Artikel   2024/07/03 8:26 WIB

Surga Tersembunyi di Desa Kelumu, 'Dipenuhi Keindahan Hamparan Hutan Mangrove yang Masih Perawan'

Surga Tersembunyi di Desa Kelumu, 'Dipenuhi Keindahan Hamparan Hutan Mangrove yang Masih Perawan'
Pesona Wisata Hutan Mangrove di Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.

DAIK LINGGA, RIAUPAGI.COM - Pemerintah Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Provinsi Kepulauan Riau [Kepri] terus menjaga dan mengembangkan pariwisata hutan bakau [Mangrove] yang memiliki pesona hutan bakau menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

"Hutan Mangrove Ini adalah tempat yang ideal yang ingin bersenang-senang tanpa harus pergi jauh dari pusat kota."

Tempat wisata [Hutan Mangrove] di Desa Kelumu yang satu ini bukan sekadar hutan biasa, tapi tempat asyik buat nongkrong bareng teman-teman, orang tersayang dan keluarga tercinta.

Bagi yang ingin liburan ke tengah hutan dengan suasana pepohonan rindang dan udara segar, tak perlu jauh-jauh ke luar kota. Siapa yang tak kenal dengan Hutan Mangrove di Lingga. Lokasinya mudah dijangkau, berada tepat di tengah-tengah kota.

Tempat ini adalah lokasi hijau yang menyediakan ruang berharga bagi penduduk kota untuk bersantai, berolahraga, dan menikmati alam.

Terlepas dari rutinitas harian yang sibuk, Hutan Mangrove adalah tempat yang sempurna untuk melarikan diri sejenak.

Objek wisata ini persis berada di seberang jalan utama depan Kantor Desa Kelumu. Jembatan panjang ratusan meter dicat bak pelangi menambah kesan bagi pengunjung menelusuri wisata ini langkah demi langkah.

Wisata hutan bakau ini sudah lama hadir menambah warna-warni keberagaman objek wisata di Negeri Bunda Tanah Melayu.

Setiap akhir pekan, biasanya objek wisata ini selalu dikunjungi pengunjung. Sejauh ini setiap pengunjung yang datang berwisata belum dikenakan tarif masuk.

Lokasi Wisata Mangrove Kelumu ini telah dilengkapi dengan fasilitas berupa toilet. Bahkan, jembatan yang dibangun pun semakin panjang, lebih dari setengah kilometer.

Jembatan kayu bercat warna-warni itu meliuk-liuk. Pengunjung semakin dimanjakan dengan hutan bakau yang rimbun yang siap memanjakan mata.

Bahkan, ada beberapa spot yang cocok untuk dijadikan tempat bersantai bersama keluarga sambil menikmati camilan yang dibawa dari rumah.

Di tengah lokasi, terdapat menara yang bisa membuat pengunjung memandang luas pesona wisata ini.

Selain itu, di lokasi ini juga dijadikan warga setempat sebagai lokasi budidaya kepiting bakau. Pembangunan wisata ini berasal dari anggaran Desa Kelumu tahun 2019.

Seorang pengunjung, Adit (24), mengaku takjub dengan wisata yang memiliki kerimbunan pohon bakau yang masih asri.

"Saat angin bertiup, menambah hangatnya wisata di sini. Suasananya enak, nyaman, bakaunya masih asri," katanya pada riaupagi.com, Rabu (3/7/2024) siang.

Adit menilai, jembatan yang dibangun sangat panjang, sehingga menambah kepuasannya ketika berjalan lebih jauh untuk menelusuri hutan bakau ini. Belum lagi di lokasi wisata ini juga disediakan menara di tengah-tengahnya.

"Pas sampai di atas menara itu rasanya puas bisa memandang lebih jelas pohon-pohon bakau yang masih asri dan warna-warni lokasi ini," ujarnya.

Adit berharap agar warga setempat juga menjual jajanan di sini, sehingga pengunjung tak perlu khawatir jika perut keroncong atau pun haus.

"Di bawah rimbun pohon bakau ini kita bisa berteduh, mana yang bawa bekal bisa makan di bawahnya sambil tertiup angin," tambahnya.

Akses menuju Desa Kelumu mudah dijangkau. Karena lokasinya sudah mempunyai fasilitas jalan yang memadai. Jika berpergian dari Kota Daik menuju Desa Kelumu hanya membutuhkan waktu setengah jam saja melalui jalan darat.

Sedangkan bagi wisatawan dari luar Kabupaten Lingga, khususnya dari Batam dan Tanjungpinang yang hendak menuju Kabupaten Lingga, bisa menggunakan transportasi laut dari pelabuhan.

Penumpang bisa melewati Pelabuhan Telaga Punggur, dengan kapal fery dari Batam ke Lingga, setiap hari pada pukul 10.30 WIB.

