
DAIK LINGGA - Setiap momen hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha warga di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) masih mempertahankan tradisi budaya makan bersama yang sudah diwariskan secara turun temurun.
Seperti pada Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriyah menjadi sangat berati bagi masyarakat Lingga. Nilai kekeluargaan yang masih ada tidak hanya membuat hari raya Idul Fitri dilaksanakan dengan meriah dengan tradisi yang ada.
Wilayah Negeri Bunda Tanah Melayu ini memiliki cara tersendiri yang diwariskan secara turun temurun, dalam merayakan hari perayaan besar Islam.
Salah satunya makan besar atau makan bersama, yang dilakukan usai salat Idul Fitri maupun pada Idul Adha.
Salah satunya dirayakan juga oleh masyarakat Kampung Tengah dan Kampung Suak Rasau, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat.
Setiap rumah membawa hidangan yang berisikan ketupat, lontong atau segala makanan siap saji yang telah dimasak untuk dibawa ke Masjid.
Makanan itu dijadikan sebagai hidangan besar untuk warga makan bersama, dalam menikmati dan merayakan lebaran.
Suasana shalat Idul Fitri 1446 Hijriyah di Daek Lingga, Kepri
Bentuk penyajiannya diletakkan di sebuah talam atau nampan bulat, yang ditutupi tudung saji pandan dilapisi kain warna-warni bercorak khas Melayu.
Usai pembacaan doa yang dilakukan tokoh agama, warga mulai mengelilingi hidangan dengan jumlah 4 atau 5 orang.
Sambil mencicipi ketupat dan lauk pauk yang ada, momen ini dijadikan mereka sebagai pembuka bicara, bercerita, saling memaafkan antar sesama.
"Bahkan di malam takbir juga ada tetangga-tetangga terdekat berbagi makanan," kata Pemerihati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy mengungkapkan hal ini dengan maksud untuk memperkuat tali silaturahmi antar sesama.
Dia mengungkapkan, lebaran Idul Fitri dan Idul Adha menjadi meriah dengan tradisi yang masih terjaga ini.
"Memang tradisi ini sudah dari dulu dan terus telestarikan, karena di situ lah mereka sama-sama memanjatkan doa," ujarnya.
Tidak hanya itu, seusai salat Id warga menyempati perayaan Idul Fitiri maupun Idul Adha ini dengan berziarah ke makam-makam orang tua, saudara, atau kerabtnya yang telah meninggal dunia.
Suasana riuh pun muncul, ketika warga bertamu ke rumah tetangga dan memulai obrolan mereka.
Bupati Linga beserta keluarga melaksanakan Sholat Idul Fitri 1446H/2025M di Dea Resun
Busana warna-warni juga tampak terlihat di jalan pedesaan, ketika warga hendak melakukan kunjungan bertamu.
Minuman kaleng banyak ditemukan di rumah warga saat merayakan lebaran.
Jika ada keluarga yang datang berkunjung biasa disuguhkan aneka minuman kaleng selain kue dan makanan khas seperti pada hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah.
Aneka minuman kaleng setidaknya terlihat disetiap rumah penduduk. Pengelola Swalayan mengatakan, permintaan masyarakat untuk membeli masih standar.
Menurut para pengelol swalayan, peningkatan permintaan terjadi tujuh hari menjelang lebaran idul Fitri, dengan puncak tertinggi tiga hari sebelum lebaran.
Stok air kaleng yang tersedia saat ini di tempatnya sebanyak 300 dus minuman kaleng dengan berbagai merk.
Salah satunya merk yeos, memiliki banyak permintaan di Kabupaten Lingga.
"Untuk harga kita jual Rp104 ribu satu kes dengan merk Yeos. Meski harga diluar naik namun kita tidak menaikkan harga," sebut Januar saat diwawancarai.
Sementara untuk merk lain harga bervariasi mulai dari Rp98 ribu, Rp100 ribu hingga Rp102 ribu.
Animo masyarakat cukup tinggi dalam mengkonsumsi air kaleng. Di mana tahun 2025 pihaknya mampu menjual hampir 1.000 kaleng dengan berbagai merk.
Yang menariknya bagi masyarakat Daik Lingga, Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad pada shalat Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriyah/2025 Masehi kemarin menjadi khatib di Pelataran Kantor Bupati Lingga di Daik.
Ribuan masyarakat memenuhi pelataran kantor Bupati di Daik Lingga sejak pagi, dan shalat Idul Fitri dilaksanakan tepat pukul 07.30 WIB dengan Ustadz Muhammad Salim Alhafiz bertindak sebagai Imam.
Gubernur Ansar dalam kesempatan ini memakai baju dan sarung serba putih serta memakai peci hitam fan sorban.
Dalam khutbah Idul Fitri 1446 H kali ini Ansar menekankan agar anak-anak Kepri wajib berbakti kepada kedua orang tua. Karena tanpa kedua orang tua tidak akan ada satu anak pun yang bisa mencapai kesuksesannya.
“Pejabat sukses, politikus hebat, pegawai teladan, pengusaha, atlet olahraga dan profesi apapun. Ketahuilah bahwa tanpa andil kerja keras dan doa kedua orang tua, kita semua tidak akan bisa menggapai kesuksesan,” kata Ansar dalam kesempatan ini.
Terkhusus untuk ibu, lanjut Ansar, dialah yang telah mengandung selama 9 bulan dalam keadaan kepayahan dan melahirkan dengan kondisi bertaruh nyawa.
“Sayangi orang tua terutama ibu. Tunjukkan bakti terbaik kepada mereka terutama bagi yang saat ini masih hidup. Dan panjatkan doa terbaik bagi saudara-saudara yang orang tuanya sudah tiada,” ujar Ansar.
Makan bersama di Masjid dan Surau usai Shalat Idul Fitri
Khutbah serta lantunan doa yang disampaikan Gubernur Ansar terkhusus mengenai jejak perjuangan kedua orang tua kali ini membuat suasana jamaah menjadi mengharu biru. Tampak sejumlah jemaah berulangkali menyeka airmata, baik jamaah laki-laki maupun perempuan.
Kegiatan shalat Idul Fitri 1446 H ini diakhiri dengan saling salam-salaman. Gubernur Kepri H. Ansar Ahmad dalam kesempatan itu juga menyampaikan ucapan selamat pada masyarakat Lingga. (*)
Tags : Idul Fitri 1446 hijriyah, lebaran 2025, Suasana Idul Fitri di Daik Lingga, Kepri, Daik Lingga Pertahankan Tradisi Makan Bersama, Tradisi Diwariskan Turun temurun,