Headline Artikel   2024/05/21 12:7 WIB

Surga di Ujung Utara Kepulauan Natuna Ada Potensi Tersembunyi, Aktivis: 'Tetapi Terus Diburu Negara Luar'

Surga di Ujung Utara Kepulauan Natuna Ada Potensi Tersembunyi, Aktivis: 'Tetapi Terus Diburu Negara Luar'
Ir Marganda Simamaora SH M.Si, Aktivis dari Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba].

NATUNA memang agak terisolir dibandingkan destinasi wisata pulau populer lainnya, meski kenyataannya Natuna memiliki potensi wisata yang luar biasa.

"Dibalik wilayah laut Natuna, Kepulauan Riau [Kepri] ada potensi alam tersembunyi yang terus diburu negara luar."

"Pulau itu terletak di Laut China Selatan, Natuna berbatasan langsung dengan perairan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam," kata Aktivis dari Yayasan Sahabat Alam Rimba [Salamba], Ir Marganda Simamaora SH M.Si, yang pernah melakukan kunjungan ke wilayah Utara Indonesia itu. 

Kabupaten dekat laut Cina Selatan itu memiliki ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna di [ZEEI] dengan total cadangan 222 trillion cubic feet [TCT] dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.

Jadi perairan Natuna merupakan wilayah yang strategis dengan banyaknya jalur pelayaran yang melaluinya yang memiliki potensi alam tersembunyi yang terus diburu negara luar.

"Selain strategis, Perairan Natuna juga dikaruniai SDA yang melimpah, dan belum semuanya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia sendiri."

"Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga setiap jengkal tanah, serta mengoptimalkan seluruh potensi tanah, air dan udara di bumi itu untuk keberlangsungan hidup serta kesejahteraan seluruh rakyatnya," kata dia.

Pusat pemerintahan Pemkab Natuna dan Kantor Dinas dari Kompleks Masjid Agung.

"Ada lebih dari satu bulan lamanya saya berada di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau."

"Ini bukan liburan, tapi untuk liputan," kata Ganda Mora [sapaan panggilannya] yang pernah mengunjungi pulau berdekatan dengan negara luar tersebut.

"Saya pergi bersama rekan videografer. Kami bertemu beberapa nelayan, berbincang dengan warga lokal, dan mewawancarai pejabat setempat," sebutnya.

Kemudian mendatangi sejumlah tempat dari Selat Lampa di selatan sampai Tanjung Datuk di utara Pulau Bunguran.

Natuna terdiri dari gugusan pulau, dari Pulau Bunguran atau Natuna, Pulau Sedanau, Pulau Laut, Pulau Subi Besar, hingga Serasan.

Pusat pemerintahan berada di Pulau Bunguran. Wilayahnya berada di ujung utara perbatasan RI, berhadapan dengan negara lain.

Tak heran sejumlah nelayan di sana kerap bertemu kapal-kapal asing, terutama Vietnam dan China.

Sebagai daerah kepulauan, Natuna memiliki 119 daya tarik wisata, 80 persen adalah wisata bahari. Terdapat sekitar 79 garis pantai tersebar di gugusan kepulauan tersebut.

"Di tengah aktivitas liputan, saya menyempatkan mendatangi sejumlah lokasi. Selama di sana, cuaca cukup bersahabat. Langit cerah dengan terik matahari yang menyengat."

Natuna identik dengan konflik perbatasan. Kawasan pesisir ini kaya potensi wisata alam, sejarah, dan kuliner.

"Saya merangkum sejumlah tempat dalam satu hari penuh, hingga malam selama di Natuna," sebutnya.

Ia juga menceritakan sarapan di Warung Kopi Akun. Lokasinya tak begitu jauh dari penginapan saya di Jalan Datuk Kaya Wan Mohammad Benteng.

Warung Kopi Akun terletak di Jalan Soekarno-Hatta, seberang Pantai Piwang. Lokasinya berada di jalur utama Natuna. Salah satu makanan favorit di warung ini bubur ikan. Harga satu porsinya Rp15 ribu.

