AGAMA - Syaban 1446 Hijriah dimulai pada Jumat, 31 Januari 2025. Momentum ini sangat cocok dimanfaatkan para khatib untuk membawakan khutbah Jumat tentang amalan dan keutamaan Syaban. Berikut ini beberapa teks khutbah Jumatnya!
Dalam urutan kalender Hijriah, Syaban diapit dua bulan agung, yakni Rajab dan Ramadhan. Karena posisinya ini, umat Islam kadang kala lalai untuk banyak beribadah padanya. Padahal, Syaban memiliki amalan dan keutamaan khusus yang membuatnya unik.
Topik seputar amalan dan keutamaan Syaban bisa khatib bawakan saat mengisi khutbah Jumat. Dengan demikian, umat Islam yang mendengarkannya mengetahui secara lengkap tentang apa saja amalan Syaban maupun keutamaannya.
Tujuh teks khutbah Jumat 31 Januari 2025 yang dihimpunkan untuk dibaca setiap khutbahnya tanpa terkecuali.
Segala puji hanya milik Allah, yang dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di tempat ibadah ini pada hari yang penuh berkah, yakni Jumat yang mulia.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw keluarga, dan para sahabatnya yang setia meniti jejak kebenaran.
Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Caranya cukup sederhana yaitu mengerjakan apa yang telah menjadi perintah, dan meninggalkan seluruh larangan-Nya.
Bila konsisten seperti itu, insyaAllah kita dapat merasakan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Bulan Sya'ban telah tiba, dan dengan setiap matahari yang terbit, kita semakin mendekati bulan Ramadan yang mulia.
Bagi umat Islam, Sya'ban bukanlah sekadar bulan biasa; ia adalah waktu yang diberkahi dan dianggap sebagai masa persiapan diri untuk menyambut bulan penuh berkah tersebut.
Rasulullah Saw memberikan teladan yang sangat berarti mengenai pentingnya memperbanyak puasa sunah di bulan Sya'ban.
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari jalur 'Aisyah memberikan gambaran nyata tentang praktek Rasulullah dalam menyambut bulan penuh keberkahan, Ramadan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُ حتَّى نَقُولَ: لا يُفْطِرُ، ويُفْطِرُ حتَّى نَقُولَ: لا يَصُومُ، فَما رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إلَّا رَمَضَانَ، وما رَأَيْتُهُ أكْثَرَ صِيَامًا منه في شَعْبَانَ
"Dari Siti 'Aisyah ra berkata: "Rasulullah berpuasa hingga kami menyangka Ia berbuka, dan berbuka hingga kami menyangka Ia tidak berpuasa, dan aku tidak pernah melihat Rasul menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasul memperbanyak puasanya daripada berpuasa di bulan Sya'ban".
Dalam petuahnya, Rasulullah mengajak umatnya untuk merenungkan betapa berharganya waktu di bulan Sya'ban. Meskipun Rasulullah menjalani puasa sunah di bulan ini, bukan berarti puasa tersebut menjadi kewajiban.
Puasa Sya'ban dapat dianggap sebagai persiapan batin dan fisik, sebagai sebuah detik-detik terakhir menjelang "bulan penuh rahmat".
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Marilah kita sambut bulan Sya'ban dengan hati yang bersih, semangat yang membara, dan niat yang tulus.
Memperbanyak puasa sunah seperti puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, atau bahkan puasa Daud menjadi langkah awal menuju perubahan positif dalam diri kita.
Sambutlah bulan ini sebagai ladang amal yang subur, tempat kita menanam benih kebaikan yang akan kita panen di akhirat kelak.
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menggambarkan keutamaan yang sungguh luar biasa dari melaksanakan puasa sunah. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعْدَ اللَّهُ تَعَالَى وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيفًا
"Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, niscaya Allah akan menjauhkan dirinya dari neraka sejauh jarak tujuh puluh tahun."
Keutamaan ini bukan hanya terbatas pada keberuntungan terhindar dari siksaan neraka, namun juga menunjukkan betapa besar rahmat Allah kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menjalankan ibadah-Nya.
Puasa sunah bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membawa hamba kepada kedekatan dengan Sang Pencipta.
Jamaah jumat yang dimuliakan Allah,
Bulan Sya'ban bukan hanya sebagai awal pembukaan tirai Ramadan, tetapi juga sebagai kesempatan bagi umat Islam untuk membersihkan hati, memperbanyak amal ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan memperbanyak puasa sunah di bulan Sya'ban, kita dapat mempersiapkan jiwa dan raga agar siap menyongsong bulan penuh berkah, Ramadan, dengan penuh kekhusyukan.
