Entertaiment   2021/01/27 11:15 WIB

Shahira Yusuf Model Berhijab di Gadang-gadang jadi Bintang Besar

Shahira Yusuf Model Berhijab di Gadang-gadang jadi Bintang Besar
Mariah Idrissi tampil dalam sebuah iklan retail pakaian dari Swedia, H&M.

ENTERTAINMENT - Menatap penampilan perempuan berusia 20 tahun ini, Anda mungkin tidak mengira dia sedang digadang-gadang untuk menjadi bintang besar di dunia mode.

Ya, Shahira Yusuf, gadis kelahiran London, Inggris bukanlah model biasa di panggung peragaan busana. Dia akan menjadi salah satu model Inggris pertama yang mengenakan jilbab. "Pertama kali saya ditemui oleh seorang pencari bakat saat berusia 17 tahun. Tapi saya belum siap saat itu. Ketika masih remaja, kita masih naif. Dan hidup di dunia yang tidak realistis ini, kita harus dewasa -jika tidak industri seperti ini bisa menelanmu," katanya.

Kami bertemu dengannya di kantor manajemen Storm yang sibuk. Dengan mengenakan jilbab abu-abu, model yang bertutur halus itu mengatakan bahwa dia menetapkan batas yang jelas tentang apa yang akan dan tidak akan dilakukannya. Dalam seluruh pengambilan foto saat tes untuk menjadi model, dia mengenakan pakaian tertutup. Dia ditemukan oleh pendiri agen model Sarah Doukas - yang juga menemukan model profesional Kate Moss.

Tahun lalu, Shahira menjadi pembicaraan setelah mengunggah cuitan yang menjadi viral, dengan foto dirinya yang mengenakan setelan longgar berwarna abu-abu. Foto tersebut diberi keterangan yang berbunyi: "Saya bukan Kendall Jenner, tapi saya seorang gadis Muslim kulit hitam dari London timur yang akan berkiprah di industri modelling."

Shahira lahir di Inggris tetapi keluarganya berasal dari Somalia. "Saya sadar akan fakta bahwa itu penampilan yang sangat Muslim tetapi itu bukan masalah besar," tuturnya saat menjelaskan tentang pemakaian jilbab dirilis BBC.

"Saya tidak ingin dianggap sebagai simbol saja. Saya tidak ingin menjadi model dari latar belakang etnik tertentu atau agama lain untuk meretas jalan. Saya ingin menempuh jalan untuk berada di sana, untuk menjadikan gadis berjilbab menjadi hal yang biasa karena hal itu adalah hal biasa di luar lingkup dunia model. "

Dia bangga dengan kenyataan bahwa dia mungkin dapat memberdayakan gadis-gadis Muslim muda lainnya untuk melakukan hal-hal yang mungkin dianggap di luar jangkauan mereka. "Bagus kalau bisa memberi harapan dan motivasi."

Agen Shahira, Billy Mehmet membawahi para model pendatang baru yang berjumlah 50 di manajemen Storm. Dia mengatakan merekrut seorang perempuan muda seperti Shahira tidak bertentangan dengan tuntutan biasa industri mode.

"Industri ini terus berubah," katanya. "Klien kami menginginkan gadis-gadis yang lebih dari sekadar model, apakah itu seorang aktivis atau seniman. "Shahira akan membuka pintu bagi banyak gadis lainnya yang mengenakan jilbab untuk berpikir bahwa mereka bisa menjadi seorang model dan tidak ada alasan mengapa mereka tidak bisa. Mengapa tidak, seorang gadis dengan hijab menjadi model yang berjalan di panggung?"

Bukan hanya Shahira yang membuka jalan baru. Semakin banyak gadis Muslim di Inggris berjilbab yang menggunakan fesyen untuk menyatakan sikap. Mereka biasanya menjadi blogger kecantikan di Twitter dan Instagram. Kita melihat ratusan dari mereka yang begitu bersemangat membanjiri pusat kota London untuk menghadiri acara Modest Fashion. Dengan mengenakan tunik cerah, hijab sutra, dan gaun panjang buatan desainer, mereka tak henti mengambil foto selfie untuk diunggah di media sosial.

Mereka memiliki daya beli yang tinggi dan datang untuk melihat apa yang ditawarkan oleh para desainer Muslim dari seluruh dunia. Hijab dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna adalah aksesori pilihan.

