Sejarah   20-04-2025 12:32 WIB

Istana Damnah Markas Kerajaan Riau Lingga Pernah Berjaya pada Tempo Dulu, 'Kini Tinggal Saksi Bisu di Tanah Bumi Melayu'

Istana Damnah Markas Kerajaan Riau Lingga Pernah Berjaya pada Tempo Dulu, 'Kini Tinggal Saksi Bisu di Tanah Bumi Melayu'
Puing-puing dari bangunan Istana Damnah

DAIK LINGGA - Kerajaan yang pernah tersohor pada masanya yakni Kerajaan Riau Lingga yang bermarkas di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) masih meninggalkan sisa sisanya seperti situs Istana Damnah yang terletak di Kampung Damnah, Daik, Kecamatan Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Situs Istana Damnah ini merupakan situs jejak peninggalan Kerajaan Riau Lingga yang sarat akan sejarah yang berada sekitar 2,5 kilomter (km) di sebelah barat Masjid Sultan Lingga.

Kala itu, Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah III (1857-1883) mendirikan Istana Damnah saat kerajaan Melayu Riau Lingga mengalami masa kejayaan.

Kini Istana Damnah hanya menyisakan puing-puing atau struktur-struktur yang masih tertinggal di sana karena bangunan aslinya telah roboh.

"Lingkungan situs Istana Damnah sekarang berupa tanah perladangan dan hutan sekunder," kata Amad, salah seorang tokoh warga yang dituakan di Kampung itu.

"Hanya tinggal sisa-sisa bekas Istana Damnah masih dapat digambarkan bahwa kompleks Istana Damnah dahulu terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan istana dan balairung (pendopo)," sebutnya.

Laman Ditjen Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menggambarkan, situs Istana Damnah berdasarkan sisa- sisa pintunya, bangunan istana menghadap ke arah timur.

Di sebelah timur bekas bangunan istana terletak bangunan balairung yang tertinggal berupa bagian tangga pintu, fondasi tiang, tungku dapur, dan permandian.

Hasil pantauan terakhir, riaupagi.com yang menyempatkan diri berkunjung ke Kampung Damnah terlihat tangga pintu di bagian muka sebanyak dua buah, begitu pula disisi utara dan selatan memiliki bentuk yang sama yang kedua (tangga pintu) memiliki jarak antara 21,50 meter.

Puing-puing dari bangunan Istana Damnah kini bangunan itu dijadikan objek wisata sejarah dengan nama Situs Istana Damnah di Lingga, Provinsi Kepri 

Tangga pintu pada bagian teratas memiliki ketinggian 1,60 meter dan lebar pintu 2,50 meter. Sedangkan pada bagian bawah terdiri dari 5 trap tangga,sedangkan pada bagian atas terdiri dari 3 trap tangga.  

Antara trap bagian bawah dan bagian atas terdapat bagian yang datar dan pada lantai pada anak tangga terbuat dari tegel bata (terakota) yang berukuran 35 x 35 centimeter (cm).

"Fondasi tiang Istana Damnah ini masih tersisa sebanyak 29 buah, yang terbuat dari susunan bata berlepa," kata Amad lagi.

Tetapi bekas bangunan balirung yang tertinggal sekarang hanya bagian fondasi, berukuran 23, 80 x 20 meter.

Bekas tangga pintunya berada di sisi utara, timur, selatan dan barat. 

"Bagian tengah (lantai) sudah tertutup oleh tanah, sehingga tidak diketahui dengan pasti bahan yang dipakai untuk lantai," sebutnya.

Terlihat juga bagian fondasi terbuat dari bata berlepa, dengan ketinggian 75 cm dari permukaan tanah  sekarang.

Kini untuk melestarikan sisa-sisa sejarah situs Istana Damnah direplikasi seperti bentuk aslinya.

Replika Istana Damnah, yang tepat berdiri tidak jauh dari bangunan aslinya.

Bangunannya tampak memiliki ciri khas Melayu, dengan balutan warna kuning dan hijau.

Ditambah lagi corak bangunan yang unik, seperti bagian jendela, pintu, dan bentuk bunga berwarna kuning di bagian sisi atap.

Replika itu sengaja dibuat agar masyarakat bisa melihat saksi bisu kejayaan Istana Damnah di Kepri ini.

Masa Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kepri, dijabat Raja Heri Mokhrizal menyebutkan, Wisata Sejarah Situs Istana Damnah bukan sekedar wisata biasa, banyak sejarah yang bisa diperoleh pengunjung.

