"Selama setahun terakhir sains di balik Covid-19 yang saat ini masih terus bermutasi lalu apa yang selama ini sudah dipelajari dan apa yang belum diketahui?"
alah satu tantangan untuk memahami Covid-19 adalah bahwa semua perkembangan sains terjadi dalam sorotan publik. Biasanya, membaca tentang penelitian ilmiah, temuan sains itu seperti dirilis BBC telah melalui tahap pengawasan, pengembangan, dan evaluasi. Baik terobosan dalam pengobatan kanker, pemahaman baru tentang otak, ataupun penemuan air di Mars, berita sains itu sering kali didasarkan pada makalah di jurnal yang dikirimkan beberapa bulan sebelumnya.
Dan temuan itu pun biasanya sudah melalui proses penelaahan sejawat sebidang. Sains sebenarnya terjadi di laboratorium, di dalam mesin MRI, atau di permukaan planet jauh sebelum diketahui manusia. Sains sebenarnya bukan suatu rahasia, tapi orang jarang memperhatikannya sebelum temuan tersebut diterbitkan dalam jurnal. Yang berbeda dengan Covid-19 adalah kita semua, sebagai entitas publik, baik politikus, hingga jurnalis, mengalami peristiwa sains ini di garis depan.
Dalam batas antara yang diketahui dan yang tidak diketahui, penelitian menjadi berantakan, membingungkan, dan terkadang kontradiktif. Bias dan tendensi manusia melakukan kesalahan mungkin mempengaruhi cara pandang kita terhadap penyakit ini. Tapi begitulah cara kerjanya. Inilah cara mengetahui bagaimana hal-hal di dunia terjadi dan bagaimana kita bergerak maju menuju pemahaman yang lebih baik sebagai makhluk hidup.
Kita bisa percaya bahwa sains memiliki langkah koreksi diri di dalamnya karena ini adalah upaya bersama. Temuan diuji dan terus diuji ulang, baik direplikasi atau tidak. Beragam kajian yang bermunculan memberikan gambaran lebih jelas dan 'sedikit lebih benar' tentang fenomena di dunia. Urgensi pandemi tidak memberikan kita kemewahan berupa waktu untuk mencapai konsensus, menyatukan perbedaan dan menghindari yang salah. Situasi ini menjaditantangan tersendiri.
Temuan yang belum pasti benar dan tidak melalui proses penelaahan rekan sejawat sebidang kini diberi bobot lebih dari biasanya. Alasannya, belum ada bukti yang lebih kuat. Dalam beberapa peristiwa, suara tunggal yang kontroversial bahkan digaungkan. Ilmuwan dengan pandangan berbeda bersuara agar kita semua dapat mendengarnya. Adapun, sebagian dari yang kita pikir kita ketahui satu tahun lalu kini sudah berubah, berkembang, tapi sebagian lainnya masih belum jelas.
Sekarang, satu tahun sejak pandemi dimulai, sekarang saatnya menelaahnya secara hati-hati. Apa yang telah kita pelajari dan apa yang masih belum jelas atau tidak kita ketahui? Dan pertanyaan baru apa yang muncul? Ini sama sekali bukan daftar yang luar biasa, dan ini adalah daftar yang akan terus kami perbarui saat kami mengetahui hal terbaru. Seiring dengan berkembangnya bukti ilmiah, upaya menghindari penularan via udara di dalam ruangan semakin penting. Membersihkan permukaan benda, memakai masker, dan mencuci tangan tetap penting.
Ventilasi ruangan untuk mengalirkan udara segar memiliki derajat urgensi yang setara dengan sejumlah protokol tadi. Karena awalnya tidak ada data pasti, pada awal pandemi beberapa negara seperti Inggris enggan merekomendasikan pemakaian masker. Di sisi lain, negara lain menganjurkannya. Kebijakan dengan pendekatan kehati-hatian terbukti unggul. Masker terbukti menjadi cara sederhana dan efektif untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun, hanya memakai pelindung wajah tetap bukan pencegahan yang efektif.
Di tengah urgensi karantina wilayah dan prinsip jarak sosial, faktor penting lainnya dalam memerangi virus corona terancam dilupakan, yaitu mencuci tangan. Meski penularan melalui permukaan benda mati sekarang dianggap relatif tidak mungkin, ada bukti bahwa virus dapat ditemukan di tangan orang yang terinfeksi. Jadi, ada kemungkinan mereka dapat menularkannya ke orang lain. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk tidak sadar menyentuh wajahnya sendiri.
Virus mempengaruhi orang secara berbeda
Selain perbedaan usia, ternyata virus corona lebih berdampak serius terhadap laki-laki pria ketimbang perempuan. Beberapa kelompok ras juga terbukti lebih rentan daripada yang lain. Beberapa orang juga memiliki semacam kekebalan tersembunyi yang misterius, yang mungkin sudah mereka miliki jauh sebelum pandemi terjadi. Meskipun Covid-19 adalah penyakit akibat virus pernapasan, kerusakan yang diakibatkan virus corona tidak terbatas pada paru-paru.
