartheid.
Ia merayakannya dengan sebuah kunjungan ke negara itu pada Maret 1995.
Di rumah, Ratu terus berusaha mengukuhkan monarki sementara debat publik terus berlanjut untuk menentukan apakah institusi itu memiliki masa depan.
Saat Inggris berjuang untuk menemukan takdir baru, ia berusaha menjadi tokoh penyemangat dan dengan sebuah senyum bisa membuat momen yang hening menjadi terang.
Peran yang ia hargai di atas segalanya adalah simbol negara.
Tetapi, monarki terguncang dan Ratu memicu kritik setelah kematian Diana, Putri Wales dalam kecelakaan mobil di Paris pada Agustus 1997.
Duka cita
Saat publik berkumpul di depan istana-istana di London dengan karangan bunga, ratu tampak enggan memperlihatkan emosi seperti yang selalu ia coba lakukan saat momen-momen nasional yang penting itu.
Banyak kritikus yang tidak memperhitungkan fakta bahwa ia berasal dari generasi yang pantang menunjukkan histeria dalam duka cita khalayak umum di seluruh dunia pascakematian Putri Diana.
Ia juga merasa, sebagai seorang nenek, bahwa ia harus menghibur putra-putra Diana secara tertutup dalam lingkungan keluarga.
Ratu akhirnya membuat pernyataan secara langsung di televisi, mengutarakan duka cita untuk menantunya dan membuat komitmen bahwa monarki akan beradaptasi.
Kematian Ibu Suri dan adiknya, Putri Margaret -saat ulang tahun emas tahta 2002- juga mengurangi kegembiraan perayaan di seluruh negeri.
Namun, terlepas dari hal ini dan debat berkepanjangan akan masa depan monarki, jutaan orang berkumpul di The Mall, di depan Istana Buckingham, di malam perayaan tahta.
Dua peristiwa penting lain dalam hidupnya memberikan publik kesempatan untuk menunjukkan kecintaan mereka pada Ratu.
April 2006, ribuan orang berkumpul di jalan di dekat Windsor saat Ratu tampil di ulang tahunnya yang ke-80.
Dan pada November 2007, ia dan Pangeran Philip merayakan 60 tahun pernikahan dengan upacara yang dihadiri 2.000 orang di Gereja Westminster Abbey, London.
Ada pula satu momen bahagia pada April 2011 ketika Ratu menghadiri pernikahan cucunya, William, Duke of Cambridge, dengan Catherine Middleton.
Pada bulan Mei tahun itu juga ia menjadi penguasa Kerajaan Inggris pertama yang mengunjungi Republik Irlandia, sebuah peristiwa bersejarah bagi kedua negara.
Pada tanggal 9 September 2015, dia menjadi pemegang tahta paling lama dalam sejarah Inggris, melampaui nenek buyutnya Ratu Victoria.
Kurang dari setahun kemudian, pada April 2016, ia merayakan ulang tahun ke-90.
Ia terus menjalankan tugasnya walau usia sudah memasuki 90, dan sering melakukannya sendiri setelah suaminya pensiun pada 2017.
Ketegangan berlanjut pada keluarga - termasuk kecelakaan mobil suaminya, persahabatan Duke of York yang dinilai buruk dengan seorang pengusaha Amerika yang dihukum, dan kekecewaan Pangeran Harry yang semakin besar dengan kehidupan keluarga kerajaan.
Meski pun kerajaan tidak lagi sekuat saat Ratu Elizabeth II pertama kali bertahta, ia bertekad bahwa monarki harus terus menjadi sesuatu yang dicintai dan dihormati oleh rakyat Inggris.
Pada perayaan tahta perak 1977, ia mengingat sebuah janji yang ia lontarkan saat mengunjungi Afrika Selatan 30 tahun sebelumnya.
"Waktu saya berumur 21, saya berjanji mendedikasikan hidup saya untuk melayani rakyat dan saya meminta bantuan Tuhan untuk membuat tekad itu. Kendati sumpah itu dibuat ketika saya masih muda, saat saya masih hijau dalam menilai, saya tidak menyesali atau mencabut satu kata pun."
Kapan dan di mana pemakamannya berlangsung?
Ratu Elizabeth II telah wafat pada usia 96 tahun, mengakhiri pemerintahan terlama dalam sejarah monarki Inggris.
Sang ratu meninggal dunia dengan tenang, dikelilingi oleh keluarga besarnya di Kastil Balmoral yang terletak di dataran tinggi Skotlandia.
Di bawah ini adalah rencana persemayaman dan prosesi pemakaman kenegaraan Ratu Elizabeth II, yang memerintah Inggris sejak 1953.
Persemayaman sang Ratu
Dari Kastil Balmoral, peti jenazah Ratu Elizabeth II akan dibawa sejauh lebih dari 280km ke Edinburgh pada pukul 10.00, Minggu (11/09) waktu setempat.
Peti jenazah dijadwalkan tiba di Istana Holyroodhouse - kediaman resmi Monarki Inggris di ibu kota Skotlandia - pada pukul 16.00 waktu setempat.
Pada Senin (12/09) sore, peti jenazah Ratu Elizabeth II akan dibawa ke Katedral St Giles, Edinburgh, bersama anggota Keluarga Kerajaan. Akan ada misa di katedral tersebut dan jenazah Ratu akan disemayamkan di sana selama 24 jam bagi khalayak untuk memberikan penghormatan.
