Artikel   2025/03/02 12:46 WIB

Tenaga Pembersih Masjidil Haram dan Nabawi Tak Persoalkan Bergaji Kecil, 'Lantaran Mereka Menganggap Pekerjaan Diniatkan Ibadah'

Tenaga Pembersih Masjidil Haram dan Nabawi Tak Persoalkan Bergaji Kecil, 'Lantaran Mereka Menganggap Pekerjaan Diniatkan Ibadah'
Klenning Service di Makkah

BEKERJA sebagai Pekerja Migran tentu bukan menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat dimasing-masing negara.

Himpitan ekonomi dan sulitnya memperoleh pekerjaan juga mendorong mereka mengadu nasib di negeri orang.

Salah satunya adalah Mariati. Wanita 52 tahun ini berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan saat ditemui di pintu 16-17 Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, mengaku sudah bekerja selama 13 tahun.

Ia bekerja sebagai cleaning service (petugas kebersihan) di bagian dalam Masjid Nabawi.

"Kerjanya bersih-bersih. Biasa bersihin air dalam (ruangan, red) kalau orang-orang habis minum (tumpah)," kata Mariati kepada riaupagi.com, Jumat (28/2/2025).

Saat ditanya soal seberapa besar penghasilan yang Ia peroleh setiap bulannya, Mariati hanya tersenyum malu.

"Waduh, kalau ditanya soal gaji gimana ya, enggak usah lah, yang pasti cukup untuk dikirim ke kampung," ujarnya.

Mariati mengungkapkan, terkadang Ia rindu, ingin kembali ke kampung halaman.

"Kita itu dikasih cuti cuma 2 tahun sekali, kalau sudah pulang biasanya 40 sampai 45 hari," ucapnya.

Mariati akhirnya bersedia memberitahukan besaran gajinya, 1.200 Riyal atau Rp4,8 juta. Katanya, meski terbilang kecil, para pekerja asal Indonesia betah bekerja di Masjid Nabawi juga untuk mencari keberkahan. 

"Awalnya kepikiran kalau kerja di Arab bisa umrah, haji. Tapi lama lama ya, betah di sini, aman dan nyaman," ujar Mariati sambil tersenyum.

Hal yang sama juga dialami Arbiyah (53). Wanita yang sudah 10 tahun bekerja di Arab Saudi ini juga rindu dengan anak dan cucunya.

"Terkadang kangen anak cucu, tapi ingat lagi harus kerja. Karena kalau enggak kerja, mau gimana, kita hanya petani di kampung," kata Arbiyah sambil menitikkan air mata.

Namun, rasa rindunya dengan keluarga dapat terobati, jika bertemu dengan jemaah asal Indonesia. Ia bertemu mereka saat umrah dan haji.

"Senang kalau ketemu orang Indonesia di sini. Rasa rindunya jadi hilang pokoknya," ujar Arbiyah.

Jemaah asal Indonesia juga bersyukur dapat bertemu saudara senegara di Masjid Nabawi. Salah satunya Windi (35), jemaah haji asal Solo, Jawa Tengah. 

"Senang ya, karena semua yang jaga di pintu kan orang Arab semua. Kita mau nanya juga ga bisa bahasanya soalnya," ucap Windi.

Windi yang baru pertama berhaji pun sempat menanyakan kepada pekerja asal Indonesia, terkait cara masuk ke Raudah. 'Taman Surga' ini menjadi incaran seluruh umat Muslim yang datang ke Nabawi.

"Katanya lewat Pintu 37. Tapi harus pakai tasreh, antrean begitu," katanya.

Menurut Mariati, dirinya hanya mampu memberitahu pintu mana saja yang dapat dimasuki perempuan di masjid ini. Namun, Ia tidak mampu membantu jemaah masuk ke Raudah, tanpa tasreh.

"Kita cuma bisa kasih tahu masuk ke sana lewat pintu 37. Ada pintu 23 sampai 25, tapi itu tidak sampai Raudah, hanya dekat," ujar Mariati.

Terlihat memang, Warga Negara Indonesia (WNI) banyak yang bekerja di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Tak terkecuali di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi, Madinah.

Pembersih Masjidil Haram kini harus melakukan disinfeksi dan sterilisasi 10 kali sehari untuk menjaga keamanan para jamaah dan peziarah dari pandemi virus corona.

Sebanyak 4.000 pekerja perempuan dan laki-laki bertugas melakukan operasi pembersihan setiap harinya.

Mengulik gaji pembersih Masjidil Haram lewat channel YouTube Faiz Slamet, seorang pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat yang bekerja membersihkan Masjidil Haram.

Dia mengaku hanya digaji 700 riyal atau setara dengan Rp2,7 juta per bulan. Para pembersih bekerja selama 8 jam per hari.

Gaji yang diterima itu pun di luar dugaan. Pasalnya, gaji yang diberikan sangat kecil untuk ukuran pekerja di Mekkah, Arab Saudi.

Pria itu juga mengungkapkan gajinya sempat tertunda hingga 3 bulan karena pandemi Covid-19.

Kendati demikian, ternyata pada perjanjian kerja tertulis, gaji yang ditawarkan pihak Arab Saudi memang cukup tinggi yaitu sekitar 1.200 riyal. Namun, ketika sudah mulai bekerja gaji dalam perjanjian kerja diubah senilai 700 riyal.

Gaji yang kecil tidak menyurutkan semangat 20 orang Indonesia yang bekerja di sana.

Lantaran mereka menganggap pekerjaan tersebut adalah ibadah. (*)

Tags : arab saudi, masjid haram, gaji, kerajaan arab saudi, arab, ibadah haji, haji, nabawi, masjid nabawi,