Sekarang para ilmuwan tahu bahwa virus corona dapat menginfeksi sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan mempengaruhi berbagai organ penting lainnya, seperti jantung, otak, ginjal, hati, pankreas, serta limpa. Efek virus ini ditemukan bahkan pada orang muda yang berisiko rendah. Tidak ada yang tahu berapa lama dampak terhadap organ tubuh itu akan terjadi atau apakah mereka akan sembuh sepenuhnya.
Serangkaian penelitian menunjukkan bahwa orang yang rentan terhadap bias informasi ini cenderung tidak mencemaskan penyebaran Covid-19. Orang dalam kategori ini juga cenderung tidak mendukung protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, mencuci tangan, atau memakai masker. Ilmuwan pembuat vaksin bergerak sangat cepat, di bawah tekanan luar biasa. Dengan beban harapan dari masyarakat seantero dunia, mereka mampu menciptakan vaksin yang aman dan efektif, yang telah diuji klinis secara ketat.
Tapi itu disertai dengan beberapa peringatan penting. Tingkat efikasi bergantung pada vaksin. Dalam beberapa kasus, belum tersedia cukup data untuk memastikannya. Sampai Anda menerima dosis penguat dan lebih banyak orang yang divaksinasi, penting untuk terus menjaga jarak, memakai masker, dan mengikuti anjuran kesehatan lainnya. Faktanya, sangat melegakan jika membayangkan bahwa perlindungan yang diberikan vaksin dosis tunggal sangat efektif.
Kekebalan kelompok atau herd immunity adalah sejenis resistensi penyakit yang terjadi dalam suatu populasi akibat dari penumpukan kekebalan pada individu. Namun bertentangan dengan kesan yang mungkin Anda dapatkan selama pandemi, kekebalan kelompok tidak bisa terjadi dengan membiarkan virus corona menyebar secara sengaja. Banyak ilmuwan sekarang percaya bahwa setiap upaya untuk membiarkan penyebaran virus corona justru akan menyebabkan tingkat kematian yang sangat besar.
Kekebalan kelompok dapat diperoleh melalui vaksin. Cara menuju kekebalan ini sangat minim korban dan dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi alami. Konon, vaksin Covid-19 saat ini tidak dinilai dari kemampuannya untuk mencegah penyebaran virus. Sebaliknya, vaksin kini dinilai dari kemampuannya mencegah seseorang mengalami gejala atau jatuh sakit.
Penelitian tentang apakah vaksin juga akan mencegah penularan virus masih berlangsung. Namun ada beberapa indikasi awal bahwa vaksin Pfizer-BioNTech dan Oxford-Astrazeneca dapat mengurangi penularan. Ada beberapa petunjuk awal bahwa vaksin lain mungkin juga dapat menghentikannya penularan sepenuhnya.
Ada banyak alasan mengapa variasi ini terjadi, salah satunya menghitung kematian. Dampaknya adalah sulitnya membandingkan angka kematian di berbagai negara. Bukan cuma saat pandemi Covid-19, perbedaan cara menghitung kematian biasanya juga terjadi ketika epidemi lainnya terjadi. Strategi negara seperti Kanada dan Taiwan menangani wabah SARS tahun 2003 membawa banyak pelajaran untuk mengatasi pandemi virus corona. Salah satunya adalah betapa penting melacak individu yang terinfeksi dan merawat yang terpapar di bangsal isolasi.
Di Sardinia abad ke-16, seorang dokter menerbitkan panduan tentang jarak sosial selama wabah penyakit terjadi. Inilah yang tampaknya diadaptasi saat pandemi virus corona, sampa-sampai muncul rekomendasi di Inggris bahwa hanya satu orang per rumah tangga yang boleh pergi ke luar rumah untuk berbelanja. Pada tahun 1976, AS gagal meluncurkan vaksin dan pemerintahan mereka kehilangan kepercayaan publik. Pengalaman itu menjadi pembelajaran bagi upaya vaksinasi saat ini.
Ilmu pengetahuan terus bergulir dan kita masih mempelajari virus corona. Ini adalah beberapa hal yang tidak kita ketahui saat ini. Berapa lama orang dengan gejala panjang Covid-19 akan terpengaruh? Apa dampak epigenetik virus itu? Dengan kata lain, apakah efek virus ini akan diturunkan dari generasi ke generasi? Setiap kali virus corona menular dari orang ke orang, virus ini mengubah sebagian kecil kode genetiknya. Tapi saat ini ilmuwan mulai memperhatikan pola mutasi virus ini.
Meski emisi gas rumah kaca dan polutan udara dalam jangka pendek turun secara signifikan pada awal karantina global, tingkatannya secara cepat meningkat lagi selama tahun ini. Secara keseluruhan, emisi CO2 turun lebih dari 6% pada tahun 2020. Namun ada kemungkinan pandemi akan menimbulkan dampak yang lebih panjang. Ahli lingkungan bertanya apakah respons terhadap krisis Covid-19 dapat ditiru untuk menindaklanjuti respons kita terhadap perubahan iklim. Silakan kembali lagi pada masa depan untuk mencari tahu lagi, apa yang telah kami pelajari dan saat kami mulai mendapatkan jawaban untuk beberapa hal yang tidak diketahui.
