PEKANBARU - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Pekanbaru kini membengkak jumlahnya, membuat kampanye 3M Plus (Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang bekas) Plus: Hindari gigitan nyamuk, Tidur menggunakan kelambu, Menyalahkan obat nyamuk perlu digalakkan.
"Kasus DBD di Pekanbaru membengkak."
"Delapan bulan berlalu, kasus DBD sudah meningkat jumlahnya sudah lebih 500 kasus DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Pekanbaru, Zaini Rizaldy.
Zaini menyebut kasus demam berdarah tersebut meningkat akibat peralihan antara musim panas dengan penghujan.
"Musim peralihan ini biasanya populasi nyamuk pun bertambah, sehingga membuat kasus mengalami peningkatan," sebut Zaini pada Minggu (18/9).
Zaini menyebut kasus demam berdarah banyak terjadi di lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya.
"Perlu upaya pencegahan secara rutin seperti menggelar gotong royong."
"Dengan menyingkirkan sampah botol bekas, ban bekas, plastik, dan sebagainya tidak menjadi tempat nyamuk berkembang biak," katanya.
Driinya menyebut dengan rutin membersihkan lingkungan bisa mengurangi jumlah orang yang terjangkit DBD di Pekanbaru.
Zaini mengatakan 70 persen penyebab kasus demam berdarah meningkat akibat faktor lingkungan yang tidak bersih.
"Kalau kebersihan lingkungan terabaikan, tentu nyamuk bakal bersarang di sana. Ditambah banyak sampah dan penampungan air," sebut Zaini.
Selain dari masyarakat, Diskes Pekanbaru melanjutkan program sebelumnya di antaranya mengoptimalkan kader jumantik.
Kini kasus DBD tercatat hingga 500-600 kasus hingga Senin 19 September 2022. Maka itu untuk antisipasi diharapkan masyarakat kembali merutinkan kegiatan gotong royong menjaga kebersihan.
"Pasca pandemi Covid-19 ada wabah DBD yang juga mengintai kita, makanya kita selalu ingatakan untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan apalagi situasi panca roba seperti sekarang," kata Anggota Komisi III DPRD Pekanbaru, Ruslan Tarigan.
Dia meminta pihak RT/RW untuk kembali aktif mengajak masyarakat menggalakkan gotong royong membersihkan perkarangan rumah warga.
"Jangan lengah dan disibukkan aktivitas diluar tapi lingkungan keluarga terbiarkan," sambungnya, Senin (19/9).
Kegiatan fogging hanya langkah antisipasi jangka pendek. Solusi terbaik menurutnya, dengan mengajak masyarakat bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan.
"RT dan RW harus aktif lagi mengajak masyarakat menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan memastikan tidak ada tumpukan sampah atau barang-barang belas yang menjadi sarang nyamuk dipekarangan," sebutnya.
Ia meminta pemerintah untuk kembali gencar kampanyekan 3M yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur benda yang bisa menampung air. Dengan begitu bisa meminimalisir tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti penyebab DBD.
"Kita akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal ini Diskes bagaiman upaya menekan angka DBD ini agar tidak bertambah. Mungkin sosialisasi 3M kembali digalakkan," katanya.
Tetapi Kadiskes Pekanbaru Zaini Rizaldy kembali mengingatkan kasus DBD meningkat akibat peralihan antara musim panas dengan penghujan. Selain itu kasus DBD banyak terjadi di lingkungan yang kotor.
"Kami mencatat hingga kini jumlahnya terus bertambah meningkat ada 654 kasus DBD sejak Januari 2022 hingga pertengahan September 2022 ini.
"Musim peralihan biasanya populasi nyamuk pun bertambah, sehingga membuat kasus mengalami peningkatan."
Berdasarkan data dari Diskes Kota Pekanbaru, kasus DBD tertinggi di Kecamatan Marpoyan Damai, ada 101 kasus DBD di kecamatan tersebut. Kemudian di Kecamatan Tuah Madani sebanyak 83 kasus, Payung Sekaki 78 kasus, Tenayan Raya 72 kasus, Rumbai 69 kasus, Bina Widya 48 kasus, Bukit Raya 43 kasus, Sukajadi 33 kasus dan Senapelan 30 kasus.
Selanjutnya di Kecamatan Limapuluh sebanyak 31 kasus, Rumbai Timur 27 kasus, Pekanbaru Kota 11 kasus, Rumbai Barat 7 kasus, dan Kulim 6 kasus.
Zaini menyebut, kasus DBD banyak terjadi di wilayah yang lingkungannya kurang terjaga kebersihannya. Satu cara mencegahnya dengan rutin melakukan gotong royong di lingkungan tersebut.
"Masyarakat bisa menyingkirkan sampah yang bisa menjadi sarang nyamuk. Ada di antaranya botol bekas, ban bekas hingga tempat makan atau minuman ternak," sebutnya.
Zaini menilai, dengan rutin membersihkan lingkungan tentu bisa mengurangi dampak DBD di wilayahnya. Ia menyebut 70 persen penyebab kasus DBD meningkat karena faktor lingkungan.
"Kalau kebersihan lingkungan terabaikan, tentu nyamuk bakal bersarang di sana. Ditambah banyak sampah dan penampungan air," tutupnya. (rp.sul/*)
Tags : Demam Berdarah Dengue, Kasus DBD Pekanbaru Membengkak, Galakkan Kampanye 3M Plus, Kesehatan,