Tampilannya sama dengan bubur nasi pada umumnya. Namun, bubur ini lebih encer, dengan suwiran ikan, ditambah telur setengah matang.

Yang kurang 'nendang' hanya makan bubur, ada pilihan lain di warung itu. Mie tarempa. Satu porsinya Rp18 ribu. Mie tersebut asli dari Kabupaten Anambas, tetangga Natuna.

Selain itu, warung itu juga dikenal dengan hidangan kopi hitam dan kopi susunya. Harga satu cangkir kopi hanya Rp5 ribu.

Warung ini sudah ramai sejak pagi.

Natuna identik dengan konflik perbatasan.

Jadi tempat berkumpul para PNS atau polisi untuk mengisi perut sebelum beraktivitas.

Setelah selesai mencicipi kudapan khas Natuna, ada terdapat Pantai Batu Kasah. Lokasinya berada di Kecamatan Bunguran Selatan. Mobil mengarah ke selatan Kota Ranai.

Butuh waktu sekitar 30 menit dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam untuk sampai ke Pantai Batu Kasah. 

Di pintu masuk kawasan itu berdiri gapura bertuliskan 'Geosite Batu Kasah Natuna', dengan ornamen alat musik gendang di bagian atas dan ikan di tiang gapura. 

Pantai-pantai di Natuna memang sepi jika dihari kerja. Kawasan pantai baru ramai pengunjung pada Sabtu dan Minggu.

Puluhan pohon kelapa berjejer di sepanjang pantai ini. Di antara pohon kelapa yang menjulang berdiri gubuk-gubuk kayu menghadap ke pantai. Gubuk tersebut disewakan ke pelancong.

Pasirnya begitu halus. Terdapat banyak batu-batu besar di sepanjang pantai. Batuan berbahan granit saling bertumpuk dan terhampar hingga menjorok ke laut.

Saat hari kerja, tak ada satu warung pun yang buka. Pusat informasi yang berada di sisi selatan juga tutup. Jadi kita bisa membawa camilan sebelum memutuskan datang bukan pada akhir pekan.

Natuna juga sudah memiliki Museum Sri Serindit. Jaraknya sekitar 45 berkendara dari Batu Kasah.

Museum ini terletak di Jalan Imam H. Ismail, Gang Tok Ilok, Kelurahan Ranai Darat, Bunguran Timur.

Museum tersimpan beragam benda peninggalan masa lalu di sana. Seperti piring, vas bunga, mangkuk, dan perkakas rumah tangga lainnya, hingga berbagai senjata, pedang, keris, serta tembakan.

Nelayan Natuna masih dihantui kelangkaan BBM dan alat tangkap ikan.

Pihak Museum mengaku memilki benada-benda kuno mayoritas barang arkeologi berasal dari sejumlah dinasti di China, India, Persia, Timur Tengah, Eropa, Jepang, Vietnam, Thailand, serta Pulau Jawa.

Museum buka Sabtu sampai Kamis, pukul 09.00 sampai 16.00 WIB, jadi kita bisa datang asal membuat janji terlebih dahulu. Lokasinya hanya sekitar 15 menit berkendara dari pusat kota.

Di museum itu tersimpan kapak prasejarah hingga fosil yang diperkirakan dari zaman purba sekitar 70 sampai 100 juta tahun lalu.

Jadi di museum itu ditemukan mulai dari peradaban prasejarah, ada kampak zaman neolitikum, megalitikum, dan ini ada fosil awal pembentukan Pulau Bunguran, gugusan Pulau Natuna ini. Pengelola museum mengakui ada fosil ditemukan sekitar 70 sampai 100 juta tahun yang lalu.

Untuk lebih santai, makan siang bisa di Pantai Tanjung. Pantai ini berada di Kecamatan Bunguran Timur Laut. Dari museum, destinasi wisata ini bisa ditempuh dalam waktu 30 menit.

Sama seperti Pantai Batuh Kasah, pantai ini juga sepi dari pengunjung pada hari kerja. "Tapi tenang, beberapa warung tetap buka," sebutnya menceritakan.