Oleh karena itu, mari manfaatkan bulan Sya'ban dengan sebaik-baiknya. Perbanyaklah puasa sunah, perdalam ibadah, dan perkokoh niat untuk menyambut Ramadan dengan hati yang bersih dan jiwa yang penuh keimanan. Sebab, di setiap detiknya, bulan Sya'ban menawarkan peluang keemasan untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Dengan itu, kita siapkan diri, sembari menantikan datangnya bulan Ramadan sebagai tamu agung yang membawa berkah dan keampunan.
Semoga setiap amalan yang kita lakukan di bulan ini menjadi catatan indah di hadapan Allah SWT. Aamiiin.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Pada kesempatan ini khatib mengajak jamaah dan diri khatib sendiri untuk bersyukur kepada Allah swt atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. kedua, khatib juga mengajak jamaah sekalian untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw atas segala kasih sayang dan pengorbanan dakwahnya.
Pada bulan Sya'ban ini khatib mengajak jamaah dan diri khatib sendiri untuk kembali dan bertobat kepada Allah. Pada bulan yang baik untuk menyambut bulan suci Ramadhan ini, mari sama-sama kita merendahkan diri dan memohon ampunan Allah atas segala dosa dan kekeliruan kita.
Pada Surat Al-Baqarah ayat 222, Allah menyampaikan bahwa Dia menyukai orang-orang yang bertobat dan membersihkan diri:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya, "Sungguh, Allah menyukai orang yang bertobat dan menykai orang yang menyucikan diri," (Surat Al-Baqarah ayat 222).
Pada banyak riwayat, kita dapat menemukan anjuran dan isyarat agar kita manusia bertobat kepada Allah. Kita menemukan bagaimana Allah membuka pintu tobat-Nya 1 x 24 jam. Kita mendapati kemurahan dan kasih sayang Allah dengan keterbukaan pintu tobat-Nya:
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Artinya, "Dari sahabat Abu Musa as dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, 'Sungguh, Allah swt membuka tangan-Nya pada malam hari agar pendosa di siang hari dapat bertobat dan menggelar tangan-Nya pada siang hari agar pendosa di malam hari dapat bertobat sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya,'" (HR Muslim).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Allah memberikan kemurahan-Nya kepada kita dalam hal pertobatan. Allah menunggu kita untuk menghadap dan bersimpuh di hadapan-Nya dengan mengingat segala dosa yang pernah kita lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja. Allah tidak perduli seberapa banyak dan besar dosa kita kepada-Nya.
Nabi Muhammad saw menggambarkan kemurahan Allah saw dalam menerima tobat manusia.
Dalam riwayat haditsnya, Nabi Muhammad saw menyebut penerimaan Allah atas tobat manusia sebesar apapun dosa manusia.
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ وصحيح سنن ابن ماجة
Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, 'Andai kalian keliru hingga mencapai langit, lalu kalian bertobat, niscaya ia akan menerima tobat kalian,'" (HR Ibnu Majah).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 222, Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan memohon ampunan kepada-Nya. Allah menyukai orang-orang yang beristighfar dan bersimpuh memohon ampunan-Nya.
Pada hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw menjelaskan kesenangan Allah pada istighfar dan permohonan ampun hamba-Nya. Bahkan Allah akan membinasakan manusia satu generasi yang tidak memohon ampun karena tidak memiliki dosa dan menggantinya dengan generasi baru yang akan memohon ampunan-Nya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ
Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, 'Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, andai kalian tidak berdosa, niscaya Allah akan membinasakan kalian dan mengganti kalian dengan kaum baru yang berdosa, lalu meminta ampun, dan akhirnya Allah mengampuni mereka,'" (HR Muslim).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sebagai penutup khutbah Jumat yang singkat ini, khatib mengutip hadits riwayat Imam At-Thabarani berikut ini terkait memperbaiki diri dengan niat dan tekad untuk tidak mengulang perbuatan dosa yang pernah dilakukan di masa lalu.
عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ أَحْسَنَ فِيْمَا بَقِيَ غُفِرَ لَهُ مَا مَضَى وَمَنْ أَسَاءَ فِيْمَا بَقِيَ أُخِذَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ الطبراني
Artinya, "Dari sahabat Abu Dzar ra, ia berkata, Rasulullah saw, 'Siapa saja yang berbuat baik pada sisa usianya, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. Tetapi siapa yang berdosa pada sisa umurnya, niscaya disiksa perbuatan dosanya yang telah lalu dan dosa pada sisa usianya,'" (HR At-Thabarani).
Demikian khutbah Jumat singkat ini, semoga Allah memberikan kesempatan dan meringankan jalan bagi kita untuk duduk bersimpuh merendahkan diri di hadapan-Nya serta mengakui segala dosa dan memohon ampunan-Nya. Dan kita yakin Allah membuka lebar pintu tobat-Nya.
