Artikel   08-05-2025 13:59 WIB

Suku Akit yang Pertama Mendiami di Pedalaman Pulau Terluar Bengkalis

Suku Akit yang Pertama Mendiami di Pedalaman Pulau Terluar Bengkalis

SUKU AKIT atau orang akik merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di kawasan Rupat, Riau. 

Salah satu pulau terluar seperti di Pulau Rupat juga memiliki suku asli yang disebut sebagai yang pertama di sana. Suku ini banyak ditemui di Kecamatan Rupat Utara, Suku Akit menjadi salah satu kearifan lokal yang mendiami bagian Utara Pulau Rupat.

Menyebut pulau terluar Riau itu, tak lengkap tanpa menyebut Suku Akit.

Masyarakat Suku Akit hidup menyebar di sejumlah kecamatan di Rupat Utara dan menjadi 1 dari 7 suku yang mendiami Pulau Rupat.

"Rupat Utara bukan hanya ada Suku Melayu, tapi juga ada suku-suku lain yang termasuk mayoritas juga, Suku Akit."

"Mereka paling banyak di daerah Titi Akar, daerah Utan Ayu Desa Sukadamai, Tanjung Medang dan hampir semua desa ada Suku Akit, tapi tak terlalu banyak," kata Sekretaris Camat Rupat Utara, Ahmad Tarmizi di kantornya.

Dalam kegiatan pariwisata di Pulau Rupat, tradisi dan keunikan Suku Akit juga kerap dihadirkan dalam event dan acara besar.

"Mereka juga berpartisipasi dalam mengisi pariwisata atau budaya yang dilakukan setiap tahunnya seperti menyambut tamu, menampilkan tarian mak yung. Kalau di Malaysia sama dengan tari persembahan, ada juga genong, ada juga maling, selain itu juga ada lomba menyumpit," lanjut Ahmad.

Ahmad memberi saran untuk melakukan penelusuran hingga ke Desa Titi Akar yang menjadi salah satu basis kegiatan Suku Akit. Di sana, bertemu dengan Kepala Desa Titi Akar, Sukarto.

Sebagai keturunan asli dari Suku Akit, ia menyebut kalau ia berasal dari Suku Akit Atas.

Merujuk dari kata nenek moyang, ia membenarkan kalau Suku Akit adalah yang pertama ada di Pulau Rupat.

"Terkait dengan suku sesuai dengan sejarah Suku Akit. Suku pertama yang mendiami Desa Titi Akar adalah Suku Akit Atas yang dahulu berasal dari Kerajaan Siak," ujarnya.

Tetapi Suku Akit Atas disebut Sukarto erat kaitannya dengan Kerajaan Siak yang awal mulanya berada di Kabupaten Siak, Riau.

Berasal dari sana, dahulu nenek moyang Suku Akit Atas melakukan perjalanan hingga sampai ke Pulau Rupat.

"Menurut sejarah yang kita tahu, dahulu Suku Akit Atas dulunya merupakan pemberian atau dikaruniakan oleh Kerajaan Siak," cerita Sukarto.

Fakta menarik lainnya, identitas asli Pulau Rupat terbentuk dari Suku Akit Atas di Desa Titi Akar. Dahulu dinamakan Pulau bertukar tempat, di mana kemudian menjadi Pulau Rupat.

"Pulau sebesar Pulau Rupat ini sejarahnya pulau bertukar tempat. Asal-usul pulau bertukar tempat ini asal terjadinya dan Titi Akar sukunya bertempat di Desa Titi Akar," terangnya.

Kisah itu erat kaitannya dengan cerita perjalanan Suku Akit Atas yang bertemu dengan pemilik Pulau Rupat terdahulu, Datuk Empang Kelapahan. Di mana dia bersedia pulaunya ditukar oleh sejumlah barang sebagai syarat.

"Dahulu Pulau Rupat ini ditukar dengan pemilik Pulau Rupat yang bernama Datuk Empang Kelapahan, dan permintaan dari Datuk Empang Kelapahan beliau bersedia meninggalkan pulau ini dan menyerahkan ke Suku Akit Atas dengan catatan sekelompok Suku Hutan dan Suku Akit Atas dapat memenuhi permintaan. Beliau meminta sebatang dayung emas, sekerat tamping sagu," cerita Sukarto.

Setelah memenuhi syarat itu, Suku Akit Atas melakukan perjalanan dan merantau di kecamatan Utara Pulau Rupat hingga kini. Barulah setelah itu, suku lain datang dan ikut meninggali Pulau Rupat.

Selain meminta keterangan dari Kepala Desa Titi Akar, detikTravel juga sempat berbicara dengan salah satu sesepuh suku bernama Boyan.

Sebagai salah satu yang dituakan, Boyan kerap disebut sebagai Batin Sekecamatan.

Senada dengan Sukarto, Boyen juga menegaskan kembali kalau dahulu Suku Akit Atas berasal dari Kesultanan Siak Indrapura yang ada di daratan Riau.

"Ya, kami dulunya dari Sultan Siak. Waktu itu anaknya mau pesta, dia memanggillah sepuh-sepuh untuk membikin tema. Maka itu lah kami 3 suku datang ke Siak. Satu Suku Rupat, Suku Akit, Suku Akit Atas. Kami dari Desa Titi Akar Pulau Rupat ini, digelarnya Suku Akit Atas," ujar Boyan.

Lebih lanjut, gelar Suku Akit erat kaitannya dengan mandat dari Sultan Siak. Di mana dahulu Suku Akit ditugaskan untuk membuat rakit dari kayu yang ditebang oleh Suku Hutan.

Pemberian gelar itu juga diperkuat dengan surat khusus yang telah ada sejak zaman Hindia Belanda.

"Waktu kami nebang kayu ini, orang hutan tadi menebang kayu, orang atas macam sungai orang tadi memotong kayu membuat rakit, supaya rakit sampai ke tempat yang dimaksud," tambahnya.

Walau merupakan suku asli dan pertama di Pulau Rupat, mayoritas Suku Akit Atas beragama Buddha. Adapun dapat ditemui juga pemeluk agama lain di desa tersebut.

Sedangkan untuk pekerjaan, dahulu Suku Akit menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian atau kegiatan perladangan.

Hanya oleh salah satu anggota masyarakat yang dituakan, Anyang Be, telah terjadi pergeseran profesi.

"Sekarang cuma hanya yang kita tahu di kampung cuma tiga yang sebenarnya. Sekarang perkebunan kecil, sawit, karet, nelayan. Kalau dulunya kita hari-harinya kerja di hutan, ladang padi nenek moyang kita," tutur Anyang Be.

"Sekarang semenjak dilarang pembakaran hutan, lahan kita tak bisa lagi melanjutkan itu karena membakar dilarang sekarang. Pekerjaan lainnya di kampung gak ada," sambungnya. (*)

Tags : suku akit, suku pedalaman di pulau rupat, suku akit mendiami pulau terluar, suku akit berdampingan dengan suku melayu, bengkalis, suku akit di pulau rupat,