Kapal fery biasanya berangkat setiap harinya, Lintas Kepri dan Ocean Dragon 5. Kapal ini akan menurunkan penumpang pada dua lokasi pelabuhan di Kabupaten Lingga.

Para penumpang dikenakan biaya tiket sekitar Rp 296 ribu untuk setiap keberangkatan dan turun di Pelabuhan Jagoh, Dabo Singkep dengan lama perjalanan 4 jam.

Para penumpang dari Batam yang tiba di Pelabuhan Jagoh Dabo Singkep harus menempuh rute laut selama 15 menit menggunakan speed boat atau fery ke Pelabuhan Penarik.

Mereka juga bisa menggunakan kapal Roro selama 1 jam perjalanan ke Pelabuhan Penarik.

Pengunjung juga bisa langsung mengambil rute dari Pelabuhan Punggur turun di Pelabuhan Sungai Tenam di Lingga. Lama pelayaran memakan waktu 3 jam.

Pengunjung bisa mengambil rute turun di Sei Tenam dan kemudian menempuh jalan darat ke lokasi ini selama 45-50 menit.

Pelabuhan Penarik menjadi sarana penghubung jika hendak menuju Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Jika pengunjung turun melalui Pelabuhan Jagoh Dabo Singkep, mereka harus menyebrang lagi ke Pelabuhan Penarik.

Para pengunjung yang mau berhemat, bisa menggunakan kapal Roro dari Pelabuhan Telaga Punggur dengan harga tiket hanya Rp 150 ribu.

Pengunjung juga bisa membawa kendaraan roda dua dan empat menggunakan kapal roro dengan tarif tambahan.

Penumpang dari Kota Tanjungpinang bisa berlayar dari Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan kapal feri yang berangkat setiap harinya. Dua kapal feri dengan tujuan Lingga berangkat pada pukul 11.00 WIB dan 11.30 WIB.

Satu kapal feri singgah pada dua pelabuhan berbeda di Kabupaten Lingga, yakni Sei Tenam dan Jagoh. Untuk ongkos feri dari Tanjungpinang, penumpang bisa menyiapkan biaya tiket Rp 216 ribu.

Selain itu, penumpang juga bisa menggunakan akses dari Pelabuhan Roro Dompak, sesuai jadwal. Biasanya tarif tiket per orang sebesar Rp 66 ribu.

Penumpang dari Kota Tanjungpinang bisa berlayar dari Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan kapal feri yang berangkat setiap harinya. Dua kapal feri dengan tujuan Lingga berangkat pada pukul 11.00 WIB dan 11.30 WIB.

Wisatawan tidak akan sulit menemukan hotel atau penginapan. Karena hampir di kiri kanan jalan raya terlihat beberapa hotel, sesuai dengan keinginan pengunjung. Harganya pun bervariasi, mulai paling murah Rp 80 ribu hingga Rp 300 ribu ke atas.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri Guntur Sakti mengakui, banyak destinasi wisata di kabupaten/kota yang berlum terjamah.

Namun, destinasi wisata itu selalu menjadi daya tarik tersendiri wisatawan nusantara dan mancanegara jika dikelola dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah daerah.

“Beberapa destinasi wisata yang dikelola oleh masyarkat lokal. Hal ini baik untuk melestarikan destinasi wisata lokal. Memang masyarakat harus dilihatkan dalam pengembangan wisata di daerah,” ungkap Guntur.

Menurut Guntur, berbagai macam aspek harus mendapat perhatian dalam pengembangan pariwisata di Provinsi Kepri.

Selain destinasi wisata yang bagus dan menarik, fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung juga mesti mendapat perhatian serius.

Dengan demikian para wisatawan merasa nyaman berada di lokasi destinasi wisata dan berkemungkinan untuk datang kembali ke lokasi tersebut. 

“Oleh karena itu, masyarakat kita juga perlu diajak untuk peduli wisata. Caranya adalah menjaga iklim wisata dengan bersikap ramah, menjaga kebersihan di lingkungan destinasi wisata. Dengan demikian, wisatawan menjadi nyaman berwisata,” pesan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri itu.

Gubernur Kepri, H Ansar Ahmad menaruh perhatian besar pada destinasi-destinasi wisata di kabupaten/kota. Sebab, dia meyakini sektor pariwisata akan sangat berpengaruh terhadap sektor ekonomi apalagi pasca diterpa pandemi Covid-19.

“Makanya mari kita mengembangkan sektor pariwisata kita dengan mengelola secara baik destinasi wisata. Jika banyak wisatawan berkunjung ke daerah kita maka perekonimian daerah juga akan meningkat,” pesan Gubernur Kepri itu. (*)

Tags : Hutan Mangrove, Surga Tersembunyi di Desa Kelumu, Lingga, Kepri, Hutan Mangrove Dipenuhi Keindahan, Hamparan Hutan Mangrove di Lingga, Hutan Mangrove Kelumu,