Hadirin rahimakumullah. Pada kesempatan yang mulia ini, di atas mimbar, khatib mengajak kepada jamaah Jumat sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, yakni dengan sungguh-sungguh menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu (QS Al-Hujurat: 13).
Hadirin rahimakumullah. Segala puji hanya milik Allah swt, yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan Sya'ban. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan umatnya yang istikamah mengikuti petunjuk beliau hingga hari kiamat.
Pada bulan Sya'ban yang penuh berkah dan mulia ini, alhamdulillah kita semua masih bisa berjumpa dengan saling silaturahim dan bermunajat kepada Allah swt dalam ibadah shalat Jumat.
Semoga Allah selalu memberkahi hidup kita, terutama pada bulan Sya'ban ini, sebagaimana disebut khusus dalam doa Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Anas bin Malik:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ، وَشَعْبَانَ، وَبِلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: Ya Allah, semoga Engkau beri keberkahan kepada kami dalam bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikan lah kami pada bulan Ramadhan.
Hadirin rahimakumullah.
Sya'ban adalah bulan yang menjadi penghubung antara bulan Rajab dan bulan Ramadan, dan bulan ini memiliki banyak keutamaan yang sering kali kurang diperhatikan oleh kaum Muslimin. Rasulullah saw bersabda:
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: Wahai Rasul, saya tidak pernah melihat anda berpuasa di antara bulan-bulan sebagaimana anda melakukan puasa pada bulan Sya'ban. Kemudian Rasulullah menjawab, "Sya'ban itu merupakan bulan yang dilupakan banyak manusia antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu, amal-amal dilaporkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Aku suka jika amalku dilaporkan sedang aku dalam keadaan berpuasa."
Hadirin rahimakumullah.
Ada beberapa amalan yang dianjurkan untuk kita lakukan di bulan Sya'ban:
1. Memperbanyak puasa sunnah Rasulullah saw sangat memperbanyak puasa di bulan Sya'ban hingga hampir menyamai puasanya di bulan Ramadhan. Hal ini bisa dilihat dari hadits Nabi di atas. Dalam hadits yang lainnya, Rasulullah saw juga bersabda tentang menjalankan berpuasa di bulan ini:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Artinya: Nabi Muhammad tidak pernah melakukan puasa bulanan (selain Ramadhan) lebih banyak dari pada bulan Sya'ban. Sesungguhnya beliau puasa sebulan penuh (HR Bukhari dan Muslim).
Puasa sunnah di bulan ini juga dapat menjadi latihan untuk membiasakan tubuh kita berpuasa sebelum datangnya bulan Ramadhan.
2. Memperbanyak istighfar dan doa Bulan Sya'ban adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah, serta berdoa untuk kebaikan di dunia dan akhirat.
Rasulullah saw bersabda:
يَطَّلِعُ اللهُ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ اِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Artinya: Allah swt melihat kepada semua makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan Sya'ban, maka Dia memberi ampunan pada semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan (dengan saudaranya) (HR At-Thabrani).
Hadirin rahimakumullah.
3. Memperbaiki hubungan dengan sesama Karena salah satu penghalang ampunan Allah adalah permusuhan antar sesama, maka mari kita manfaatkan bulan ini untuk memperbaiki hubungan yang renggang, memaafkan kesalahan orang lain, dan menjalin silaturahmi.
4. Memperbanyak membaca Al-Qur'an Sebagai persiapan menuju Ramadhan, mari kita mulai membiasakan diri membaca Al-Qur'an lebih banyak. Dengan demikian, di bulan Ramadan nanti, kita bisa lebih khusyuk dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an.
Hadirin rahimakumullah. Marilah kita jadikan bulan Sya'ban sebagai momentum untuk memperbaiki diri, meningkatkan amal ibadah, dan memohon ampunan kepada Allah. Jangan sampai kita termasuk golongan orang yang lalai di bulan ini. Rasulullah saw bersabda, "Celakalah seseorang yang ketika memasuki bulan Ramadan, dosa-dosanya tidak diampuni" (HR Ahmad).
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk memanfaatkan bulan Sya'ban ini dengan sebaik-baiknya, mengampuni dosa-dosa kita, dan menyampaikan kita kepada bulan Ramadan dalam keadaan sehat dan penuh berkah.
Ma'asyirol muslimin, hafidho kumulloh...
Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benar taqwa, melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjahui larangan-larangan-Nya.
Ma'asyiral muslimin hafidhakumullah...
Alhamdulillah, saat ini kita berada di bulan Sya'ban, yang berarti semakin dekat kita dengan bulan Ramadhan. Dinamakan Sya'ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya'abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya'ban berasal dari kata Syi'b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan.
