Artikel   2024/12/14 12:43 WIB

‘Suara-suara Aneh Hingga Sosok Anak Kecil di Lorong Kamar’, Mengapa Hotel Berhantu Tetap Ramai Dihuni Turis?

‘Suara-suara Aneh Hingga Sosok Anak Kecil di Lorong Kamar’, Mengapa Hotel Berhantu Tetap Ramai Dihuni Turis?

SETIAP TAHUN menjelang peringatan Halloween, banyak hotel di seluruh dunia mengiklankan desas-desus bahwa penginapan mereka berhantu. Tapi apa sebenarnya alasan yang membuat orang percaya maupun yang meragukan hal-hal mistis memesan kamar di hotel semacam itu?

Komedian sekaligus penulis berdarah Venezuela, Joanna Hausmann, tidak percaya hantu.

Dia skeptis dan berpikir bahwa ada penjelasan logis untuk setiap fenomena supernatural.

Namun sikap Joanna itu berubah setelah dia bermalam di Hotel Biltmore, yang konon merupakan salah satu tempat paling berhantu di Miami, Amerika Serikat.

Pandangan Joanna terhadap hal-hal gaib berubah karena saat bermalam di hotel itu, dia merasa mengalami malam yang menakutkan. 

Dia berkata, malam itu mendengar suara-suara dari kamar sebelahnya. Televisi serta pengering rambut, kata Joanna, menyala secara acak.

Sejak saat itu, Joanna menelusuri berbagai forum diskusi di internet untuk memastikan para tamu belum pernah mengalami pengalaman mistis sebelum menginap di hotel mana pun.

"Saya dulu tidak percaya semua hal tentang hantu dan hal-hal yang mistis," kata Joanna.

"Saya sungguh tidak bercanda, pengalaman bermalam di hotel itu benar-benar mengubah hidup saya. Saya merasa seperti ada seseorang di sana. Saya tidak tahu apa itu, tapi itu mengubah saya selamanya," ujarnya.

Setiap tahun menjelang Halloween, banyak hotel dan objek wisata di seluruh dunia, seperti Hotel del Coranado di California atau The Clermont di London, mengiklankan desas-desus bahwa penginapan mereka berhantu.

Target promosi itu adalah pelancong yang mencari pengalaman menggelitik untuk menghabiskan liburan.

Namun bagi orang-orang yang pernah mengalami pengalaman seram seperti Joanna, mencari sensasi yang tidak biasa dengan menginap di hotel berhantu sangat tidak masuk akal.

Pengakuan terhadap hotel bersejarah di AS diberikan oleh Badan Nasional Pelestarian Sejarah yang bersifat nonprofit. Mereka telah mencantumkan puluhan hotel berhantu dalam daftar yang mereka buat.

Menurut Katherine Orr, direktur strategi pemasaran dan komunikasi di organisasi tersebut, hotel dengan predikat berhantu ini menarik banyak pengunjung.

"Ada beberapa jenis tamu yang berbeda di hotel berhantu. Salah satunya adalah para pencari sensasi, seseorang yang tertarik dengan hantu, yang mungkin ingin mendapatkan pengalaman mistis," kata Katherine.

"Dan ada tamu lain yang lebih tertarik dengan aspek cerita mistis ini. Karena cerita hantu itulah yang membuat hotel-hotel ini unik," tuturnya.

Menurut Katherine, cara sebuah hotel mengelola reputasinya sebagai hotel berhantu sangat bergantung pada keputusan pemasaran.

“Hotel harus menemukan keseimbangan yang baik dalam menceritakan kisah-kisah tersebut dan menemukan tempat di mana mereka dapat menjangkau audiens yang tepat,” katanya.

"Kemudian, hotel juga perlu mengurangi cerita-cerita tersebut ketika mereka berpikir bahwa target audiens mereka tidak akan tertarik," ujar Katherine.

Beberapa perusahaan, seperti Hotel Lord Baltimore di Maryland, menerima ketenaran mereka sebagai penginapan yang berhantu sepanjang tahun. Mereka bahkan mempekerjakan Vince Wilson sebagai staf pemburu dan penghibur hantu.

Menurut Wilson, para tamu melaporkan melihat hantu anak-anak yang dikenal sebagai "Molly" yang bermain bola di lorong hotel. Ada juga yang melihat lift yang secara acak menuju ke lantai 19 dan pasangan hantu menari tanpa suara di ruang dansa.

Wilson juga rutin mengadakan tur hantu yang mengeksplorasi sejarah hotel yang menyeramkan. Dia mencatat bahwa popularitas dan biaya tur ini meningkat seiring dengan mendekatnya Halloween setiap tahun.

Di sisi lain, hotel-hotel seperti Hassayampa Inn di Prescott, Arizona, menyembunyikan desas-desus mengenai hal mistis di penginapan mereka.

Penny Alpin, direktur penjualan dan pemasaran di hotel itu berkata, bilang bahwa “hantu” yang menghuni hotel itu "sangat ramah", seperti suka berpelukan dengan tamu pria dan meminjam cermin kecil dari tamu perempuan.

Walau begitu, dia tidak mengiklankan cerita itu di luar perayaan Halloween.

“Halloween adalah satu-satunya saat saya mempromosikannya,” kata Alpin. 'Hantu bukanlah salah satu hal yang ingin saya promosikan...mengapa Anda ingin menakut-nakuti orang?'

Lee Johnson-Lowe, direktur penjualan dan pemasaran di Hotel Lord Baltimore, menilai sebagian besar tamu di penginapannya adalah orang yang skeptis atau pencari sensasi.

“Ada dua jenis orang yang umumnya pergi ke hotel atau tempat berhantu apa pun,” katanya.

“Mereka yang mengatakan, 'Saya tidak percaya pada hantu, saya butuh tempat untuk menginap dan tempat ini adalah hotel mewah', dan orang-orang berkata 'Tempat ini berhantu? Saya pasti tinggal di sana sekarang!'"

Menariknya, bahkan pemburu hantu yang tinggal di hotel tersebut tidak yakin apakah hantu itu nyata.

“Saya pernah mengunjungi beberapa tempat paling berhantu di dunia,” kata Wilson.

"Dan saya pasti pernah mengalami pengalaman yang aneh, menyeramkan, bahkan menakutkan, tapi saya juga bisa melihat ke belakang dan berkata, 'Anda tahu, itu mungkin hanya imajinasi saya'."

Entah penampakan itu muncul atau tidak, turis terus mencari hotel berhantu setiap musim gugur. Lee mencatat bahwa pemesanan untuk Lord Baltimore melonjak setiap tahun menjelang Halloween.

"Saya selalu mengatakan kepada orang-orang yang khawatir dengan lokasi tertentu, tang tidak ingin berhubungan dengan hantu, bahwa tidak ada cara untuk menghindarinya, jadi sebaiknya terima saja," ujar Lee.

Tags : Pariwisata, Amerika Serikat, Gaya hidup, Sejarah, Industri pariwisata dan hiburan,