Pantai Tanjung memiliki garis pantai yang panjang. Ombaknya juga cukup tenang.

Warung-warung berjajar di tepi pantai. Terdapat beberapa menu makanan, mayoritas hidangan laut. Mereka juga menyajikan sejumlah minuman, termasuk kelapa muda.

Sambil menikmati makan siang bisa dirasakan desiran angin laut. Pemandangan Gunung Ranai di sisi barat daya menjadi pelengkap.

"Menurut pemilik warung, Pantai Tanjung baru ramai pada Sabtu dan Minggu. Warga dari beberapa kecamatan di Natuna terlihat memadati kawasan pantai," cerita Ganda.

Menikmati matahari terbenam bisa dilakukan dan jika terus bergerak ke utara, menuju salah satu geosite, Tanjung Datuk bisa ditempuh dari Pantai Tanjung sekitar 45 menit.

Tanjung Datu berada di Kecamatan Bunguran Utara. Bisa dilewati beberapa pantai yang juga menjadi destinasi wisata warga lokal, seperti Pantai Sujung.

Disana beberapa penginapan juga sedang dalam tahap pembangunan.

"Ya Natuna sepertinya sedang bersolek, menyambut kedatangan turis," sebutnya.

Amat, sopir rental menyebut mantan pejabat negara ada yang membeli puluhan hektare tanah di sisi timur pantai Natuna tersebut.

Tanjung Datuk merupakan bukit batu, dengan tebing menjorok ke pantai. Kendaraan harus melewati jalan menanjak.

Di atas bukit ini ada bangunan radar milik TNI AU. Selain itu ada villa milik warga lokal.

Tettapi menurut Amat, batu tersebut adalah monumen penanda peristiwa tewasnya sejumlah prajurit TNI saat latihan beberapa tahun lalu.

Dari atas tebing juga bisa melihat lautan lepas hingga Pulau Laut yang terletak di utara Pulau Bunguran. 

Jika menyusuri tebing batuan untuk sampai pantai, sama seperti di dua pantai sebelumnya, kawasan ini memiliki ombak yang tenang. 

Jika dimalam hari di seberang Pantai Piwang, pusat keramaian di Kota Ranai terdapat kafe favorit warga lokal di Jalan Soekarno-Hatta, Ranai.

Kafe ini bernama 'Hari Dah Sore' atau dikenal warga dengan sebutan HDS. Lokasinya persis di sisi jalan, seberang Pantai Piwang.

Kafe ini selalu ramai saat malam hari, bahkan sampai pengunjung antre untuk bisa makan di sana saat akhir pekan.

Tempat kongkow ini memiliki banyak pilihan makanan dengan harga bersahabat, di bawah Rp25 ribu. Dari kopi, es jeruk Pontianak, roti john, hingga nasi goreng.

Bisa menghabiskan sisa malam di tempat ini sembari menikmati suasan kota Ranai, sebelum kembali ke penginapan.

Di samping bisa menjadi lokasi napak tilas sejarah kelautan Nusantara, Natuna juga cocok bagi sobat penyuka sensasi wisata alam.

Salah satu ikon wisata alam di Pulau Natuna adalah Alif Stone Park yang merupakan pantai dengan gugusan batu gratin yang sangat eksotis.

Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, letak pulau lautnya berbatasan dengan Vietnam dan Malaysia menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia dalam menjaga pulau seluas 37,64 km persegi itu dari ancaman negara lain, kata Ganda Mora, mantan pemimpin redaksi koran riaupersada ini. 

Meski tidak begitu luas atau hanya sekira 1,9 persen dari total luas Kabupaten Natuna, lautnya memiliki potensi perekonomian besar, khususnya perikanan laut dan perkebunan kelapa.

"Selain itu, alamnya yang indah dengan pantai pasir putih, air laut yang jernih, serta hamparan terumbu karang menjadikan pulau berpenduduk mayoritas suku Melayu itu memiliki potensi wisata tinggi," kata Ganda mora lagi.