Pasar yang tengah melejit

Begitu banyak perancang turban, hijab, dan gamis, menggambarkan dengan jelas mengapa pasar mode Islam bisa bernilai $368 miliar atau sekitar Rp5 triliun pada tahun 2021. Di dunia olahraga, dampaknya juga sudah terlihat. Awal tahun ini, perusahaan raksasa olahraga Nike mengeluarkan produk hijab olahraga pertamanya dengan model Zahra Lari - atlet seluncur pertama yang berkompetisi mengenakan hijab. Ini sangat berbeda dengan masa lalu di Inggris. Kami sama-sama dari latar belakang Muslim, tetapi memakai hijab itu bukan hal biasa, terutama di kalangan perempuan muda. Jilbab tidak dipandang sebagai pakaian modis ketika dikenakan, tetapi merupakan ekspresi diam-diam konservatisme Islam.

Jadi bagaimana hijab bisa menjadi populer?

Faeeza Vaid dari Jaringan Perempuan Muslim yakin bahwa politik telah memainkan peran. "Meskipun beberapa diantaranya menyebutkan 'alasan agama', hijab adalah bagian dari ekspresi dalam konteks ketika identitas mereka tengah ditantang," katanya.

"Bagi banyak anak muda dewasa ini, sejarah mereka dimulai setelah peristiwa 11 September atau yang dikenal dengan nama 9/11. Kaum muda Muslim tumbuh dengan pertanyaan tidak masuk akal seperti 'apakah Anda orang Inggris atau Muslim?'. Dalam diperlakukan sebagai 'orang lain', kebutuhan untuk menjadi lebih kuat, dan identitas agama menjadi tempat di mana orang-orang mencari ketenangan. "

Hal ini tentu berlaku untuk Mariah Idrissi yang berusia 25 tahun. Dengan lebih dari 70.000 pengikut di Instagram, dia adalah salah satu bintang media sosial di acara Modest Fashion ini. Dia juga muncul di iklan retail pakaian Swedia, H & M. "Saya memilih untuk mengenakan hijab sekitar delapan tahun yang lalu," katanya.

"Ini bagian dari saya dan bagian dari karir saya. Ini bagian dari identitas saya. Saya melihat media Barat tidak menampilkan Muslim dengan patut. Kalau ada yang tampil, ternyata tidak sesuai harapan. Jadi saya ingin berada di media dan menggunakan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. "

Tetapi jika hijab adalah tentang mengalihkan pandangan dari pemakainya, mengapa kaum perempuan ini menjadi fotomodel? Ada kontradiksi, kata beberapa ulama Muslim, tentang cara sejumlah perempuan muda mengenakan hijab. Dr Haifaa Jawad adalah direktur Pusat Studi Islam dan Timur Tengah di Universitas Birmingham. Dia mengatakan gadis-gadis Muslim dengan riasan yang rapi dan pakaian modis tetapi mengenakan jilbab bisa dipandang sebagai problematik.

"Tujuan mengenakan pakaian yang sopan adalah agar terlihat sopan, bukan untuk menarik perhatian. Riasan tebal serta pakaian yang terlihat modis mengalahkan tujuan berpakaian sopan. Maksud dari hijab tersebut bukanlah untuk menarik perhatian."

Meski Mariah Idrissi mengaku terkadang dia kerepotan dalam mencari keseimbangan, dia juga yakin untuk mengenakan hijab dan peduli tentang penampilannya agar tidak terlihat ekslusif. Banyak perempuan muda Muslim yang tidak akan bersembunyi dan malah merasa lebih diberdayakan dengan memakai hijab, katanya.

Sebagian orang sepenuhnya keberatan dengan hijab, yang pandang sebagai sesuatu yang menindas dan menakutkan. Bagi mereka, hampir ada asumsi yang tak tergoyahkan bahwa perempuan yang menutup auratnya dipaksa oleh ayah atau suaminya. Tetapi bagi para perempuan yang kami ajak bicara, kata kuncinya adalah pilihan. Jika mereka mengenakan hijab, mereka mengatakan itu merupakan pertanda keimanan, feminisme, dan yang terpenting - karena mereka menginginkannya. Mereka melihat dilibatkannya para perempuan yang memakai hijab di dunia mode merupakan sebuah isyarat positif dari integrasi.

Bagi model Shahira Yusuf, hijab tidak dirancang untuk menciptakan perbedaan dan ambisinya mencerminkan hal itu. "Mimpi saya? Menjadi model yang menghiasi sampul majalah Vogue Inggris. Itulah cita-cita dan mimpi saya. Lagipula saya kan orang Inggris". (*)

Tags : Shahira Yusuf, Model Berhijab, jadi Bintang Besar,