"Pengunjung menjadi tau tentang sejarah kerajaan Melayu," ungkap Raja Heri Mokhrizal. 

Ia pun berkata, untuk menambah daya tarik wisata harus ada pengembangan dari obyek wisata sejarah ini.

“Mungkin bisa disediakan pemandunya, agar pengunjung sambil melihat dan mendengar cerita sejarahnya. Itu menjadi daya tarik juga,” imbuhnya.

Situs Istana Damnah kini menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Lingga.

Letaknya berada di Kampung Damnah, Daik, Kecamatan Lingga, yang agak jauh dari pusat kota.

Kesultanan Lingga merupakan Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Lingga, Kepulauan Riau, Indonesia. 

Lingga pada awalnya merupakan bagian dari Kesultanan Malaka, dan kemudian Kesultanan Johor.

Berdasarkan Tuhfat al-Nafis, Sultan Lingga merupakan pewaris dari Sultan Johor, dengan wilayah mencakup Kepulauan Riau dan Johor. 

Replika Istana Damnah di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.

Kerajaan tersebut diakui keberadaannya oleh Inggris dan Belanda setelah mereka menyepakati Perjanjian London tahun 1824, yang kemudian membagi bekas wilayah Kesultanan Johor setelah sebelumnya wilayah tersebut dilepas oleh Siak Sri Inderapura kepada Inggris tahun 1818, namun kemudian diklaim oleh Belanda sebagai wilayah kolonialisasinya.

Perjanjian London pada 1824 membagi Kesultanan Johor menjadi dua yakni Johor berada di bawah pengaruh Britania sedangkan Riau dan Lingga berada di dalam pengaruh Belanda.

Abdul Rahman ditabalkan menjadi raja Lingga dengan gelar Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah, dan berkedudukan di Daik, Kepulauan Riau.

Pada tanggal 7 Oktober 1857 pemerintah Hindia-Belanda memakzulkan Sultan Mahmud IV dari tahtanya.

Pada saat itu Sultan sedang berada di Singapura.

Sebagai penggantinya diangkat pamannya, yang menjadi raja dengan gelar Sultan Sulaiman II Badarul Alam Syah.

Jabatan raja muda (Yang Dipertuan Muda) yang biasanya dipegang oleh bangsawan keturunan Bugis disatukan dengan jabatan raja oleh Sultan Abdul Rahman II Muadzam Syah pada 1899.

Karena tidak ingin menandatangani kontrak yang membatasi kekuasaannya Sultan Abdul Rahman II meninggalkan Pulau Penyengat dan hijrah ke Singapura.

Pemerintah Hindia Belanda memakzulkan Sultan Abdul Rahman II in absentia 3 Februari 1911, dan resmi memerintah langsung pada tahun 1913.

Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy menyebutkan bahwa Istana Damnah dibangun pada masa Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II.

Beliau bertahta di Kerajaan Riau Lingga pada tahun 1857 hingga 1883 M.

Tepatnya ini dibangun pada tahun 1860 M untuk dijadikan kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II, sebagai tempatnya memimpin kerajaan.

Dalam pembangunan Istana Megah ini, Lazuardy menerangkan bahwa saat itu Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dibantu oleh Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi.

Beliau adalah Yang Dipertuan Muda Riau X pada masa periode 1857 sampai 1899 M.

"Bangunan ini adalah saksi sejarah, di mana Sultan pernah bertahta di kawasan ini," ujar Lazuardy.

"Jadi Istana Damnah ini tempat Balairung bertitah, ada Balairung sri, dan di belakang ada Balai peraduan dan sebagainya, banyak," sebutnya.

"Lebih kurang ada 7 bangunan yang ada di Istana Damnah," sambungnya.

Tidak ada aturan khusus mengenai jam buka ataupun tutup di lokasi ini.

Namun, pengunjung harus meminta izin dari tokoh masyarakat setempat atau Dinas Kebudayaan Lingga saat ingin memasukinya.

Adapun waktu kunjungan biasanya disesuaikan dengan waktu senggang penduduk. Yakni antara pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Cagar Budaya Istana Damnah tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepri Nomor 1263 tahun 2022 tentang, Destinasi Pariwisata, Kawasan Strategis Pariwisata dan Daya Tarik Wisata Provinsi Kepri.

Gubernur Ansar Ahmad mengatakan, penetapan itu bertujuan memajukan kesejahteraan masyarakat, meratakan kesempatan berusaha dan optimalisasi potensi ekonomi dan karakteristik daerah.

