Linkungan   2023/08/10 18:56 WIB

Soroti Pertumbuhan Industri, Aktivis SALAMBA Ingatkan Krisis Air dan Bencana Kekeringan

Soroti Pertumbuhan Industri, Aktivis SALAMBA Ingatkan Krisis Air dan Bencana Kekeringan
Ir. Ganda Mora M.Si, Ketua Yayasan Sahabat Alam Rimba [SALAMBA]

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Aktivis lingkungan hidup Yayasan Sahabat Alam Rimba (Salamba) mengingatkan masayarakat terkait adanya krisis air bersih di Indonesia. 

"Aktivis SALAMBA masih menyoroti pertumbuhan industri di Indonesia."

"Kerusakan alam, habitat dan keanekaragaman hayati akibat ulah manusia adalah pemicu ancaman krisis air dan bencana kekeringan berkepanjangan," kata Ir.Ganda Mora, Ketua, Pendiri Yayasan Sahabat Alam Rimba (Salamba), Kamis (10/8/2023).

Menurut dia, meski Indonesia merupakan negara tropis, bukan berarti terbebas dari ancaman bencana alam kekeringan.

Kelangkaan air bersih disebabkan oleh kerusakan alam akibat aktivitas manusia yang menyebabkan krisis air bersih. 

Ia mengungkapkan fakta bahwa krisis air tak akan mungkin dihindarkan dan pasti terjadi di sejumlah wilayah tak terkecuali di Riau.

Menurutnya, faktor penyebab diantaranya adalah faktor pertumbuhan industri dan pertambangan.  

Adanya peningkatan aktivitas industri yang menggunakan air tanah dan sumber air lainnya juga membuat ancaman serius krisis air.

"Sebab, Industri pun menghasilkan limbah dan sampah yang mencemarkan sumber-sumber air," jelas dia.

"Termasuk aktivitas pertambangan yang tidak terkontrol, semisal galian batu, penebangan pohon dan material lainnya adalah ancaman krisis ketersediaan air tanah," sebutnya.

Ia mengatakan, faktor pertumbuhan populasi yang erat kaitannya dengan kebutuhan air bersih, serta faktor pertumbuhan sentra komersial yang pesat menjadi ancaman serius terhadap ketersediaan air bersih.

"Karena itu, penggunaan air pun cenderung berlebihan, ditambah lagi kecenderungan terjadi polusi air akibat limbah dan sampah." 

"Masyarakat yang kurang peduli dengan sumber daya alam dan air, perilaku penggunaan air secara berlebihan bisa menyebabkan kelangkaan air yang berujung krisis air bersih. Ini bukan tugas pemerintah semata, tapi secara bersama-sama masyarakat sadar untuk mencegah musibah dan dampaknya," papar dia. 

Efeknya, lanjut dia, sudah dirasakan oleh masyarakat, namun tidak sedikit yang abai dan lalai.

Ia mengingatkan, jika tidak siap dimulai dari sekarang untuk menghadapinya maka akan jadi musibah dan permasalahan serius. 

Permasalahan lain tentunya mengingat, hutan lestari sebagai sumber tata kelola air sudah hampir punah, dengan berganti dengan perkebunan kelapa sawit, sehingga kekayaaan hayati yang terdapat dalam hutan lestari sudah menuju punah.

"Hutan sebagai tata kelola air sudah minim. Maka kedepan sumber air bersih akan sulit memenuhi kebutuhan air minum," sebutnya.

"Kita lihat saja sungai sungai yang ada di Riau sudah tidak ada yang layak minum. Ini akibat tidak ada lagi hutan di sekitar Daerah Aliran Sungai ( DAS), sungguh keadaan ini memprihatinkan," sambungnya.

Sebagian besar mengkampayekan bahwa sawit sebagai sumber ekonomi paling dominan. Namun lupa akan kelestarian alam dan keseimbangan O2, "sehingga kedepannya kita tidak menemukan lagi sumber air bersih yang berasal dari hutan dan sungai," kata dia.

"Krisis air bersih ini akan segera terjadi sebab disisi lain deforestasi hutan seakan tak terbendung," tekannya.

Oleh sebab itu, papar dia, merupakan buah tangan dari perbuatan manusia yang lalai berterima kasih terhadap anugerah yang selama ini mereka nikmati di Bumi yang mereka pijak dan oksigen yang mereka hirup setiap hela nafas. 

"Yang menanggung dosa adalah mereka sendiri karena tidak menjaga kelestarian lingkungan hidup, tak terkecuali mereka yang sedang mengemban amanat alias pemangku jabatan. Jadi saya bangunkan mereka supaya segera bersiap diri menghadapi kekeringan dan fenomena cuaca saat ini dan mendatang," beber dia. 

Selain itu, Ganda mora menyebutkan sektor pertanian dan perkebunan juga tak luput terancam kekeringan dan hama.

Kerusakan lingkungan, paparnya, memicu sumber penyakit yang akan menyerang manusia terutama anak-anak dan balita. 

"Oleh karenanya, momentum Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia diperingati tiap pada 21 Mei Tahun 2023 kemarin itu dapat dijadikan sebagai pemantik bagi setiap individu supaya lebih fokus menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati dan habitatnya," jelas dia. (*)

Tags : krisis air bersih, sahabat alam rimba soroti pertumbuhan industri, aktivis salamba ingatkan krisis air bersih dan bencana kekeringan, lingkungan,