Akan tetapi, hal itu belum tergarap optimal karena jaraknya yang jauh, bahkan dari ibu kota Kabupaten Natuna, Ranai. Untuk menjangkaunya, butuh 6 jam perjalanan laut dari Ranai.

Sementara dari ibu kota Kepulauan Riau di Tanjung Pinang, Pulau Laut dapat dijangkau selama 2-3 hari perjalanan kapal.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk membangun Pulau Laut agar tidak tertinggal dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Selain menyediakan fasilitas umum layanan pendidikan dari kesehatan hingga pendidikan, pemerintah juga telah mengalirkan listrik selama 24 jam tiga desa.

Ketersediaan air bersih bagi warga akan terlayani dengan baik seiring telah dibangunnya embung di Pulau Laut.

Tidak hanya itu, adanya menara BTS menjadikan sinyal telepon seluler 4G dapat dinikmati di sebagian pulau berpenduduk 2.259 jiwa itu.

Agar pulau laut terkoneksi dengan daerah-daerah lainnya di Kepulauan Riau serta wilayah lainnya di Indonesia, pemerintah membangun dermaga pelabuhan yang dapat disinggahi kapal pelayaran perintis.

Menurutnya, pembangunan yang gencar tidak berarti tanpa adanya pengamanan.

Pemerintah menempatakan personel TNI dan Polri, termasuk menempatkan Satgas Pengamanan Pulau Terluar di Pulau Sekatung yang berada tak jauh di utara Pulau Laut.

Hal tersebut dilakukan agar mutiara di ujung Natuna Utara itu tidak lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi.

Tetapi Ganda Mora mengakui, bukan tidak adanya permasalahan di wilayah laut perbatasan itu.

Berbagai persoalan seperti sengketa wilayah, pemerataan pembangunan, konflik komunal, kemiskinan, bencana alam, illegal fishing, perdagangan manusia, penyelundupan narkotika, pasar gelap dan berbagai persoalan lainnya masih menjadi agenda penting yang mendesak untuk diselesaikan.

Permasalahan perbatasan yang begitu kompleks sudah pasti memerlukan berbagai pendekatan untuk menyelesaikannya.

Orientasi politik penyelesaian persoalan di wilayah perbatasan di Indonesia masih mengedepankan hard border policy dengan pengamanan militer yang ketat.

Pendekatan yang digunakan selama ini dianggap belum mempu menyelesaikan kompleksnya permasalahan di perbatasan.

Untuk itulah orientasi atau pendekatan soft border policy penting untuk diikhtiarkan, yakni dari pendekatan keamanan menjadi pendekatan kesejahteraan, kata dia.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai upaya seperti penciptaan peluang kerja, ketersediaan akses pendidikan dan kesehatan, ketersediaan akses listrik, bahan pangan, air bersih dan kebutuhan lainnya perlu dimaksimalkan.

Berbagai potensi wilayah yang dapat membangkitkan ekonomi di perbatasan harus dimanfaatkan.

"Nyatanya saat ini masyarakat di wilayah perbatasan sangat identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan."

Kondisi pengelolaan wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar selama ini belum terintegrasi dengan baik.

Selain itu perlu adanya keterpaduan, sinergi antar pusat dan daerah serta sinergi antar daerah yang berkelanjutan untuk menyelesaikan berbagai persoalan perbatasan agar di kemudian hari tidak menjadi semakin pelik.

Satu hal lain yang penting dalam upaya penyelesaian perbatasan ini adalah harmonisasi dengan negara-negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Upaya pengembangan wilayah perbatasan harus melibatkan kedua negara yang bersebelahan.

Hal ini penting, agar pendekatan pemberdayaan manusia di perbatasan yang kemudian menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah dapat menjadi kebijakan kedua belah pihak.

Wilayah perbatasan sesungguhnya adalah ‘halaman depan’ rumah kita, oleh karena itu menjaga dan memberdayakannya adalah satu hal yang penting dan bersifat mutlak.