“Serta untuk mengangkat dan melindungi nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat, dan menjaga kelestarian alam,” katanya menjelaskan.

Selain itu, penetapan itu juga dalam rangka pembangunan dan pengembangan pariwisata di Provinsi Kepri. Sehingga, diperlukan penentuan wilayah pariwisata dan daya tarik wisata agar pengembangan yang dilakukan dapat lebih terarah.

Pihak Dinas Pariwisata Provinsi Kepri juga menjelaskan, pengembangan wisata terus digalakkan.

“Semaksimal mungkin membenahi segala fasilitas yang ada, demi meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Kepri,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti, melalui Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran pada Dinas Pariwisata Kepri, Afitri Susanti.

Berdasarkan SK Gubernur, sebenarnya sangat fokus mengaet wisatawan luar dan lokal.

Situs Cagar Budaya Istana Damnah salah satu bukti sejarah kalau Lingga, menjadi pusat pemerintahan Kesultanan di masa lampau yang dipimpin para Sultan bahkan mereka juga bersemayam di Daik Lingga.

Terbitnya undang-undang Cagar Budaya Nomor 11 tahun 2010, situs bangunan atau tapak sejarah disebut struktur Cagar Budaya Istana Damnah.

Banyak para pengunjung baik dalam negeri ataupun luar negeri datang untuk melihat langsung struktur Cagar Budaya Istana Damnah, serta melihat peninggalan sejarah di  masa kepemimpinan Sultan yang memimpin pada kejayaan masa lalu di Daik Lingga hingga berziarah ke makam-makam para Sultan.

Dalam catatan sejarah, bangunan Istana Damnah sebelum-sebelumnya sudah di rancang dan bangunan Istana siap di bangun tahun 1860.

Bangunan di nyatakakan lengkap di masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II (1857-1883).

Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II dan dibantu yang di Pertuanmuda Riau ke X Raja Muhammad Yusuf Al Mahdi (1858-1899).

Setelah itu, Sultan Abdurrahman Muazam Syah (1885-1911), ia merupakan Sultan Riau Lingga terakhir yamg berpusat pemerintahan di Daik Lingga.

Lalu beliau memindahkan pusat pemerintahan, pusat pemerintahan Riau Lingga ke Pulau Penyengat (1900-1911) dan 1913 Kesultanan Riau Lingga dihapus oleh Belanda.

Salah satunya aturan perjanjian selain pajak yang berat dan aturan menggunakan bendera, karena bendera Sultan (bendera istana) tidak boleh tinggi dari bendera Gubernur Hindia Belanda.

Karena perjanjian yang di buat memberatkan, maka robohlah sebagian bangunan karena pusat pemerintahan pindah ke Pulau Penyengat.

Sebelum ditinggalkan ke Penyengat oleh Sultan, maka diwakilkan ke pada Engku Aman Kelang (Raja Abdurrahman), wakil tidak dapat melaksanakan dengan baik karena pusat pemerintahan sudah pindah, sehingga pada akhirnya tidak dirawat oleh ahli waris sehingga tertinggal struktur bangunan menjadi tapak sejarah Kesultanan.

Anak tangga pada Situs Istana Damnah.

Tidak heran banyak orang berkunjung ke Lingga untuk berwisata sejarah, selain struktur bangunan Istana.

Banyak peninggalan peninggalan lainnya ketika dalam kejayaan.

Peninggalan itu, struktur pengolahan sagu Sultan yang berada di jalan Istana Robat, Perkampungan Sawah, Parit Kuno.

Peninggalan Istana Kolam juga berada di Jalan Istana Robat, struktur Masjid Sultan Abdurrahman Muazam Syah berada di Jalan Robat Kampung Putus Daik, banyak lagi peninggalan lainnya yang kerap didatangi para pengunjing.

Banyak pengunjung baik dalam negeri ataupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura bahkan Eropa. Kedatangan para wisatawan dalam dan luar negeri menyangkut hubungan keluarga, keindan sejarah masa lalu dengan latar belakang yang sama, serta melihat langsung struktur Istana Damnah, peninggalan para Sultan, ziarah makam dan banyak lagi hal-hal yang menyangkut wisata sejarah di Bunda Tanah Melayu Daik Lingga ini. (*)

Tags : istana damnah, situs istana damnah, kepulauan riau, pariwisata kepri, kabupaten lingga, kerajaan riau lingga, situs istana damnah, kampung damnah, sultan abdul rahman, Sejarah, Budaya, Lingkungan Daik Lingga, lingkungan, alam,