JAKARTA – Sujud syahwi merupakan sebuah sujud yang dilakukan di akhir sholat akibat adanya kesalahan maupun kekurangan dalam sholat. Lantas apa saja sebetulnya yang membuat orang harus melakukan sujud syahwi?
Syahwi secara bahasa berarti lupa atau lalai. Maksud syahwi di sini adalah suatu kesalahan baik yang disengaja maupun tidak yang dilakukan oleh seseorang dalam shalatnya, yang menyebabkan wajibnya mengganti dengan sujud di akhir shalat sebagai pengganti kesalahan itu.
Imam Syafii dalam Fikih Manhaji menyebutkan sejumlah faktor yang mengharuskan seseorang melakukan sujud syahwi dalam sholat.
Pertama, meninggalkan sunnah ab’adh, seperti tasyahud awal dan qunut. Dalam sebuah hadis, Abdullah bin Buhainah berkata, “Rasulullah SAW pernah mengerjakan sholat dua rakaat bersama kami, beliau duduk usai mengerjakan dua rakaat zhuhur diikuti oleh beberapa yang lain. Saat menunggu beliau mengucapkan salam pertanda sholat usai, beliau bertakbir lagi lalu sujud dua kali dari duduk. Baru kemudian beliau mengucapkan salam,”.
Dari Mughirah bin Syu’bah, Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang dari kalian terlanjur berdiri, maka jika berdirinya belum sempurna hendaklah ia duduk. Tapi jika berdirinya sudah sempurna, maka tidak usah duduk tapi sujud syahwi,”.
Kedua, ragu dalam jumlah rakaat. Dalam kondisi ini, ambil lah rakaat yang paling sedikit lalu menyempurnakan sisanya. Setelah itu lakukan sujud syahwi karena ada kemungkinan rakaat sholatnya berlebih.
Misalnya, lupa apakah sholat zhuhur sudah tiga atau empat rakaat. Buang rasa ragu tersebut dan yakinkan tiga rakaat, lalu genapkan satu rakaat. Sebelum salam, lakukan sujud dua kali sebagai pengganti barangkali shalatnya lima rakaat.
Namun apabila rasa ragu itu muncul usai sholat, maka keabsahan shalat tidak terpengaruh sedikit pun. Kecuali ragu-ragu dalam niat dan takbiratul ihram. Jika ini terjadi, maka wajib diulang.
Ketiga, mengerjakan larangan yang dapat membatalkan sholat jika disengaja. Misalnya lupa mengucapkan beberapa kata, atau menambah rakaat sholat. Jika teringat akan hal itu pada saat shalat, sunnah baginya melakukan sujud syahwi.
Keempat, melakukan rukun, sunnah ab’adh, atau membaca surah tidak pada tempatnya. Misalnya, membaca Al-Fatihah pada waktu duduk tasyahud, membaca qunut waktu rukuk, membaca surah yang disunahkan setelah Al-Fatihah waktu I’tidal. Jika ini semua dilakukan, disunahkan melakukan sujud syahwi di akhir shalat.
Tata cara sujud syahwi
Sujud syahwi dilakukan dua kali persis seperti sujud sholat pada umumnya. Niatnya, mengerjakan sujud syahwi dan dilakukan sebelum salam. Jika sujud belum dilakukan karena lupa atau disengaja lama setelah salam, maka tidak perlu lagi sujud. Jika jaraknya dari salam tidak lama, sujud masih dapat dilakukan dengan cara sujud dua kali. Niatnya sujud syahwi, lalu melakukan salam lagi.
Adapun hukum sujud syahwi adalah sunnah di saat adanya salah satu sebab dari penyebab-penyebab sebagaimana yang disebutkan di atas. Maka dari itu shalat tetap sah jika sujud tidak dilakukan karena bukan wajib. Hal ini karena sujud syahwi tidak disyariatkan sebagai pengganti wajib.
Dalilnya adalah hadis dari Abu Hurairah, dia berkata, “Nabi pernah shalat zhuhur dan ashar bersama kami. Usai beliau mengucapkan salam, Dzul Yadyn berujar, ‘Apakah shalatnya dikurangi, wahai Rasulullah?’. Nabi pun balik bertanya, ‘Betulkah yang dia bilang?’. Para sahabat pun menjawab, ‘Betul’. Beliau pun menyempurnakan dua rakaat lagi kemudian sujud dua kali”. (*)
sumber: Republika
Tags : sujud sahwi, sujud syahwi, syahwi, sholat, cara sujud syahwi,