Keesokan harinya, Selasa (13/09), Putri Anne akan mendampingi mendiang ibunya saat diterbangkan kembali ke London. Peti jenazah Ratu Elizabeth II akan dibawa dari Bandara Edinburgh ke Istana Buckingham.
Pada Rabu (14/09) sore, peti jenazah Ratu Elizabeth II akan dibawa ke Westminster Hall, dijadwalkan tiba pada pukul 15:00 waktu setempat. Jenazah Ratu Elizabeth II akan disemayamkan di sana selama empat hari sebelum upacara pemakaman berlangsung.
Ini memungkinkan anggota masyarakat untuk melihat peti jenazahnya.
Westminster Hall adalah bagian tertua dari Istana Westminster, di jantung pemerintahan Inggris.
Anggota terakhir Keluarga Kerajaan yang disemayamkan di aula tersebut adalah Ibu Suri pada tahun 2002. Saat itu, lebih dari 200.000 orang mengantre untuk melihat peti jenazahnya.
Peti jenazah Ratu Elizabeth II akan diletakkan di atas platform tinggi, yang dikenal sebagai catafalque, di bawah aula beratap kayu dari abad ke-11.
Setiap sudut platform akan dijaga oleh tentara dari unit yang melayani Rumah Tangga Kerajaan.
Jenazah akan dibawa ke Westminster Hall dari Istana Buckingham dalam sebuah prosesi yang berjalan lamban, diiringi parade militer dan anggota Keluarga Kerajaan.
Warga juga akan dapat menyaksikan prosesi yang melewati jalan-jalan di jantung kota London.
Adapun layar lebar yang menyiarkan proses tersebut diperkirakan akan disiapkan di sejumlah taman kerajaan di London.
Peti jenazahnya akan diselimuti panji kerayaan Royal Standard dan ketika berada di Westminster Hall, mahkota kerajaan Imperial State Crown dan simbol kerajaan lainnya seperti orb dan spectre akan ditempatkan di atas peti tersebut.
Setelah peti mati ditempatkan di aula, misa singkat akan diadakan. Setelah itu masyarakat diperbolehkan masuk.
Kapan pemakaman Ratu digelar?
Misa pemakaman kenegaraan dilakukan di Westminster Abbey pada pukul 11:00, Senin (19/09).
Westminster Abbey adalah gereja bersejarah tempat raja dan ratu Inggris dinobatkan, termasuk penobatan Ratu Elizabeth II pada 1953.
Gereja itu juga menjadi tempat ia menikah dengan Pangeran Philip pada tahun 1947.
Belum ada upacara pemakaman raja atau ratu di Westminster Abbey sejak abad ke-18, kendati pemakaman ibu Ratu digelar di sana pada tahun 2002.
Kepala negara dari seluruh dunia akan bergabung dengan anggota keluarga kerajaan dalam pemakaman tersebut
Politisi senior Inggris dan mantan perdana menteri juga akan hadir.
Hari itu akan dimulai saat peti jenazah Ratu dibawa dari Westminster Hall ke Westminster Abbey menggunakan kereta meriam State Gun Carriage of the Royal Navy.
Kereta meriam itu terakhir digunakan pada 1979 dalam pemakaman paman Pangeran Phillip, Lord Mountbatten, yang ditarik oleh 142 anggota Angkatan Laut Kerajaan.
Anggota senior keluarga kerajaan, termasuk Raja baru, kemungkinan akan mengikuti prosesi pemakaman.
Misa tersebut kemungkinan akan dipimpin oleh Pendeta di Westminster, David Hoyle. Kemudian Uskup Agung Canterbury Justin Welby akan menyampaikan khotbah.
Adapun Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, mungkin dipanggil untuk menyampaikan pernyataan.
Setelah upacara pemakaman, peti jenazah Ratu Elizabeth II akan dibawa dalam prosesi berjalan kaki dari Westminster Abbey ke Wellington Arch, di Hyde Park, London, sebelum menuju ke Kastil Windsor dengan mobil jenazah.
Peti jenazah Ratu akan melakukan perjalanan terakhirnya sore itu ke Kapel St George di Kastil Windsor.
Popularitas Ratu tidak pernah memudar. (Foto: Tim Graham/PA)
Raja dan anggota senior keluarga kerajaan diharapkan bergabung dengan prosesi di Quadrangle di Kastil Windsor sebelum peti mati memasuki Kapel St George untuk sebuah prosesi.
Kapel St George adalah gereja yang kerap dipilih oleh keluarga kerajaan untuk pernikahan, pembaptisan, dan pemakaman.
Di sinilah Duke dan Duchess of Sussex - Pangeran Harry dan Meghan - menikah dan tempat ibadah pemakaman mendiang suami Ratu, Pangeran Philip diadakan.
Peti jenazah Ratu akan diturunkan ke Rubanah Kerajaan di Kapel St George, tempat Raja George VI dimakamkan. (*)
Tags : Ratu Elizabeth II, Inggris raya, Ratu Elizabeth II, Inggris raya, Pemimpin 7 Dekade, Memimpin Kerajaan Inggris, Ratu Elizabeth II Bersumpah Hidup untuk Melayani Rakyat,