Posisi bulan Sya'ban yang terjepit di antara Rajab dan Ramadhan itu rupanya membuat Sya'ban kalah populer dari keduanya. Hingga Rasululloh mencap bulan ini dengan bulan yang "TERLUPAKAN". Seperti sabda beliau:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ (رواه النسائي)
"(Sya'ban) ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu (terletak) antara bulan Rajab dan Ramadhan" (HR. An-Nasa'i)
Dalam kitab Ma Dza fi Sya'ban, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menyebutkan tiga peristiwa penting, selain malam Nishfu Sya'aban, yang berimbas pada kehidupan beragama seorang Muslim:
Peralihan Kiblat
Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya'ban. Peralihan kiblat ini merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi Muhammad SAW. Diceritakan, bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri menghadap langit setiap hari menunggu wahyu turun.
Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata'ala mengabulkan penantiannya dengan menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 144:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Kaum muslimin shalat menghadap Masjidil Aqsha selama 16 atau 17 bulan, lalu ditengah shalat dhuhur Rasul mendapatkan wahyu untuk beralih menghadap ke Masjidil Haram (ka'bah) Makkah.
Penyerahan Rekapitulasi Keseluruhan Amal kepada Allah
Salah satu hal yang menjadikan bulan Sya'ban utama adalah bahwa di bulan ini semua amal kita diserahkan kepada Allah SWT. Inilah yang disebut dengan ar Rof'u al Akbar wal Ausa' (pelaporan amal terbesar dan terluas). Hingga Rasululloh senang berpuasa di bulan ini.
عَنْ أُسَامَةَ ابْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَب وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ (رواه النَّسَائي)
Dari Usamah bin Zaid ra, dia berkata: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya'ban." Maka beliau bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul 'alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa." (HR. Nasa'i).
Pelaporan amal tidak hanya terjadi di bulan Sya'ban saja, akan tetapi juga terjadi pada waktu-waktu tertentu:
Pelaporan langsung (الرَّفْعُ الْفَوْرِيّ) Rasul Muhammad SAW shalat qobliyyah dhuhur 4 rakaat, lalu beliau bersabda: "Sungguh di waktu ini pintu langin dibuka, maka aku senang bila amal salihku diangkat (dilaparkan)." (HR. At Tirmidzi dan Ahmad)
Siang dan malam (الرَّفْعُ فِئ النَّهَار وَالرَّفْعُ فِى اللَّيْلِ)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ
وَصَلَاةِ الْفَجْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ. (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat malam dan malaikat siang secara bergantian menjaga kalian, dan mereka berkumpul pada waktu shalat 'ashar dan shalat subuh, kemudian malaikat yang menjaga kalian di malam hari naik ke langit dan Allah menanyai mereka -sekalipun Dia paling tahu terhadap keadaan mereka- bagaimana kalian tinggalkan para hamba-Ku? ' Para malaikat menjawab, 'Kami tinggalkan saat mereka sedang melaksanakan shalat, dan kami datangi mereka juga saat melaksanakan shalat." (HR. Bukhari)
Mingguan الْأُسْبُوْعِيّ (الرَّفْعُ
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
"Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa." (HR. Tirmidzi)
Penurunan Ayat tentang Anjuran Shalawat untuk Rasulullah SAW
Pada bulan Sya'ban juga diturunkan ayat anjuran untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka tidaklah salah, bulan Sya'ban disebut dengan bulan shalawat. Karena pada bulan itulah ayat tentang anjuran shalawat diturunkan.
Ma'asyiral muslimin hafidhakumullah...
Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak menyia-nyiakan kemulian bulan Sya'ban, yang oleh Rasul dianggap bulan terlupakan sebab kalah popular dengan Rajab dan Ramadhan, meski di tengah kesibukan duniawi yang luar biasa. Aamiin
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Segala puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, pencipta alam semesta raya. Yang telah menciptakan manusia bersuku-suku bangsa, beraneka ragam budaya, bahasa dan agama. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda nan mulia, Rasulullah Muhammad saw. dan keluarganya beserta seluruh umatnya yang setia hingga hari kiamat tiba.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Rajab yang baru saja kita tinggalkan, sejatinya adalah bulan yang mulia, 1 diantara 4 bulan yang dikeramatkan yakni Bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab. Bulan Rajab bulan yang dinantikan dan dielu-elukan oleh mayoritas umat Islam, bahkan terabadikan dalam untaian syair dan doa nan indah, yang diambil dari riwayat Anas bin Malik:
ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚِ ﺭَﺿِﻲَ اللّٰهُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اللّٰهِ ﺻَﻠﻰَّ اللّٰهُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢ َﺇﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺭَﺟَﺐَ ﻗﺎَﻝَ اَللّٰهُمَّ ﺑَﺎﺭِﻙْ ﻟَﻨَﺎ ﻓِﻲْ ﺭَﺟَﺐَ ﻭَﺷَﻌْﺒﺎَﻥَ ﻭَﺑَﻠِّﻐْﻨَﺎ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ. ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﻨﺪ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻋﻮﺍﺕ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ ﻭﺷﻌﺐ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﻓﻀﺎﺋﻞ ﺍﻷﻭﻗﺎﺕ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu beliau berkata: "Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasanya jika memasuki bulan Rajab beliau berdoa: Allahumma Barik Lana Fi Rajaba Wa Sya'bana Waballighna Ramadhana. Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadan. Hadits riwayat Ahmad dalam al Musnad, al Baihaqi dalam Da'wat al Kabir dan Syu'abul Iman, serta Fadhail al Awqot.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Sya'ban bulan yang hari ini kita bersamanya, adalah bulan yang memiliki banyak keutamaan, baik catatan sejarah peristiwa penting maupun berkaitan dengan ritual keagamaan dan amaliyah tertentu. Di dalam kitab Maadzaa Fii Syakbaan (Ada apa di bulan Sya'ban), Prof. Dr. Sayyid Muhammad Ibn Alawi al-Maliki al-Hasani menyebutkan beberapa hal terkait Sya'ban menyebutkan beberapa peristiwa bersejarah di bulan Sya'ban, diantaranya:
1.Perpindahan kiblat dari baitul Maqdis ke Ka'bah. Sebelumnya umat Islam salat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan 3 hari, dan mulai menghadap Kabah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya'ban. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an yakni Surat Al Baqarah 2: 144, Allah berfirman:
﴿ قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٤٤ ﴾ ( البقرة/2: 144)
Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah/2: 144).
2.Pelaporan amal, yakni pelaporan amal yang bersifat lebih luas, laporan tahunan. Karena laporan amal manusia ada yang harian setiap subuh dan asar serta ada laporan pekanan setiap hari Senin dan Kamis. Diantara hadis yang menunjukkan hal itu adalah riwayat Usamah bin Zaid,
قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ شَعْباَنَ قال ذَاكَ شَهْرٌ يُغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رجبَ ورمضانَ وهو شهرٌ تُرْفَعُ فِيْه الْأَعْمَالُ إِلى رَبِّ العالمين وأُحِبُّ أن يُرفعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائمٌ
Aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku tak pernah melihatmu berpuasa di satu bulan yang lebih banyak seperti bulan Sya'ban ini. Maka beliau menjawab, "Ini adalah bulan yang dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadan, Sya'ban ini adalah bulan dilaporkannya amal-amal kepada Allah, dan aku senang ketika dilaporkan itu dalam kondisi berpuasa. (HR. Nasai dan Ahmad)
3.Penentuan umur, pada bulan Sya'ban terdapat penentuan umur, yang berarti bahwa pada bulan itu ditampakkan penentuan umur manusia kepada malaikat.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Sya'ban tidak hanya menyimpan peristiwa-peristiwa penting, namun juga memiliki keutamaan tersendiri, diantaranya bulan Sya'ban adalah bulan puasa sunnah, baik bagi yang terbiasa melakukannya maupun bagi mereka yang masih punya tanggungan puasa Ramadan tahun lalu, Sya'ban juga bulan Al Qur'an, bulan selawat kepada Nabi Muhammad saw.
Bahkan ada satu waktu yakni malam Nisfu Sya'ban yang hanya terdapat pada bulan ini, malam yang berlimpah barokah dan bergelimang kebaikan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
يَطَّلِعُ اللّٰهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ. رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ والطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ
Allah merahmati para hamba-Nya di malam Nishfu Sya'ban, maka Ia mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang yang musyrik dan seorang muslim yang ada permusuhan, kedengkian dan kebencian terhadap muslim lain karena urusan duniawi. (HR. Ibnu Hibban, At-Thabarani dan Al-Baihaqi).
Oleh karenanya hendaklah menghidupkan malam ini dengan berbagai macam amal kebaikan.
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا. رواه أبو دود
Jika tiba malam Nishfu Sya'ban, maka shalatlah (sunnah) pada malam harinya (malam lima belas) dan berpuasalah (sunnah) pada siang harinya (hari kelima belas). (HR. Abu Dawud)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Kita tentu menyadari, bahwa dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama di Indonesia tidaklah mudah menyatukan umat dalam satu pemahaman. Boleh jadi ada keberagamanan dalam memahami dan menjalankan agama ini.
