AGAMA – Usai Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Utsmani pada 29 Mei 1453, Sultan Muhammad II mengumumkan jaminan memeluk agama kepada masyarakat di sana yang non muslim. Tentara kekhalifahan Islam pun oleh dia dilarang mengganggu kebebasan beragama masyarakat Konstantinopel yang non Muslim.
“Baginda (Sultan Muhammad II) mengeluarkan perintah, bahwasanya tentara Islam sekali-kali tidak boleh mengganggu orang-orang Kristen,” tulis Prof Hamka (Buya Hamka) dalam Sejarah Umat Islam.
Sultan Muhammad II juga memerintahkan agar syiar agama Kristen dikalankan sebagaimana biasanya. Dia lalu mengundang beberapa orang uskup di bekas Kerajaan Romawi.
Sultan Muhammad II Menyampaikan bahwa dia ingin sekali orang Kristen mengerjakan agamanya dengan sungguh-sungguh dan menghilangkan perselisihan sesama mereka. Maka, supaya umat Kristen berjalan dengan baik dan tidak terhalang, Sultan menganjurkan supaya uskup-uskup itu memilih sendiri di kalangan mereka, siapa yang layak menjadi Patriark (gelar uskup tertinggi).
Sultan menyatakan, bahwa dia tidak ingin mengintervensi atau memaksakan kehendaknya siapa yang akan dipilih menjadi Patriark. Hanya saja, Sultan meminta pemilihan itu dilakukan secara cepat dan dia akan menanggung biaya pemilihan Patriark.
Awalnya, para uskup kaget dengan permintaan Sultan itu, seakan-akan tidak percaya. Sebab, negeri mereka pernah diserang dan diduduki pula oleh kawan seagamanya sendiri saat terjadi perang salib.
Diceritakanlah bagaimana sikap tak simpatik dari pasukan yang menduduki itu di Tanah Air mereka. Karena, mereka tidak mau bersatu di bawah pimpinan Paus.
Mereka menyangka akan sama nasib mereka di bawah Sultan Muhammad II. Dan, sudah lama pula di Konstantinopel tidak ada Patriark.
Maka, setelah permintaan Sultan itu, dipilihlah oleh para uskup itu Agnadius menjadi Patriark, pendeta yang terkenal menentang keras persatuan dengan Roma dulu. Selesai pelantikan, maka mereka bersama bertemu dengan Sutlan di istana.
Oleh Sultan, mereka disambut dengan serba kehormatan dan dijamu dengan sangat baik. Setelah makan-makan dan minum, maka keluarlah seorang penggawa membawa tongkat kebesaran Patriark.
Sultan kemudian bersabda, “Tuan adalah Patriark kaum Nasrani di negeri ini. Semoga Tuhan selalu memberikan perlindungan bagi tuan. Pandanglah selalu bahwa saya adalah sahabat tuan dan sahabat jamaah tuan. Segala hak-hak tuan yang dipusakai sejak dari nenek moyang tuan pakailah kembali,” kata Sultan.
Setelah upacara selesai, Patriark memohon diri hendak pulang. Sultan pun berdiri dari duduknya dan bersama para pejabatnya, mengantarkan Patriark sampai ke pintu.
Di halaman istana telah menunggu kuda kendaraan Patriark yang sudah disediakan. Sampai terloncat dari mulutnya perkataan yang sebenarnya mesti dirahasiakan sebenarnya oleh Patriark karena terharunya.
“Kaisar-kaisar kami sendiri tidak pernah melakukan begini kepada kami!”
Kemudian keluarlah sabda resmi dari Sultan bahwa Patriark aman dalam perlindungan Sultan. Dan kedudukan Patriark disamakan dengan para menteri yang lain dalam Dinasti Turki Utsmani yang bertugas mengurus rakyat Sultan yang beragama Nasrani, baik dalam urusan sipil atau dalam urusan agamanya.
Oleh sebab itu, Patriark Konstantinopel mempunya dua tugas, yaitu memimpin golongannya sendiri dan menjadi satu di antara menteri-menteri Kerajaan Turki Utsmani yang sama hak nya dengan menteri yang lain. (*)
Tags : Index, konstantinopel, penaklukan konstantinopel, sultan muhammad II, uskup konstantinopel,