Kampanye vaksinasi massal sedang dilakukan untuk melawan virus corona
Serangkaian vaksin, yang dirancang dengan cara sangat berbeda, digunakan untuk mengurangi kemungkinan orang jatuh sakit, membutuhkan perawatan di rumah sakit, atau meninggal dunia. Dua vaksin baru baru saja terbukti bekerja dalam uji klinis skala besar. Sudah lebih dari setahun sejak virus pertama kali muncul, namun sebagian besar orang masih rentan terhadap virus tersebut. Pembatasan sosial adalah satu-satunya hal yang bisa mengendalikan penyebaran virus.
Vaksin mengajarkan tubuh kita untuk melawan infeksi dan merupakan "strategi keluar dari pandemi". Tiga besar vaksin dikembangkan oleh Pfizer / BioNTech, Moderna dan Oxford / AstraZeneca. Pfizer dan Moderna sama-sama telah mengembangkan vaksin RNA - pendekatan baru yang pengembangannya sangat cepat. Mereka menyuntikkan sebagian kecil kode genetik virus ke dalam tubuh, yang menghasilkan bagian dari virus corona dan tubuh kemudian akan membuat pertahanan.
Vaksin ini telah disetujui untuk digunakan di Inggris, Eropa dan AS. Vaksin Oxford sedikit berbeda karena menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk membawa materi genetik yang sama ke dalam tubuh. Vaksin ini adalah yang paling mudah untuk digunakan dibandingkan kedua vaksin lainnya karena dapat disimpan di lemari es, alih-alih membutuhkan suhu yang sangat dingin. Semua vaksin seharusnya diberikan dalam dua dosis, tetapi Inggris memprioritaskan pemberian dosis pertama sebanyak mungkin dan menunda yang kedua.
Data dari uji coba skala besar pada dua vaksin baru juga telah dipublikasikan baru-baru ini. Vaksin buatan Janssen dan Novavax sekarang akan ditinjau oleh regulator obat sebelum dapat digunakan dalam upaya vaksinasi massal. Vaksin Janssen menggunakan teknik yang sama seperti Oxford, tetapi yang terpenting, vaksin ini diberikan sebagai suntikan tunggal, bukan dua suntikan. Vaksin ini hanya membutuhkan lemari es untuk disimpan. Produksi satu miliar dosis yang direncanakan tahun ini dapat membuat dampak yang signifikan di seluruh dunia.
Novavax menggunakan pendekatan kuno yang berbeda untuk vaksin, yakni dengan protein dari virus dan bahan kimia digunakan untuk mengembangkan sistem kekebalan. Vaksin Sinovac, CanSino dan Sinopharm telah dikembangkan oleh para ilmuwan di China. Sejumlah kesepakatan telah ditandatangani dengan negara-negara lain di Asia dan Amerika Selatan untuk memperoleh vaksin itu. Sekitar satu juta orang di China dilaporkan telah diberi suntikan Sinopharm. Sementara itu, data terkait vaksin Sputnik V, yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Gamaleya Rusia, telah diterbitkan.
Data uji coba awal menyebut bahwa vaksin itu efektif dan beberapa orang telah diimunisasi. Sulit untuk membandingkan hasil satu perusahaan dengan yang lain karena uji coba mereka dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda. Namun, semua vaksin utama tampaknya berdampak besar pada kemungkinan Anda membutuhkan perawatan di rumah sakit atau meninggal karena Covid. Namun, salah satu pertanyaan terpenting - apakah vaksin akan membuat Anda tidak menyebarkan virus - sampai sejauh ini belum terjawab.
Memahami metode mana yang menghasilkan hasil terbaik akan dilakukan dalam challenge trials, yakni metode yang dengan sengaja menginfeksi orang dengan virus. Versi baru dari virus corona muncul di negara-negara di seluruh dunia. Namun, ada peringatan pada data Janssen dan Novavax yang memiliki data "dunia nyata" pertama terkait varian baru. Keduanya menunjukkan penurunan efektivitas keseluruhan di Afrika Selatan, di mana varian baru dan mengkhawatirkan telah menyebar. Hasilnya masih bagus dan jelas lebih baik daripada tidak ada vaksin sama sekali, tetapi mereka menekankan bagaimana virus corona adalah seperti target yang bergerak.
Kita mungkin perlu mengubah vaksin yang kita gunakan di masa mendatang. Manufaktur berskala besar untuk menghasilkan miliaran dosis vaksin dan mendistribusikannya ke seluruh dunia. Riset untuk mengetahui berapa lama perlindungan vaksin dapat bertahan Penelitian untuk menemukan efek vaksin terhadap penyebaran virus. (*)
Tags : Setahun Pandemi, Banyak yang Tidak Diketahui dan Tidak Dimengerti, Covid-19,