Masing-masing merasa dan mengaku benar sesuai dengan ilmu dan pemahamannya. Akan tetapi ketika kita berbeda dengan orang lain, tidak berarti kita benar dan orang lain salah atau sebaliknya, karena kebenaran-kebenaran itu masih sebatas klaim dan pengakuan manusia, sedangkan kebenaran hakiki milik Allah Swt. Maka tetaplah bersatu dalam keberagaman, menjaga komitmen kebangsaan, saling toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap kearifan lokal.
Marilah kita sibukkan diri untuk memanfaatkan nikmat umur, dengan berbagai amal dan budi pekerti nan luhur. Jauhi sikap sombong ujub dan takabur, yang hanya membuat diri kita hancur lebur. Muliakan sesama manusia, niscaya kita pasti mujur. Semakin berhati-hati dalam tindakan baik anggota tubuh dan bertutur, selalu ingat bahwa kita calon penghuni alam kubur, jika malaikat maut diutus Allah kita pasti kan tersungkur, tiada tempat untuk lari menghuindar dan kabur.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Marilah kita berdoa agar Allah Al Muhaimin senantiasa menjaga diri kita, menyelamatkan dari kejamnya fitnah dunia, melindungi lisan dari ucapan yang tak berguna, mencegah tangan dari tulisan yang membawa petaka. Melindungi indra dari perkara maksiat dan dosa.
Hadirin jama'ah Jum'ah Rohimakumulloh
Marilah kita terus berupaya meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita Allah Robbul 'izzah dengan melaksanakan perintah-perintanya dan menjauhi larang-larangannya. Hanya iman dan takwa yang akan menjadikan kita hamba Allah yang mendapat kedudukan mulia di dunia sampai kelak di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Surat Yunus:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ (64) [يونس/63، 64]
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Surat Yunus 63-64)
Hadirin jama'ah Jum'ah Rohimakumulloh
Bulan sya'ban, atau familiar di kalangan kita dengan sebutan bulan ruwah itu di sebut oleh Syeh Abdul Qodir Al Jailani dalam kitab Al-Ghunyah denghan sebutan Syahru Shalawat 'Ala Nabi Sallaahu Alaihi Wa Sallam, bulanya bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Sayyid Muhammad Ibni Abbas Al-Maliki juga memaparkan bahwa firman Allah ayat :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Ini diturunkan juga pada bulan Sya'ban. Oleh karena nya, momentum paling tepat memperbanyak sholawat adalah bulan Sya'ban.
اَللّٰهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Hadirin ..
Disamping memperbanyak bersholawat kepada baginda Nabi, ada satu suri tauladan nabi yang harus kita tanamkan di setiap kebaikan yang kita lakukan. Yakni nabi Muhammad mengajak kita untuk selalu menanam kebaikan tanpa melihat apakah nanti kebaikan kita di balas kebaikan oleh orang lain atau bahkan di anggap buruk oleh orang lain. Kita latih diri kita untuk mempunyai komitmen, bahwa tujuan kita, muara dari kebaikan kita hanyalah keridhaan Allah semata.
إِبْتِغَاءً لِمَرْضَةِ اللهِ
Di sisi lain, kita juga harus menyadari bahwa kita ini adalah hamba Allah yang sudah sepatutnya melaksanakan semua perintah Allah, meskipun kita tahu bahwa di setiap kebaikan yang kita lakukan sudah barang tentu ada yang menganggap sebagai sebuah kejelekan, atau bahkan dibalas kejelekan oleh orang lain. Hal ini seperti halnya ketika kita menanam padi, tentu banyak rumput-rumput yang juga ikut tumbuh. Sebaliknya, bila kita menanam rumput, maka tidak akan kita akan memanen padi. Artinya, kita harus tetap menanam kebaikan, meskipun ada rumput yang ikut tumbuh. Meskipun ditolak orang lain, dianggap jelek orang lain. Allah berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لَأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
Artinya: " jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan itu) juga untuk dirimu sendiri".
Wal hasil, semua yang kita tanam di dunia, kelak pasti akan kita panen di hari kiyamat. Nabi Muhammad berkata:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيه
"Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup 'aib seseorang, Allah pun akan menutupi 'aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. At-Tirmidi 2516)
Hadirin, maka di bulan Sya'ban ini, adalah moment paling tepat untuk kita tanam sebanyak mungkin kebaikan, sebab, di bulan ini lah seluruh amal kita dihaturkan kepada Allah, tentu haruslah kita penuhi dengan raprt yang baik, seperti sabda Nabi:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ!، لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: ذٰلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ، بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. فَأُحِبُّ أَنْ يُّرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ
"Usamah bin Zaid berkata, 'Wahai Rasululllah aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban. Nabi membalas, "Bulan Sya'ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa." (HR Nasa'I 342)
Hadirin jama'ah Jum'ah Rohimakumulloh
Semoga kita semua dianugerahi umur panjang yang barokah, diberi kesempatan berjumpa dengan bulan Ramadhan. Harapannya, kita semua dapat meningkatkan kualitas kehambaan kita dan merengkuh kebahagiaan dunia dan akhirat. Amiiin.