Untuk itu berbagai pendekatan penting digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di perbatasan, termasuk dalam hal ini pendekatan historis.

Dalam kasus sengketa pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia adalah contoh teranyar.

Bagaimana fakta historis punya peran penting dalam membuktikan dan memperkuat kepemilikan suatu wilayah.

"Pengalaman ini pun menjadi pembelajaran di masa yang akan datang."

Untuk itulah, kata dia, narasi historis yang didasari pada fakta-fakta kredibel tentang wilayah perbatasan menjadi sangat penting.

Ketersediaan fakta dan narasi historis akan menguatkan Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman persengketaan wilayah dengan negara lain.

"Lebih dari itu, narasi historis penting sebagai pedoman bagi masyarakat dalam memahami dan menggali potensi wilayahnya serta menjadi landasan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk memberdayakan masyarakat di perbatasan," kata dia.

Natuna, sebut Ganda lagi, garda terdepan negara kita yang jelas-jelas berhadapan dengan empat negara tetangga.

"Wilayah ini harus menjadi gerbang utama yang tetap terjaga dan masyarakatnya berdaya."  

Mengingat, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Luasnya yang mencapai 8,3 juta kilometer persegi, membuat Indonesia sebagai negara yang kaya akan beragam potensi sumber daya, baik sumber daya manusia dan budaya maupun sumber daya alam, baik yang ada di laut, darat maupun di udara.

"Setiap jengkal tanah Indonesia yang kita pijak adalah hasil jerih payah para pendiri bangsa yang telah berjuang mengorbankan segenap jiwa, raga, dan harta," sebutnya.

"Sudah menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus untuk menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan dengan bijak setiap jengkal tanah yang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini," kata Ganda Mora pula.

Tetapi menurutnya lagi, konsekuensi dari luasnya Indonesia sebagai negara kepulauan, yang wilayahnya mencakup daratan dan perairan adalah, banyaknya wilayah yang berbatasan dengan setidaknya sepuluh negara, yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste.

Terdapat sebanyak 41 kabupaten/kota di 13 provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara-negara tersebut.

Fakta inilah yang kemudian membuat wilayah perbatasan Indonesia harus mendapatkan perhatian khusus.

Wilayah perbatasan ibarat garda terdepan atau gerbang yang merupakan wujud kedaulatan wilayah Indonesia.

"Untuk itulah wilayah perbatasan ini harus terjaga dan berdaya dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu kabupaten perbatasan yang memiliki nilai strategis adalah Kabupaten Natuna di Provinsi Kepulauan Riau," sebutnya.

Menurutnya, Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Malaysia di sebelah barat, serta dengan Vietnam dan Laut China Selatan di sebelah utara.

Posisinya yang strategis dan sarat sumber daya membuat Natuna bak ‘kemilau mutiara’ yang mencuri perhatian.

Sejak lama Natuna adalah jalur strategis bagi pelayaran internasional. Di samping itu, Natuna merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam, terutama kekayaan alam laut dan mineral.

Namun yang lebih penting adalah bahwa Natuna adalah narasi yang tidak dapat dipisahkan dalam arus sejarah Indonesia.

Namun, klaim historis nyatanya tidaklah cukup untuk menguatkan kedaulatan atas wilayah-wilayah perbatasan.

Diperlukan fakta-fakta kredibel yang dapat menguatkan klaim historis tersebut, termasuk Kepulauan Natuna.

Jadi Natuna menurut Ganda Mora sangat penting dikuatkan dengan fakta-fakta historis. Jika fakta atau bukti tersebut berhasil diungkap, kata dia, di kemudian hari Indonesia akan lebih siap menghadapi berbagai skenario penyelesaian sengketa batas, baik secara bilateral maupun internasional. (*)

Tags : natuna, pulau natuna, kepulauan riau, natuna kepri, natuna surga di ujung utara, kepulauan natuna ada potensi tersembunyi, sahabat alam rimba, aktivis ganda mora, natuna terus diburu negara luar, Artikel,