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Salah satu nikmat yang Allah SWT berikan kepada umat Nabi Muhammad ﷺ adalah nikmat berupa waktu-waktu kebaikan. Di dalamnya hamba-hamba Allah yang saleh akan berlomba-lomba memanfaatkan kesempatan seperti ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencari rida-Nya, dan beribadah dengan sebaik-baiknya.
Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Muhammad bin Maslamah yang berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
إن لِرَبِّكُمْ فِي أَيَّامِ دَهْرِكُمْ نَفَحَاتٌ، فَتَعَرَّضُوا لَهُ، لَعَلَّهُ أَنْ يُصِيبَكُمْ نَفْحَةٌ مِنْهَا، فَلا تَشْقَوْنَ بَعْدَهَا أَبَدًا
Sesungguhnya bagi Tuhan kalian di hari-hari sepanjang tahun kalian ada nafahat (tiupan), maka mendekatlah kepada-Nya, boleh jadi tiupan itu akan mengenaimu, sehingga kalian tidak akan pernah celaka selamanya."
Sebagian nafahaat (tiupan) itu tengah menyapa hari-hari kita belakangan ini hingga beberapa pekan ke depan. Yaitu tiupan kebaikan dalam bulan Sya'ban. Bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadan ini digunakan oleh Nabi ﷺ sebagai momentum untuk meningkatkan ibadah, baik secara kualitas mau pun kualitas.
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Disebutkan dalam beberapa hadits tentang keutamaan Sya'ban. Pertama, dari Aisyah RA, beliau mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
"Belum pernah Nabi ﷺ berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya'ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya'ban sebulan penuh." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, dari Ummu Salamah RA, beliau berkata:
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
"Saya belum pernah melihat Nabi ﷺ berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya'ban dan Ramadan." (HR. Tirmizi)
Mari kita pelajari mengapa Rasulullah ﷺ, teladan indah bagi kita semua, menggandakan semangat dalam beribadah di bulan Sya'ban seperti sekarang. Setidaknya ada dua alasan yang bisa kita petik.
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Pertama, bulan Sya'ban banyak dipandang sebelah mata dan banyak pula orang yang melalaikannya. Oleh karena itu, Nabi ﷺ memberikan contoh kepada kita agar tidak melupakannya, dengan beliau menghidupkan hari-hari di dalamnya dengan ibadah.
Selain itu, beliau ﷺ ingin menunjukkan kepada umat keutamaan beribadah di saat sebagian manusia berada dalam kelalaian.
Secara umum kita sangat memerhatikan bulan Rajab yang diharamkan oleh Allah dengan segala keistimewaannya. Ketika bulan tersebut sudah lewat dan memasuki bulan Sya'ban, kita menganggap tidak mendapatkan lagi kesempatan yang istimewa sehingga melalaikan ibadahnya karena bosan atau putus asa.
Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah ﷺ agar kita tidak terlena atau kendor semangatnya dalam menyambut bulan Sya'ban, karena bulan ini tidak kalah istimewanya dengan bulan sebelumnya.
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Alasan kedua, bulan Sya'ban bulan diangkatnya amal perbuatan sehingga beliau ﷺ ingin amal-amal yang dilaporkan itu adalah amal-amal kebaikan bukan keburukan.
Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya, "Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya'ban."
Nabi ﷺ bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
"Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa." (HR. an-Nasa'i)
Pada bulan itu seluruh amal manusia disaring, amal yang tulus ikhlas mencari rida-Nya maka akan diterima oleh Allah. Sebaliknya amal yang tidak tulus maka akan dikembalikan kepada pemiliknya.
Bagi yang amalnya diterima maka dia akan terbebas dari rasa bosan dan jenuh sehingga akan selalu mengerjakan amal salehnya dengan ikhlas. Kebahagiaan akhirat menunggunya karena amal perbuatannya di dunia tidak sia-sia.
Bagi yang amal perbuatannya ditolak dan dikembalikan, maka amal-amal mereka hanyalah menghiasi mata mereka di dunia, mereka mengira amal yang telah dilakukan akan menyelamatkan mereka dari siksaan akhirat. Mereka juga mengira kalau amalnya akan mendapat pahala dari Allah, padahal dugaan mereka tidak sesuai dengan kenyataan yang diterima.
Riwayat di atas memberi isyarat bahwa Nabi Muhammad ﷺ menggunakan waktunya semaksimal mungkin dan juga tenaganya sekuat mungkin untuk beribadah pada bulan Sya'ban ini.
Berpuasa bagi Nabi ﷺ merupakan rutinitas ibadah harian yang selalu menghiasi hidupnya bahkan ketika keluarganya tidak mempunyai persediaan makanan, beliau meneruskan puasa sampai datang waktu magrib.
Ma'asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Demikianlah semangat Rasulullah ﷺ dalam mengisi masa kehidupannya dengan ketaatan kepada Allah SWT, padahal dosa-dosa beliau yang lalu dan akan datang telah diampuni.
Begitu pula dengan semangat para sahabat yang jika diserukan kepada kebaikan, mereka berlomba-lomba dalam mengerjakannya, seakan ayat berikut ini ditujukan khusus kepada mereka :
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu serta mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran : 133)
Mari bersama kita mengisi hari-hari dalam kehidupan ini khususnya di bulan Sya'ban seperti yang dilakukan oleh Rasulullah
Di antara sebab kemenangan yang paling utama adalah menegakkan agama Allah, menyeru manusia kepada Allah, menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah berbuat kemungkaran, serta menolong orang-orang lemah di muka bumi.
Sebab keempat adalah kesatuan barisan di atas kebenaran, memperbaiki hubungan, serta tidak mudah berselisih dan berpecah belah. Allah berfirman,
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103)
Allah juga berfirman,
فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ
“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS. al-Anfal: 1)
Jalan yang pertama, yang mesti ditempuh untuk meraih kejayaan bagi umat ini adalah takwa kepada Allah dan memperbaiki hubungan. Allah berfirman,
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang.” (QS. al-Anfal: 46)
Maksudnya, kemenangan dan kekuatan kalian.
Wahai kaum muslimin di timur dan barat dunia, sebab kemenangan yang kelima adalah menyiapkan semampunya dari kekuatan yang dimiliki. Kekuatan bagi kaum mukminin yang melakukan perlawanan untuk membela agama dan umatnya adalah tuntutan syariat.
Sebab Islam adalah agama kekuatan dan kemuliaan. Tonggak-tonggaknya tegak dengan Kitabullah yang memberi petunjuk dan senjata yang menolong. Allah berfirman,
وَأَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya.” (QS. al-Anfal: 60)
Wahai sekalian hadirin yang mulia, sebab keenam dari sebab-sebab kemenangan adalah tawakkal (berserah diri) kepada Allah. Allah berfirman,
اِنْ يَّنْصُرْكُمُ اللّٰهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۚ وَاِنْ يَّخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِهٖ ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْن
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. Ali Imran: 160)
Allah juga berfirman,
وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” (QS. al-Maidah: 23)
Tawakkal kepada Allah yang Maha Kuat lagi Maha Kokoh, merupakan sebab syar’i yang paling utama untuk meraih kemenangan dan kejayaan. Allah berfirman,
وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِۙ
“Dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Ali Imran: 126)
Saudara-saudara yang mulia, sebab yang ketujuh adalah kesabaran dan keteguhan. Allah berfirman,
وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 120)
Allah juga berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوْا وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung.” (QS. al-Anfal: 45)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ketahuilah bahwa kemenangan itu diraih dengan kesabaran, kelapangan itu datang bersama kesusahan, dan bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.” (HR. Tirmidzi)
Wahai orang-orang yang bertauhid yang memiliki semangat, sebab kedelapan dari sebab-sebab kemenangan adalah menegakkan shalat dan memperbanyak zikir, beristighfar kepada Allah, berdoa dan memohon pertolongan dariNya, serta kembali kepadaNya. Allah berfirman,
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ (238) فَاِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا اَوْ رُكْبَانًا ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ (239)
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk. Jika kamu takut (ada bahaya), shalatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka ingatlah Allah (shalatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah: 238-239)
Sebab kesembilan adalah menghindari jalan orang-orang sesat dan cara orang-orang sombong dan riya. Allah berfirman,
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَّرِئَاۤءَ النَّاسِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ بِمَايَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.” (QS. al-Anfal: 47)
Sebab kesepuluh adalah doa dan doa. Sesungguhnya di antara hak saudara-saudara kalian di tanah yang suci terhadap diri kalian adalah kalian membantu mereka dengan doa secara khusyu’ kepada Allah, meminta dan memohon dengan menghinakan diri kepadaNya. Mohonlah kepadaNya kemenangan yang segera dan keteguhan, serta kejayaan.
Saudara seiman, perhatikanlah saudara-saudara kalian dengan sebaik-baik perhatian. Curahkanlah doa dan doa tiada henti. (*)
Tags : teks khutbah, jumat, teka khutbah, jumat aingkat, terbaru, teks, khutbah, , jumat, bulan syaban, teks khutbah, jumat singkat,